penceramah radikal
penceramah radikal

Dakwah Nabi Menarik Simpati, Bukan Anarki

Sejak dulu, musuh terbesar kemanusiaan adalah terorisme. Hasrat membunuh manusia-manusia berotak reptil yang menjadi penyebab utamanya. Ambisi membunuh itu karena doktrin yang beda haluan agama, keyakinan dan tidak sama madhabnya adalah musuh yang harus dihabisi.

Bagi yang otaknya normal memang dirasa sangat aneh. Bagaimana bisa seseorang menukar nyawanya hanya dengan janji kemuliaan dan surga, padahal dilarang oleh agama? Kenapa rela menjadi martir bom bunuh diri hanya dengan iming-iming surga dan disambut 72 bidadari?

Aksi terorisme bermodus agama memang sering terjadi mengganggu kondusifitas kehidupan. Suasana yang damai dan tenang rusak seketika itu juga setelah bom bunuh diri meledak dan tak jarang menghilangkan banyak nyawa. Walaupun yang demikian kesalahan dalam memahami agama, tapi kenyataannya demikian.

Dalam Islam, membunuh merupakan dosa besar. Baik yang dibunuh adalah sesama Islam atau bukan. Larangan keras ini karena manusia dari latar agama apapun adalah makhluk Tuhan yang keberadaannya memang dikehendaki oleh-Nya. Jangankan manusia, membunuh hewan pun akan diganjar dengan dosa. Pada kondisi tertentu, seperti dalam kecamuk perang, membunuh memang dibolehkan. Tapi, Islam memberlakukan syariat perang dengan syarat yang sangat ketat dan mengangkat senjata hanya diperbolehkan apabila diserang dan untuk mempertahankan agama Islam.

Ajaran Islam tentang relasi kemanusiaan menghendaki penghormatan terhadap kemanusiaan itu sendiri. Apabila non muslim hidup bersama secara damai di negeri kekuasaan muslim mereka wajib dilindungi, tidak boleh diperangi.

Dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah bersabda, “Siapa yang membunuh kafir mu’ahad (yang hidup dalam satu perjanjian damai dengan muslim), ia tidak akan mencium aroma surga. Sesungguhnya aroma surga tercium dari jarak perjalanan 40 tahun”. (HR. Bukhari).

Hadis ini semakin menegaskan bahwa aksi terorisme bermodus agama yang sering terjadi dari dulu hingga kini adalah kesalahan. Janji surga dan sambutan 72 bidadari sangat bertentangan dengan hadis tersebut. Bagaimana tidak? Martir bom bunuh diri tidak akan mencium aroma surga apalagi masuk ke dalamnya.

Dalam kehidupan modern seperti saat ini, percampuran muslim dan non muslim dalam satu komunitas tidak terelakkan. Dengan demikian, menarik simpati mereka terhadap agama Islam jauh seribu kali lebih baik dari pada membunuhnya dengan aksi-aksi kejahatan terorisme.

Apalagi dalam suatu negara yang bebas dihuni oleh warga dari latar agama dan etnis apapun, dalam negara Islam sekalipun non muslim wajib diperlakukan secara baik dan adil. Tidak boleh dipaksa memeluk Islam, mereka diberi kebebasan untuk memeluk agam masing-masing. Jiwa, harta dan kehormatan non muslim harus dilindungi.

Aturan Islam yang demikian tidak berarti suka dengan agama dan keyakinan mereka melainkan semata penghormatan terhadap kemanusiaan. Di antara hikmahnya adalah memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menarik simpati mereka dan memberikan pemahaman terhadap kebenaran ajaran Islam. Menarik simpati tidak lain dengan akhlak mulia seperti diajarkan oleh Nabi. Karena itu, aksi terorisme sejatinya menutup kesempatan terhadap non muslim untuk mengenal agama Islam yang sesungguhnya.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …