Moderasi
Moderasi

Katanya Moderasi Beragama Mendangkalkan Akidah?

Moderasi beragama yang masif dijalankan oleh beberapa ormas termasuk pemerintah sering menjadi perdebatan. Beberapa orang menganggapnya sebagai pendangkalan akidah, atau bahkan sekularisasi. Alasan mereka karena moderasi beragama seringkali menghilangkan ajaran seperti jihad, khilafah dan politik. Dituduh sekuler karena ia bagian dari agenda Barat untuk memisahkan agama dan politik.

Tentu saja kekhawatiran dan ketakutan semacam ini muncul terutama bagi kelompok yang kerap memainkan agama sebagai ideologi politik. Dengan lebih kencang lagi, kelompok yang seringkali mengeksploitasi agama untuk tujuan politik kekuasaan. Tentu atas nama berdirinya negara agama.

Mari kita telaah lebih lanjut mengenai konsep moderasi beragama dan relevansinya dalam Islam. Sejatinya moderasi beragama bukan hal baru dalam Islam. Ia bukan konsep yang lahir dari luar apalagi dari Barat. Moderasi genuine dan watak asli dari agama Islam untuk membedakan antara agama-agama sebelumnya. Islam adalah agama yang memposisikan diri di tengah tidak berlebihan. Agama yang menjaga keseimbangan antara aspek spiritual, sosial, politik, dan sebagainya.

Moderasi beragama bukan menghilangkan konsep ajaran Islam atau memisahkan Islam dari realitas sosial termasuk politik, tetapi menjaga keseimbangan agar Islam tidak diperalat untuk kepentingan politik. Misalnya, kelompok seperti Khawarij yang sangat berlebihan (ghuluw) dalam beragama yang menjatuhkan vonis lawan politiknya dengan sebutan kafir.

Pemikiran Khawarij ini perlu dimoderasi, bukan menghilangkan istilah kafirnya yang sering mereka gunakan, tetapi memposisikan secara proporsional istilah kafir pada porsi yang sebenarnya.

Ambil satu contoh lagi misalnya ISIS yang kerap menjadikan jihad sebagai tameng membunuh yang berbeda agama bahkan sesama muslim. Atau mereka sering menggunakan khilafah sebagai agitasi menarik umat Islam. Konsep mereka harus dimoderasi bukan dengan menghilangkan jihad dan khilafah, tetapi mengembalikan makna keduanya dalam porsi dan pengertian yang pas dan tidak mudah diperalat.

Dengan pengertian ini dasar dari moderasi beragama sejatinya bukan seperti kelompok yang sering mencurigainya sebagai pendangkalan akidah dan sekularisasi. Justru moderasi ingin mengembalikan watak washatiyah Islam dan menjauhkannya dari jangkauan tangan jail yang sering memperalat dalil dan ajaran demi kepentingan politik semata.

Harus dikatakan moderasi agama justru membuka ruang pendalaman akidah dengan cara memahami ajaran agama secara lebih mendalam sesuai karakternya yang washaty. Moderasi beragama dapat menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman kita tentang Islam. Karakter Islam dan Umat Islam adalah moderat sebagaimana “Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang moderat, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah 143).

Moderasi beragama ingin menjaga agar umat Islam tidak jatuh dalam sikap yang berlebihan “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf 31).

Rasulullah telah memperingatkan agar umat Islam tidak berlebihan dalam beragama sebagaimananya kaum terdahulu binasa karena sikap ekstrem tersebut. Karenanya, moderasi beragama adalah pendalaman akidah dan keseimbangan dalam beragama, bukanlah pendangkalan. Moderasi beragama adalah konsep genuine dalam Islam bukan hasil adaptasi dari konsep di luar Islam.

Dengan memahami ini, segelintir orang yang memahami moderasi beragama sebagai pendangkalan akidah adalah kelompok yang memiliki gairah besar dan berlebihan untuk menjadikan agama sebagai ideologi dan mesin politik. Tentu kita harus berhati-hati dengan kelompok ini karena mereka mudah menjadikan agama sebagai jualan. Dan orang bodoh paling mudah terpengaruh dengan segala sesuatu yang mengatasnamakan agama walaupun demi kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.

Bagikan Artikel ini:

About Farhan

Check Also

tionghoa dan islamisasi nusantara-by AI

Jejak yang Terlupakan: Etnis Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

Seberapa sering kita mendengar nama-nama besar dalam sejarah Islam di Nusantara? Seberapa banyak kita mengingat …

kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Segala Sesuatu Milik Allah : Jangan Campuradukkan Pemikiran Teologis dengan Etika Sosial

Segala sesuatu yang di alam semesta adalah milik Allah. Dialah Pencipta dan Raja segala raja …