Kabar duka menyelemuti umat Islam Indonesia dengan wafatnya seorang da’i yang luhur dan santun dalam menyampaikan Islam. Syekh Ali Jaber, ulama kelahiran Madinah yang resmi menjadi WNI ini menghembuskan nafas terakhirnya pada hari ini (14/01/2021) dalam usia yang masih muda 44 Tahun.
Pria dengan nama Ali Saleh Mohammed Bin Ali Jaber atau biasa dipanggil Syekh Ali Jaber merupakan pendakwah yang cukup populer di tengah umat. Ia biasa tampil di televisi nasional, media sosial hingga majlis taklim di berbagai pelosok negeri.
Hal yang menjadi cukup menarik dari popularitasnya sebagai penceramah, ia tidak pernah tergoda dengan endorsement politik. Popularitas yang menjadikannya idola umat tidak menggiuarkan untuk digadaikan dengan kepentingan politik. Ruang dakwahnya sepi dari kontroversi apalagi dengan cara menghujat, menyinggung atau memprovokasi. Dakwah Syekh Ali Jaber ditebarkan dengan santun dan penuh kelembutan.
Hal menarik yang dari Syekh Ali Jaber, almarhum dalam berdakwah tidak pernah merasakan ada hambatan dan rintangan. Baginya tidak ada narasi umat Islam di Indonesia didzalimi dan ditindas. Ruang dakwah tidak dibatasi dan diberikan jaminan kebebasan. Mungkin perasaan ini agak jauh berbeda dengan kelompok yang sering melontarkan kriminalisasi ulama atau umat Islam didzalimi.
Bagi Syekh Ali Jaber ruang dakwah di Indonesia sangat indah dan nikmat. Ada kebebasan dan fasilitas yang disediakan negara dalam menjamin kebebasan beragama. Majelis taklim ada di mana-mana, mushalla dan masjid tumbuh subur, dan lantunan adzan saling bersautan di setiap ruang publik.
Karena nyaman dan nikmatnya dakwah di Indonesia, Syekh Ali Jaber pernah memperingatkan para dai untuk tidak memanfaatkan ruang dakwah untuk kepentingan yang tidak baik. Jangan pernah menyalahgunakan ruang dan mimbar dakwah untuk kepentingan yang bukan menyatukan masyarakat tetapi memecah belah masyarakat. Materi dakwah harus menyatukan umara dan ulama bukan memecah belah keduanya.
Karena karakter inilah, dakwah Syekh Ali Jaber tidak pernah membenturkan persoalan politik dalam ceramahnya. Materi dakwah tidak pernah membenturkan masyarakat dan pemerintah, apalagi menghasut untuk membenci pemerintah. Baginya, semua punya kekurangan. Baik ulama dan umara punya kekurangan yang harus terus diperbaiki, bukan untuk saling menghujat. Ia mengajak untuk selalu bersyukur dengan melihat hal positif yang ada.
Perspektif dakwah seperti itulah yang membawanya pada satu rasa kecintaan terhadap Indonesia. Syekh sangat bersyukur dengan karunia warga negara Indonesia. Dan bahkan dalam satu sesi wawancara di media, Ali Jaber menegaskan siap mati di Indonesia, bukan di tanah kelahirannya. Ia ingin menghabiskan waktunya di Indonesia untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam dengan sejuk, santun dan teduh.
Tentu pandangan ulama Syekh Ali Jaber ini jauh berbeda dengan beberapa tokoh yang selalu membenturkan antara cinta tanah air dengan keimanan dan keislaman. Seolah mencintai tanah air menjadi haram dengan alasan keagamaan. Bahkan dalam taraf tertentu bisa mengharamkan cinta tanah air dengan dalil agama.
Syekh Ali Jaber yang lahir di Arab Saudi justru sangat berharap meninggal di tempat dan medan dakwahnya, Indonesia. Keinginan beliau sudah tercapai. Semoga amal ibadah dan baktinya buat agama dan negara ini diterima oleh Allah. Amin