hoax corona
hoax corona

Hoax tentang Syekh Ali Jaber Marak, Ini 5 Cara agar Kita Tidak Terjebak Berita Hoax

Miris memang. Betapa tidak. Di tengah situasi di mana penceramah kondang asal Arab Saudi yang telah resmi menjadi WNI , Syekh Ali Jaber, yang wafat pada Kamis, (14/1), muncul narasi hoax yang menyesatkan sehingga membuat gaduh masyarakat.

Ya. muncul video berdurasi 10 menit yang menceritakan tentang almarhum Syekh Ali Jaber yang dikatakan meninggal karena disuntik vaksin sinovac. Video yang berujudul ‘Jagat Politik’ seolah-olah meyakinkan dengan mengunggah kronologi kematian Syekh Ali Jaber dengan gambar terbaring di tempat tidur yang disandingkan dengan gambar vaksin sinovac.

Diakui maupun tidak, kita, baik secara sadar maupun tidak, sering menjadi korban penyebaran hoax. Padahal di tengah pandemi seperti saat sekarang ini, informasi hoax dan provokasi dalam konten dan skala tertentu, dapat menimbulkan kebingungan dan kepanikan yang bisa berakibat fatal pada diri kita.

Kebingungan dan kepanikan dapat menimbulkan tekanan batin yang tentunya berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Jika mental seseorang jatuh, maka ia akan rentan terpapar penyakit seperti virus Covid-19, bahkan juga virus radikalisme. Jika kesehatan mental turun, sistem yang bekerja dalam tubuh kita juga akan tidak optimal, imunitas juga akan menjadi lemah sehingga, sekali lagi, celah virus menyerang tubuh kita sangat mudah.

Lazimnya, tekanan mental ini terjadi lantaran seseorang hanyut oleh informasi yang bernuansa provokasi dan hoax dalam media sosial seperti percakapan group whatsapp, face book dan lainnya. Terlebih dalam kondisi saat ini dimana memungkinkan untuk mengakses media sosial lebih lama.

Beberapa Faktor

Celakanya, seringkali kita menjadi bagian dalam menyebarluaskan hoax melalui berbagai platform media sosial. Buktinya, sejak Indonesia dinyatakan sebagai darurat wabah Corona pada awal bulan Maret lalu, sudah banyak beredar informasi hoax dan provokasi yang beredar luas di masyarakat.

Potensi hoax tentang Corona ini memang tinggi karena beberapa hal. Pertama, merupakan penyakit baru dan para ahli masih meneliti tentang virus ini, baik dari segi keganasan, penyebaran hingga obat atau vaksinnya. Karena tergolong virus baru dan saat bersamaan masyarakat butuh informasi mengenai Corona, maka banyak orang, bahkan yang tak berkompeten, berbicara dan memproduksi konten tentang Corona. Akhirnya mereka hanya menerka-nerka, bahkan tak jarang banyak informasi yang menyesatkan.

Kedua, sengaja ingin membuat gaduh. Memang orang atau sekelompok yang selalu menambah runyam sebuah masalah tak pernah mati. Ada ada saja yang mereka lakukan di tengah situasi negeri yang sedang sakit seperti saat sekarang ini. Mereka merasa sedang dan dianggap berprestasi jika berhasil membuat gaduh masyarakat luas. Selain itu, memang telah ditengarai bahwa di republik ini ada kelompok yang sengaja hendak menghancurkan Indonesia dengan cara-cara tidak beradab, seperti memprovokasi yang muaranya adalah mendorong perilaku anarkisme.

Selain karena sengaja ingin membuat kegaduhan, memang ada faktor lain seperti kepentingan instan. Kepentingan jangka pendek ini bisa dalam bentuk meraih simpati atau menarik pundi-pundi rupiah dengan memanfaatkan viewer, like, comment dan share.

Cara Mencegah Hoax

Menjaga diri dari hoax dan provokasi ini penting bagi kita. Dilansir dari laman halodoc.com, maraknya informasi mengenai Covid-19 yang disebarluaskan melalui media nasional dan media sosial menjadikan sebagian besar masyarakat terjangkit gangguang psikosomatik yang ditandai dengan gejala batuk-batuk, pilek dan bahkan sesak dada serta demam. Selain itu juga menyebatkan stres dan kecemasan.

Secara eklusif dan komprehensif, Sinta Paramita dalam Kompas (29/3) menyebutkan lima cara menggunakan media sosial yang baik dan beradab.

Pertama, mengecoh pencarian dengan mencari hal-hal positif pada seluruh halaman media sosial. Langkah ini dilatar belakangi dengan fakta bahwa media sosial menyajikan konten berdasarkan selera pengguna yang didasarkan pada algoritma.

Jadi, ketika informasi yang kita ketik di google misalnya, like, share dan komentar akan dijadikan patokan untuk menampilkan konten-konten yang serupa. Jika yang kita cari berita provokatif misalnya, maka beranda-beranda media sosial kita akan dipenuhi oleh informasi provokatif pula. Oleh sebab itu, mengecoh pencarian dengan mencari hal-hal positif akan mengantarkan kita pada perjumpaan konten yang positif pula.

Kedua, tidak melakukan klik, like, share dan comment pada informasi atau konten yang mengandung atau diduga kuat adalah hoax. Ketiga, jika sistem masih memberikan informasi hoax, maka segera berpaling dari informasi tersebut dengan tidak menanggapinya, apalagi sampai meng-klik.

Keempat, jika hendak mencari atau mengikuti informasi terbaru tentang covid-19, maka pilihlah sumber yang kredibel. Dalam hal ini bisa merujuk pada website resmi milik pemerintah, yakni covid19.go.id dan media kredibel lainnya.

Kelima, melakukan cek fakta. Langkah ini bisa dengan cara mengakses laman yang disediakan oleh pemerintah seperti yang disebutkan pada penjelasan poin keempat atau melalui website lainnya yang sudah terpercaya yang menyediakan konten hoax buster atau trun-back hoax.

Selain itu, perlu juga mengatur penggunaan media sosial. Keseringan mengakses media sosial di saat derasnya arus informasi yang menyesatkan atau hoax, tentu saja tidak baik untuk kesehatan dan bukan cara terbaik dalam melawan covid-19.

Cara-cara di atas sesungguhnya termasuk dalam iktiar yang belakangan ini lazim dikenal dengan istilah jihad literasi. Kemampuan seseorang dalam mengolah berita, konten media dan informasi menjadi salah satu perhatian dalam jihad literasi.

Jihad literasi memang harus terus digalakkan di tengah-tengah masyarakat, terutama di dunia dital. Karena dengan jihad literasi, maka masyarakat akan mengetahui bagaimana agar tidak terjebak berita hoax.

Bagikan Artikel ini:

About Fauziyatus Syarifah

Mahasiswi magister program PAI UIN Walisongo Semarang

Check Also

hemat

Kenapa Pengeluaran Tiap Ramadan Malah Boros? Simak Tips Ini Agar Tidak Boncos!

Sebagian besar umat Islam tentu merasakan bahkan juga mengalami kalau setiap bulan Ramadan, pengeluaran suka …

ramadan

Sambut Ramadan dengan Bekal 4 Ilmu Ini Supaya Ibadah Kamu Sah dan Tidak Sia-sia!

Islam adalah agama wahyu. Alquran sebagai wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad, adalah pedoman bagi …