Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالدِّيْنِ الْقَوِيْمِ، الْمَنْعُوْتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيْمِ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Sebagai pembuka, mari kita awali khutbah ini dengan kalimat syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah swt berikan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Rasulullah Muhammad saw, allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa sahbih.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian agar senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Dan perlu diingat, bahwa meningkatkan keimanan tidak hanya tampak dalam ibadah harian seperti berdiri tegak dalam shalat saja, tetapi juga dalam cara kita memperlakukan orang-orang yang menjadi perantara datangnya ilmu, yaitu guru.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 25 November, kita memperingati Hari Guru Nasional. Momentum ini sepatutnya tidak kita biarkan berlalu begitu saja, melainkan menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua tentang kedudukan mulia seorang guru dalam agama kita. Guru yang dalam hal ini adalah mereka yang mengajarkan kita ilmu, memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah swt, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya, “Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah [58]: 11).
Sementara itu, Rasulullah saw dalam salah satu riwayat yang berasal dari Abu Said al-Khudri pernah bersabda:
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوا لَهُ السَّكِينَةَ وَالْوَقَارَ وَتَوَاضَعُوا لِمَنْ تَتَعَلَّمُونَ مِنْهُ وَلِمَنْ تُعَلِّمُونَهُ
Artinya, “Belajarlah ilmu, dan belajarlah untuknya (dengan) ketenangan dan kewibawaan, serta berendah hatilah kepada orang yang kamu belajar darinya.” (HR Ibnu Abdil Barr).
Hadits ini menegaskan kepada kita bahwa ilmu tidak mungkin tumbuh dalam hati yang keras, dan tidak akan berbuah pada jiwa yang sombong. Ilmu hanya akan menetap pada diri orang yang menghiasi dirinya dengan ketenangan, kewibawaan, serta sikap rendah hati kepada gurunya. Karena itu, menghormati guru tidak sekadar adab lahiriah saja, tetapi syarat diterimanya ilmu dan sebab keberkahannya.
Namun, realitas yang ada di sekitar kita seringkali menunjukkan pemandangan yang berbeda. Kita melihat guru-guru di madrasah dan sekolah swasta berjuang dengan gaji yang minim, guru-guru honorer di sekolah negeri yang belum mendapatkan kejelasan status, ustadz dan ustadzah di pondok pesantren yang mengabdikan diri dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan yang besar, serta guru-guru di majelis taklim yang berdakwah dengan semangat tanpa pamrih.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Kondisi ini tentu menjadi keprihatinan kita bersama. Padahal, Islam sangat menganjurkan kita untuk memberikan hak-hak kepada orang yang telah berjasa kepada kita, termasuk guru. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَنَعَ إلَيْكُمْ مَعْرُوفاً فَكَافِئُوهُ، فَإنْ لَمْ تَجِدُوا ما تُكَافِئُونَهُ بِهِ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَد كَافَأْتُمُوهُ
Artinya, “Siapa saja yang berbuat kebaikan kepada kalian, maka balaslah ia. Jika kalian tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka doakanlah ia hingga kalian merasa bahwa kalian telah membalas kebaikannya.” (HR Abu Daud).
Hadits ini mengajarkan kita untuk membalas kebaikan orang lain, termasuk jasa-jasa para guru. Jika kita tidak mampu membalasnya dengan materi, maka doakanlah mereka agar senantiasa diberikan kebaikan, kemudahan, dan keberkahan oleh Allah swt. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Syekh Abdurrauf al-Munawi dalam kitab at-Taisir bi Syarhil Jami’is Shagir, jilid II, halaman 766:
يَعْنِي مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكُمْ أَيَّ إِحْسَانٍ فَكَافِئُوهُ بِمِثْلِهِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرُوا فَبَالِغُوا فِي الدُّعَاءِ لَهُ جُهْدَكُمْ حَتَّى تَحْصُلَ الْمِثْلِيَّةُ
Artinya, “Yakni, barangsiapa berbuat baik kepada kalian dengan kebaikan apa pun, maka balaslah dengan yang serupa. Jika kalian tidak mampu, maka bersungguh-sungguhlah dalam mendoakannya sekuat tenaga kalian hingga terwujud kesetaraan (dalam kebaikan).”
Lantas bagaimana seharusnya kita memikirkan skema insentif yang proporsional bagi para guru? Pertama, pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Pemerintah harus mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai untuk memberikan gaji dan tunjangan yang layak kepada guru, serta memberikan pelatihan-pelatihan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Kedua, yayasan atau lembaga pendidikan swasta juga memiliki peran penting dalam memberikan insentif kepada guru. Yayasan harus berupaya untuk meningkatkan pendapatan lembaga pendidikan, sehingga dapat memberikan gaji dan tunjangan yang lebih baik kepada guru. Ketiga, para tokoh dan masyarakat sekitar dapat memberikan dukungan kepada guru-guru di majelis taklim, baik berupa pemberian insentif bulanan, bantuan biaya operasional majelis taklim, atau yang lainnya.
Dan keempat, kita sebagai individu juga dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Kita dapat memberikan hadiah kepada guru pada momen-momen tertentu, membantu mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial, atau sekadar memberikan ucapan terima kasih yang tulus.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Sebagai penutup dari khutbah ini, marilah kita jadikan momentum Hari Guru Nasional ini sebagai titik awal untuk meningkatkan penghormatan kita kepada guru. Mari kita wujudkan penghormatan itu dalam bentuk sikap, perkataan, dan perbuatan yang nyata. Dan yang tidak kalah penting, mari kita berikan hak-hak mereka sebagai seorang pendidik, agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini. Semoga kita semua diberikan taufik dan hidayah-Nya untuk senantiasa memuliakan para guru, melaksanakan kewajiban dalam menuntut ilmu dengan adab yang baik, serta mampu memenuhi hak-hak mereka dengan sempurna. Kiranya khutbah ini menjadi pengingat yang bermanfaat serta membawa keberkahan dalam kehidupan kita. Amin ya Rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sumber : https://islam.nu.or.id
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah