Kiai NU Wafat Setelah Bimbing Syahadat
Kiai NU Wafat Setelah Bimbing Syahadat

Kiai NU di Bone Wafat Usai Tuntun Syahadat Sakaratul Maut Sang Istri

Jakarta – Seorang kiai Nahdlatul Ulama (NU) KH Muhammad Idrus Makkawaru dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) wafat tak lama setelah menuntut syahadat sang istri yang lebih dulu meninggal dunia. Wafatnya Kiai Muhammad Idrus ini pun menjadi perhatian di media sosial. Banyak yang mendoakannya husnul setelah tahu kejadian tersebut.

Dikutip dari laman Detikcom, Kamis (20/8/2020), anak tertua almarhum, Ahmad Mujahid (51) mengatakan kedua orang tuanya, Kiai Muhammad Idrus dan Siti Saniah (64) memiliki sakit jantung. Saat kejadian, tiba-tiba sang ibunda mengalami gejala sesak napas.

“Di situlah kemudian dipompa jantungnya dan seterusnya. Lalu akhirnya sakratulmaut, orang Makassar bilang diantar (dituntun), dibimbinglah syahadat oleh bapak saya,” ujar Ahmad.

Ahmad Mujahid mengungkapkan, tadinya sang ibunda hanya disemayamkan di sebuah kamar atas permintaan ayahnya. Namun, karena banyak pelayat, ayahnya setuju untuk dipindahkan ke ruang tamu.

“Setelah (istrinya) jenazah ibu diangkat, air mata ayah saya jatuh, kira-kira 15 menit kemudian dia mulai sesak napas juga dan meninggal,” tutur Ahmad.

Kiai NU itu sempat menuntun istrinya mengucapkan kalimat syahadat saat mengalami sakaratul maut. Setelah istrinya meninggal kemudian sang kiai mengalami sesak napas dan ikut meninggal berselang 1 jam kemudian.

Menurut Mujahid, sang ibunda meninggal setelah Magrib sekitar pukul 18.30 WITA, sementara ayahnya menyusul 1 jam kemudian atau selepas waktu Isya, pada 16 Agustus lalu. Mujahid menceritakan bahwa detik-detik sebelum ayahnya meninggal, ia memeriksa keadaannya sendiri dengan cara mengecek tanda-tanda di bagian tubuhnya. Saat itu almarhum fokus berzikir.

“Ketika dia menghadapi sakratulmaut, tasbih dia itu tak pernah berhenti, dia punya zikir itu ndak pernah berakhir,” ujar Ahmad Mujahid.

Ahmad mengaku tenang dan ikhlas saat sang ayah meregang nyawa. Ia merasa pengamalan agama sang orang tua begitu banyak.

“Yang menarik juga saat saya bersama Bapak, biasanya kan orang gelisah, itu saya tenang. Mungkin karena orang tua pengamalan agamanya itu jauh lebih baik dibanding diri saya sendiri,” kata Ahmad.

Sebagai informasi tambahan, Kiai NU ini merupakan anggota Nahdlatul Ulama (NU) sejak muda, Bunda. Ia juga pernah menjabat Ketua Tanfidziyah NU Kabupaten Bantaeng.

Innalillahi wa inna illahirajiun. Turut berduka cita dan selamat jalan Kiai NU beserta istri.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbakti kepada orang tua

Khutbah Jumat : Birrul Waliadain

Khutbah I   اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ …

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …