Sejarah peradaban Islam penuh dengan banyak kisah. Ada suka dan duka dan cerita keemasan hingga kegelapan. Umat Islam berjibaku dengan beragam peristiwa dalam membangun sebuah peradaban yang hingga hari ini mampu menyebar ke berbagai negara.
Kisah khalifah ar-rasyidun merupakan cerita awal yang memulai tonggak Islam pasca Nabi Muhammad. Masa transisi itu penuh dengan cerita para sahabat yang banyak perlu diteladani. Namun, di balik itu ada kisah menyedihkan. Kisah tentang pembunuhan terhadap para khalifah.
Dari keempat khalifah mungkin hanya Abu Bakar yang wafat tanpa melalui tragedi pembunuhan. Walaupun ada riwayat lain yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat karena sakit akibat racun. Tentu pembunuhan ini masih menjadi misteri. Sementara riwayat lain beliau meninggal karena sakit demam sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah.
Ketiga khalifah selanjutnya mempunyai cerita yang berbeda. Semua khalifah wafat karena pembunuhan sadis. Khalifah Umar bin Khattab pengganti Khalifah Abu Bakar wafat di saat memimpin shalat subuh berjamaah. Dia meninggal ditikam di tangan budak yang pura-pura ikut shalat berjamaah. Para sahabat menggambarkan kejadian memilukan itu sebagai tragedi pertama dalam sejarah khalifah.
Jika khalifah Umar mati di tangan para budak non-muslim, lain halnya dengan kematian para pengganti setelahnya. Perang saudara mewarnai kematian para khalifah berikutnya. Dan para pembunuh khalifah adalah sesama muslim yang diwarnai dengan pertikaian politik dan bahkan legitimasi agama. Fitnah umat Islam seputar politik menjadi sangat kencang dan sulit membedakan ini adalah persoalan politik atau atas nama Islam.
Para pembunuh khalifah adalah para pemberontak yang juga mengaku dirinya mencintai Allah dan Rasulnya. Selain itu mereka mengklaim diri mereka adalah sang pembela Islam. Atas pemikiran pembelaan agama pun, mereka tak segan untuk membantai siapapun yang dianggap kafir, termasuk para khalifah.
Tragedi berdarah kedua di masa khalifah terjadi di masa ke khalifahan Ustman bin Affan sebagai pengganti Khilafah Umar bin Khattab. Ustman bin Affan dibunuh oleh para pemberontak yang memang mengincar kekuasaannya. Kesadisan mereka jenazah Ustman pun tidak langsung dikuburkan setelah kematiannya.
Banyak riwayat yang menuliskan bahwa Khalifah ketiga ini dikuburkan sesetelah dua hari beliau meninggal. Dan bahkan para pemberontak sesama muslim itu tega untuk tidak menyolatkan jenazahnya, padahal disolatkan oleh sesama muslim merupakan hak dari jenazah.
Ketika Khalifah Ustman bin Affan ditandu untuk dimakamkan jenazahnya, ada saja orang yang masih melemparinya dengan batu, meludahinya bahkan melarangnya dikuburkan di pemakaman Islam. Sungguh fitnah dan tragedi yang memilukan di balik kisah ini.
Sekarang dapat kita saksikan bahwa kuburan Ustman bin Affan awalnya merupakan kompleks pemakaman kaum Yahudi, karena jenazahnya ditolak dikuburkan di makam muslim. Dan baru ketika di era dinasti Ummayah komplek pemakaman tersebut disandingkan dengan pemakaman Islam.
Demi kekuasaan dan persoalan politik, seolah umat Islam jatuh kembali pada perilaku mereka seperti masyarakat yang hidup di jaman jahiliyah. Sebagian umat Islam dibutakan dengan kekuasaan dan fitnah politik yang hanya diperbudak oleh nafsu yang mereka miliki tanpa mempergunakan akal dan norma Islam.
Kekhalifaan Ustman bin Affan berakhir dan digantikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib. Tak jauh beda dengan Ustman, Ali pun juga mendapatkan perlakuan yang sama oleh lawan politiknya. Kejadian ini banyak dikenal dengan tragedi Karbala. Para pemberontak yang digerakkan oleh beberapa golongan untuk mengepung kediaman sang Khalifah Ali, akibat dari pengepungan ini, menyebabkan Khalifah Ali dan juga pengikutnya merasa kelaparan dan kehausan.
Di tengah penderitaan mereka, masuklah salah satu pengeksekusi sang Khalifah Ali. Tanpa belas kasih, Ali dibunuh secara brutal. Khalifah Ali ditusuk hingga kehabisan darah dan meninggal dunia. Bahkan pembunuh Ali adalah orang yang fasih, hafal dan pernah mengajarkan al-Qur’an.
Tragedi itu tidak berhenti di situ. Para pengikut Ali pun juga dibantai secara massal oleh mereka yang juga mengaku pembela agama. Pembantaian ini merupakan pembantaian terbesar kepada para sahabat Rasulullah yang ternyata dilakukan bukan kepada kaum kafir namun dengan sesama pemeluk agama Allah. Kebodohan menjadikan ketaatan yang buta dan mengakibatkan kesalahan dalam beragama.
Dengan mengingat masalalu, harusnya kita dapat mempelajari banyaknya aksi masa lalu yang mengatasnamakan agama demi sebuah keuntungan. Kita mustinya memahami makna Khilafah yang sebenarnya yang di era sekarang ini banyak dijadikan barang dagangan sebagai ideologi politik transnasional. Sebuah ideologi yang mencoba ditancapkan untuk membelah umat Islam mengatasnamakan persatuan Islam, tetapi akan meruncingkan umat Islam.
Ada ambisi besar untuk mengembalikan umat kepada masa lalu yang dalam impian mereka untuk menyatukan dan mengembalikan Islam. Namun, cara-cara kekerasan seperti aksi ISIS atas nama khalfiah Islam sudah cukup menggemparkan dunia.
Berbagai sejarah harus dijadikan pelajaran. Umat yang buta sejarah akan digilas oleh sejarah. Jangan karena ambisi politik kekuasaan lantas Islam mudah dijadikan dasar untuk kepentingannya. Inilah yang terjadi pada masa tragis pembunuhan para khalifah. Mungkinkah tragedi antar sesama umat Islam akan berlanjut ?
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah