Viral di media sosial masyarakat menggeruduk Masjid Utsman bin Affan, masjid yang berlokasi di Nyalabuh Permai, Desa Nyalabuh Laok, Pamekasan, Madura.
Kekesalan warga yang mayoritas kalangan Nahdliyyin tersebut dipicu oleh khutbah Jum’at Yazir Hasan yang disampaikan di Masjid Utsman bin Affan. Dalam khutbahnya ia mengatakan Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri ormas keagamaan terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU), melarang keras perayaan Maulid Nabi.
Yazir Hasan mengatakan apa yang ia sampaikan termaktub dalam kitab al Tanbihat al Wajibat karya Kiai Hasyim Asy’ari. Namun dalam video khutbahnya ia tidak membacakan teks yang dimaksud. Entah kenapa? Barangkali kebohongan yang ia sampaikan khawatir diketahui oleh khalayak atau untuk mengelabuhi jamaah shalat Jum’at disitu.
Disebut kebohongan, karena kalau membaca tuntas kitab tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari tidak pernah mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Yazir Hasan. Bahkan pada al Tanbih al Awwal (peringatan pertama) setelah muqaddimah Kiai Hasyim Asy’ari menulis, bahwa mengadakan perayaan Maulid Nabi yang berisi bacaan al Qur’an, sejarah hidup Nabi, disuguhi makanan, bahkan diiringi tabuhan rebana, termasuk amaliah yang tidak dilarang dalam Islam. Teks aslinya berikut ini.
اَلتَّنْبِيْهُ الْأَوَّلُ يُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِ الْعُلَمَاءِ الْآتِيْ ذِكْرُهُ أَنَّ الْمَوْلِدَ الَّذِيْ يَسْتَحِبُّهُ الْأَئِمَّةُ هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ وَرِوَايَةِ الْأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِيْ حَمْلِهِ وَمَوْلِدِهِ مِنَ الْإِرْهَاصَاتِ وَمَا بَعْدَهُ مِنْ سِيَرِهِ الْمُبَارَكَاتِ ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُمْ طَعَامٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ وَإِنْ زَادُوْا عَلَى ذَلِكَ ضَرْبَ الدُّفُوْفِ مَعَ مُرَاعَاةِ الْأَدَبِ فَلَا بَأْسَ بِذَلِكَ
Dengan demikian, tentu fitnah keji jika mengatakan Kiai Hasyim Asy’ari melarang keras perayaan Maulid Nabi.
Yang dilarang adalah peringatan Maulid Nabi yang di dalamnya terdapat unsur kemaksiatan. Faktor lain yang mengotori perayaan Maulid Nabi yang dilarang, bukan perayaan Maulidnya. Hal ini juga berlaku bagi ritual-ritual keagamaan yang lain.
Maka, ada dua kemungkinan kenapa Yazir Hasan mengatakan Kiai Hasyim melarang keras perayaan Maulid Nabi.
Pertama, sengaja memanipulasi data dan memfitnah Kiai Hasyim Asy’ari dengan tujuan untuk membodohi orang lain supaya percaya terhadap dirinya dan meninggalkan amaliah perayaan Maulid Nabi.
Kedua, atau Yazir Hasan memang seorang awam yang sedikit mengetahui ilmu agama tapi banyak bicara. Ilmu pengetahuan agamanya dangkal dan ia percaya begitu saja dengan apa yang disampaikan oleh orang yang menyuruhnya.
Ketiga, Yassir sebagai penceramah Wahabi membawa nama pendiri NU untuk meyakinkan masyarakat nahdliyin agar menerima klaim bid’ah perayaan maulid. Tentu ini bentuk manipulasi dan fitnah mengatasnamakan pendiri NU yang dihormati masyarakat nahdliyin.
Praktek seperti ini sejatinya harus segera dituntaskan. Sudah banyak penceramah Wahabi yang kerap meresahkan masyarakat. Ini saatnya memberikan pelajaran kepada kelompok ini agar tidak mudah meresakan masyarakat dengan menggunakan mimbar agama, apalagi khutbah Jumat.