jihad
makna jihad

Memaknai Resolusi Jihad dan Perang untuk Kemerdekaan

Makna jihad dalam Islam telah sering disalahpahami dan digunakan untuk berbagai tujuan yang kontroversial. Jihad, sebagai salah satu ajaran penting dalam Islam, seharusnya mempertahankan maknanya yang sejati. Dalam konteks ini, hari santri adalah momen yang berharga untuk merenungkan dan meresapi kembali salah satu makna jihad yang terwujud dalam perlawanan fisik atau perang.

Tentu makna jihad lebih luas dari sekedar perang (qital). Namun, salah satu bentuk jihad adalah perang merupakan suatu yang tidak boleh dihilangkan. Jihad perang adalah salah satu ajaran dalam Islam dalam mempertahankan kawasan dan keselamatan umat. Jihad perang dalam hal ini tidak boleh dibuang dan akan selalu siap digunakan ketika kondisi membutuhkan.

Hanya saja, makna jihad tidak sesempit perang (qital). Jihad, dalam bahasa Arab, berarti “perjuangan” atau “usaha sungguh-sungguh.” Ini adalah konsep yang sangat luas dan tidak terbatas pada perang. Dalam Al-Quran, kita menemukan ayat-ayat yang menguraikan makna jihad yang lebih mendalam. Salah satunya adalah dalam Surah Al-Hajj (22:78):

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah, dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Iaitu kamu harus mengikuti) agama bapa kamu Ibrahim. (Allah telah menamakan kamu sekali-kali) orang-orang Islam sebelum dan dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atasmu, dan kamu sekali-kali menjadi saksi atas manusia. Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpegang teguhlah kamu kepada Allah. Dialah pelindungmu. Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”

Ayat ini menggarisbawahi bahwa jihad sejati adalah perjuangan untuk mempertahankan nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan kebenaran dalam segala aspek kehidupan. Dalam arti ini jihad adalah semesta perjuangan spiritual, moral, dan sosial yang mencakup kesadaran, pendidikan, dan amal.

Dalam konteks hari santri, peringatan resolusi jihad yang diumumkan pada tahun 1945 adalah memperingati sejarah dan momentum bagaimana penerapan salah satu bentuk jihad dilakukan dengan tepat. Perang dilakukan ketika umat dan suatu kawasan telah terancam oleh serangan yang dapat merusak keamanan.

Resolusi ini menegaskan bahwa implementasi jihad dalam arti perang adalah untuk mempertahankan wilayah Indonesia yang saat itu terjajah. Ini mencerminkan jihad perang yang benar, yaitu perjuangan fisik yang dilakukan dalam rangka melindungi diri, agama, harta, dan negara.

Mengembalikan Resolusi Jihad dalam Makna yang Luas

Jika kondisi sudah damai dan tidak ada ancaman fisik dari musuh, resolusi jihad harus dinaikkan lagi dalam pengertian yang lebih luas sebagaimana makna jihad yang sesungguhnya. Makna jihad yang lebih luas yang tercermin dalam resolusi ini harus dinaikkan tingkatannya bukan lagi pada posisi perang fisik, tetapi perang moral, spiritual, dan intelektual.

Wilayah Indonesia yang saat itu terdiri dari beragam etnis, agama, dan keyakinan, harus dipertahankan sebagai wilayah yang aman dan damai bagi semua warganya dengan jihad dengan makna yang luas. Implementasi jihad dalam arti ini adalah untuk melindungi umat Islam dan umat lain yang berada dalam wilayah ini.

Makna jihad yang lebih luas ini sesuai dengan praktek Rasulullah dalam melindungi Madinah dari serangan orang kafir Quraisy. Madinah pada saat itu adalah tempat tinggal bagi berbagai kelompok, termasuk Muslim, Yahudi, dan Nasrani. Rasulullah memastikan keamanan dan perlindungan untuk semua warga Madinah, tanpa memandang agama mereka.

Namun, sayangnya, beberapa kelompok telah mengklaim serangan kekerasan, serangan bom bunuh diri, dan pembangkangan terhadap pemerintah sebagai bentuk jihad. Ini adalah pemahaman yang keliru dan berbahaya tentang jihad. Jihad sejati adalah perjuangan yang bermakna dan dilakukan dengan cara yang sah dan tertib. Jihad adalah upaya untuk memperjuangkan kebaikan, keadilan, dan perdamaian, bukan untuk menciptakan kerusakan dan kekacauan.

Bagikan Artikel ini:

About Farhah Salihah

Check Also

ramadan

Ramadan Berlalu, Perilaku Koq Masih Seperti Dulu

Hanya sebentar setelah berakhirnya bulan Ramadan, kita sering kali merasakan betapa cepatnya kita melupakan pelajaran …

madinah

Siapa yang Mengangkat Nabi Muhammad Menjadi Pemimpin di Madinah?

Persoalan kepemimpinan politik sejak dulu memang menjadi salah satu perhatian serius umat Islam. Tentu saja, …