konsumerisme

Mengapa Gaya Hidup Sederhana Itu Keren: Pelajaran dari Islam Mengatasi Konsumerisme

Rasulullah SAW telah memberikan kita pedoman bijak tentang konsumsi dan perilaku konsumerisme. Memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun, ada batas yang perlu dijaga agar kita tidak terjebak dalam perilaku konsumerisme yang berlebihan.

Konsumerisme, dengan dorongan tak terbendung untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang mungkin tidak kita butuhkan, seringkali didorong oleh keinginan akan kesenangan dan kepuasaan material. Ini sering kali berakar pada citra diri dan status sosial. Di zaman digital ini, serbuan iklan di media sosial dan media lainnya semakin memperkuat hasrat konsumerisme ini. Orang-orang tergoda untuk membeli bukan karena kebutuhan, tetapi karena ingin mengejar kepuasan material dan mengukir citra sosial yang glamor.

Islam telah lama menunjukkan sikap kritis terhadap perilaku konsumerisme. Konsumerisme, dengan segala berlebihan dan ketidakpahaman akan batas-batasnya, sering kali membawa dampak negatif seperti perilaku sombong dan pamer yang sangat tidak diinginkan dalam ajaran Islam.

Dalam Al-Quran, Allah SWT telah menegaskan pentingnya berkonsumsi dengan bijaksana. Ayat yang menyatakan, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (QS: Al-Furqan; 67) mengingatkan kita untuk hidup dalam keseimbangan, bukan dalam berlebihan atau ketiadaan.

Islam menekankan nilai-nilai sederhana dan moderat. Umat Islam diajak untuk berada di pertengahan antara boros dan kikir. Sikap berlebihan dalam segala hal bukanlah ciri umat Islam yang sesungguhnya. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Makan dan minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa rasa sombong dan tanpa berlebih-lebihan” (HR Baihaqi).

Pesan yang terkandung dalam ajaran ini sangat relevan dalam kehidupan kita saat ini. Kita perlu merenungkan sikap konsumsi kita, memahami apa yang benar-benar kita butuhkan, dan menghindari perilaku konsumerisme yang berlebihan.

Dengan demikian, kita dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan sederhana, moderat, dan berbagi kepada sesama. Selain itu, kita juga dapat menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan berkelanjutan.

Bagikan Artikel ini:

About Farhan

Check Also

tionghoa dan islamisasi nusantara-by AI

Jejak yang Terlupakan: Etnis Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

Seberapa sering kita mendengar nama-nama besar dalam sejarah Islam di Nusantara? Seberapa banyak kita mengingat …

kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Segala Sesuatu Milik Allah : Jangan Campuradukkan Pemikiran Teologis dengan Etika Sosial

Segala sesuatu yang di alam semesta adalah milik Allah. Dialah Pencipta dan Raja segala raja …