merayakan kemerdekaan
kemerdekaan

Mengenang Kemerdekaan Indonesia dan Islam : Kesadaran yang Mengikat, Bukan Menyekat

Tanggal 17 Agustus adalah momen spesial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Gegap gempita dan perayaan kemerdekaan diperingati dari pojok kampung hingga istana negara. Hari itu sangat istimewa bagi Indonesia untuk selalu mengenang sejarah perjuangan dan capaian kemerdekaan yang harus dijaga.

Menariknya secara kebetulan pada bulan Agustus ini tepatnya 20 Agustus aka nada pula perayaan istimewa bagi umat Islam. Peringatan 1 Muharram sebagai tahun baru Islam dipilih oleh Khalifah Umar untuk mengenang titik awal kemerdekaan Islam dari penjajahan. Tentunya hampir sama semangatnya untuk selalu mengenang semangat sejarah.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan Hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah merupakan sejarah yang menandai titik tolak kejayaan sebuah peradaban. Melalui momentum proklamasi Indonesia dan Madinah mulai merangkai pusat pemerintahan, masyarakat, hubungan luar negeri.

Dan terpenting Indonesia dan Madinah merasa penting membangun kesepakatan antar warganya untuk hidup dalam keragaman dan perdamaian. Indonesia dibangun dengan dasar Pancasila sebagai perjanjian kebangsaan dan Rasulullah membangun Madinah  sebagai perjanjian antar suka dan agama.

Karena itulah, merayakan kemerdekaan Indonesia termasuk merayakan tahun baru Islam merupakan merayakan semangat untuk merdeka dari penindasan dan merawat perdamaian dalam keragaman. Merdeka berarti harus bersama dan bersatu. Semangat kemerdekaan Indonesia adalah karena persatuan bukan karena ego sectoral masing-masing suku, agama dan etnis. Begitu pun Islam membangun peradabannya dengan kebersamaan dan persatuan.

Jika tidak ada rasa bersama berarti bangsa itu belum merdeka. Masyarakat yang terbelenggu dengan primordialisme suku, agama, etnis dan kepentingan adalah cerminan manusia yang masih terjajah oleh kepentingan masing-masing. Merdeka harus melepaskan ego pribadi dan kelompok dengan kesadaran bergerak bersama.

Jika di tengah negara merdeka masih ada kelompok yang memikirkan kepentingan masing-masing sesungguhnya kelompok itu belum merdeka. Jika ada kelompok yang ingin menonjolkan identitas diri dan kelompoknya untuk negeri yang beragam ini, mereka pun belum merdeka. Kemerdekaan hanya bisa dicapai ketika ia menanggalkan kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Umat Islam dan umat lain di Indonesia membangun kesepakatan bersama untuk hidup dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila. Itulah kemerdekaan. Masyarakat Madinah yang beragam bersepakat dengan Rasulullah membangun madani yang plural dan saling menjaga. Itulah kemerdekaan.

Kemerdekaan harus dimaknai sebagai berkah dan anugerah yang harus terus dijaga dengan persatuan dan keragaman. Kemerdekaan adalah ada perasaan yang mengikat, bukan perasaan yang saling menyekat.

Perjanjian adalah sesuatu yang mengikat dalam mengisi kemerdekaan. Mereka yang masih kukuh memperjuangkan dasar lain dari dasar negara yang sudah disepakati bersama bukanlah seorang pejuang melainkan pemberontak dan pengkhianat. Raslullah pun tidak segan memerangi dan mengusir mereka yang berkhianat terhadap perjanjian.

Dirgahayu Republik Indonesia ke 75 Tahun 2020 dan Selamat Tahun Baru Islam 1442 H

Bagikan Artikel ini:

About Farhan

Check Also

tionghoa dan islamisasi nusantara-by AI

Jejak yang Terlupakan: Etnis Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

Seberapa sering kita mendengar nama-nama besar dalam sejarah Islam di Nusantara? Seberapa banyak kita mengingat …

kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Segala Sesuatu Milik Allah : Jangan Campuradukkan Pemikiran Teologis dengan Etika Sosial

Segala sesuatu yang di alam semesta adalah milik Allah. Dialah Pencipta dan Raja segala raja …