Film Siksa Kubur sebagai kategori film horror-religi memuat tentang ajaran Islam yang mengupas kehidupan setelah kematian. Ajaran ini merupakan aspek penting dalam keimanan Islam. Film ini bercerita tentang seorang anak yang tidak percaya atau meragukan agama dan ingin membuktikan keberadaan siksa kubur.
Film ini terbilang sukses meraih di pasaran sejak tayang perdana pada 11 April 2024 silam. Film yang memadukan unsur horror, kengerian, ketakutan dan unsur edukasi keagamaan menyedot perhatian. Tapi apakah kesuksesan ini juga bisa diukur dengan kemampuannya untuk memberikan edukasi khususnya masalah keagamaan?
Beberapa respon orang yang sudah menonton misalnya mengatakan bahwa film ini sangat bagus dan memberikan kesadaran akan dosa dan peringatan tentang siksa setelah kematian. Aspek ini bisa mengambil dari tujuan dari agama untuk memberikan peringatan kepada manusia. Salah satu aspek yang disentuh dalam agama adalah memberikan peringatan kepada kematian dan siksa setelah kematian.
Kisah Nabi dalam perjalanan Mikraj juga diperlihatkan siksa ahli neraka, seperti para pelaku ghibah, pemakan riba, zina dan sebagainya. Siksa yang pedih ini dinarasikan dan diceritakan Nabi sebagai pengingat bagi manusia untuk takut terhadap siksa neraka.
Begitu pula, jika kita melihat beberapa ayat dalam Al-Quran misalnya Surat al-Waqiah yang menjelaskan salah satu golongan dari tiga golongan yang mendapatkan siksa pedih. Dalam surat Al Waqiah dilukiskan bahwa mereka akan menelan buah zaaqum, meminum air mendidih dan ilustrasi yang sangat pedih.
Apa tujuan ini semua? Tentu memberikan peringatan. Rasul diutus untuk memberikan dua berita, kegembiraan dan peringatan agar manusia mengikuti jalan Tuhan. Jika berada di posisi ini, Film Siksa Kubur dan Film lainnya seperti Siksa Neraka juga memberikan nilai Islami untuk menggugah keimanan.
Artinya, film ini menjadi sarana dakwah untuk meningkatkan kesadaran tentang kehidupan setelah mati dan pentingnya menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Film ini pula mengajak penonton tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati, mendorong mereka untuk meningkatkan ibadah dan amal baik.
Secara moral dan spiritual, film ini dan film sejenisnya memberikan pesan yang kuat, membantu penonton memahami konsekuensi dari perbuatan dosa dan pentingnya bertaubat. Dakwah visual ini menjadi pendekatan baru dalam mengajak kesadaran manusia.
Hanya saja, karena ini film yang mengumbar visual menakutkan dan mengerikan tidak menutup kemungkinan akan membuat ketakutan berlebihan. Terkadang ketakutan ini bisa menyebabkan trauma bukan karena keimanannya, tetapi lebih kepada aspek ketakutan psikologis.
Penggambaran yang berlebihan apalagi yang tidak sesuai dengan sumber yang shahih dalam literatur keislaman justru akan kontra produktif. Visual yang menakutkan bisa menyebabkan trauma dan kecemasan terutama kepada anak-anak yang secara mental rentan. Karena itulah, disarankan orang tua tidak membawa anak-anaknya yang secara umur dan psikologis belum siap untuk menonton kengerian seperti itu.
Selain itu, ilustrasi gambar dan visualisasi yang mengerikan jika ditonton berulang dan menjadi kebiasaan akan memupuk kekebalan yang menganggap hal itu menjadi biasa. Kelemahan visual memang terletak di aspek ini. Visualisasi siksa yang Digambar atau divisualisasi terkadang memberikan aspek tidak menyentuh.
Berbeda dengan gambaran melalui narasi yang melibatkan imajinasi. Ketika Quran melukiskan tentang siksa neraka dan nikmat surga melalui kata-kata, imajinasi itu muncul di otak manusia dan diolah menjadi kengerian dan kenikmatan yang tak terbatas. Tetapi ketika itu digambarkan dan divisualisasikan dengan nyata, misteri dari imajinasi itu seakan telah ditemukan dan menjadi biasa saja.
Namun, tentu saja, Film Siksa Kubur dan sejenisnya dalam taraf tertentu memberikan edukasi moral dan spiritual dalam aspek memberikan kesadaran dan peringatan. Kita berharap film seperti ini dapat meningkatkan keimanan, bukan sekedar tontonan hiburan horror yang menjual ketakutan semata.
Terlebih, para penonton juga penting mempertimbangkan aspek umur jika ingin melibatkan anak-anak atau kelompok usia yang secara psikologis rentan dalam menyaksikan kengerian dan ketakutan.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah