ramadan mahasiswa ri di belgia
ramadan mahasiswa ri di belgia

Menjalankan Puasa Ramadan Bagi Mahasiswa RI di Belgia, Dikagumi Para Bule Dan Jadi Media Dakwah

Jakarta – Para mahasiswa diluar negeri selain menuntut ilmu juga menjadi duta bangsa yang memperkenalkan tradisi dan budaya ditempatnya menimba ilmu. Bagi mahasiswa muslim selain memperkenalkan tradisi dan budaya juga memperkenalkan bagaimana cara hidup seorang muslim terkhusus pada bulan Ramadhan.

Di beberapa negara eropa, jumlah umat muslim tidak begitu banyak sehingga ibadah puasa yang dijalankan oleh mahasiswa muslim menjadi media dakwah yang sangat tepat.

Jeri At Thabari mungkin akan mengenang puasa Ramadan di Belgia, tempatnya kuliah saat ini seumur hidup. Berada di negeri dengan jumlah muslim tidak banyak, Jeri dikelilingi rekan yang sangat toleran.

Dilansir dari laman detikEdu, Senin, (18/4/22). Jeri mengatakan rekan kuliahnya tak segan pindah tempat saat makan siang. Mereka bahkan mengungkapkan kekagumannya karena Jeri tidak makan dan minum sepanjang hari.

“Mereka sangat mengapresiasi sanggup nya kita (umat muslim) untuk berpuasa karena mereka sering bergumam ke saya, “We will not be able to do what you did,” kata Jeri yang kuliah di Ghent University (Universiteit Gent) yang berada di wilayah Flanders Timur.

Berada di lingkungan yang sangat menghormati keyakinan dan puasa Ramadan membuat Jeri bersyukur. Apalagi Ramadan 2022 adalah kali pertama dia puasa di luar negeri. Jeri mengawali pendidikan S3 di Belgia pada Oktober 2021.

Mahasiswa asal Aceh ini harus menghadapi durasi puasa yang mencapai 15-16 jam. Seiring pelaksanaan puasa, summer semakin dekat dengan matahari yang makin lama terbenam. Namun matahari juga makin cepat terbit, yang artinya puasa makin cepat dimulai.

“Saat ini, waktu subuh itu tercatat pukul 5.32 CEST dan waktu berbuka di pukul 20.39 CEST, mengikuti kalkulasi milik Union des Organisations Islamiques de France (UOIF). Metode ini dianjurkan PCINU Belgia untuk diikuti,” kata Jeri.

Tantangan berikutnya adalah suasana Ramadan yang tidak terasa layaknya Indonesia. Namun Jeri ingin mempertahankan vibes tersebut dengan mengikuti tradisi meugang dari wilayah asalnya.

Meugang adalah saat banyak keluarga memasak makanan berbasis daging untuk merayakan datangnya Ramadan. Jeri membeli sedikit daging untuk dimasak dan disimpan di dalam freezer, untuk dinikmati sewaktu-waktu selama Ramadan.

“Berhubung minta dikirimi apapun itu dari Indonesia cukup sulit, jadi saya harus bertualang sendiri ke toko-toko Asia maupun India di Gent untuk mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak,” kata Jeri.

Dia kemudian bereksperimen di dapur untuk meniru yang biasa dilakukan ibunya saat meugang. Jeri mengatakan, ibunya memasak makanan-makanan khas meugang seperti rendang dan masak mirah (kari merah).

Tantangan lain yang dihadapi Jeri adalah saat sahur mengawali puasa Ramadan. Dengan durasi puasa yang cukup lama, dia harus pintar memilih hidangan. Namun tak jarang akhirnya memilih mi instan.

“Biasanya saya mengkonsumsi nasi dan sayur seperti yang umum di Indonesia. Jika tidak sempat menyiapkan nasi dan sayur, alternatif cepatnya adalah sandwich. Tapi ada juga beberapa kejadian yang berujung pada Indomie to the rescue,” kata Jeri.

Dengan semua tantangan yang dihadapi, Jeri tak ingin patah semangat melakukan puasa Ramadan. Apalagi Ghent yang diketahui Jeri sangat memerhatikan work-life balance para warganya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Dr Amirsyah Tambunan

Para Tokoh Bangsa, Lintas Politik, Ormas, dan Ormas Keagamaan Diajak Rekatkan Solidaritas dan Persatuan Dengan Semangat Syawal

Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Halal Bihalal Kebangsaan 2024, 7 Mei mendatang. …

Pelatihan teroris JI di Semarang

Latihan Fisik Paramiliter di Poso, 8 Teroris JI di Sulteng Miliki Peran dan Jabatan Mentereng

Jakarta – Delapan orang terduga teroris dari jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang ditangkap Densus 88 di …