076558300 1695043052 830 556

Nadiem Makarim Yakin Kampus NU Mampu Bersaing Di Kancah Global 

JAKARTA — Perguruan Tinggi (PT) yang berada dibawah naungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus bergerak melakukan inovasi untuk dapat bersaing dalam era digitalisasi. Era ini membawa perubahan yang sangat cepat sehingga perguruan tinggi harus mampu beradaptasi secara cepat dan tepat sehingga sasaran pendidikan tetap dengan ciri khasnya namun dapat bersaing dengan perguruan tinggi internasional.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Kementerian Agama (Kemenag) dan Lembaga Pendidikan Tinggi Nadhlatul Ulama (LPT PBNU) menggelar Simposium Nasional Digitalisasi Perguruan Tinggi Nadhlatul Ulama (PTNU). Simposium itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan PTNU dalam menghadapi tantangan digitalisasi.

“Melalui simposium ini, kampus-kampus di bawah naungan NU yang berjumlah hampir 300 perguruan tinggi dapat saling bertukar gagasan, pengalaman, dan praktik baik, serta bersama-sama mewujudkan kampus NU yang senantiasa relevan dengan kebutuhan dunia global hari ini,” ucap Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam siaran pers seperti dilansir dari laman republika.co.id pada Kamis (30/11/2023).

Nadiem mengatakan, berkumpulnya para pimpinan dan perwakilan sivitas akademika perguruan tinggi NU se-Indonesia dalam simposium ini merupakan momen penting untuk memperkuat upaya transformasi dunia pendidikan tinggi yang ada di Indonesia.

Dia melihat, dunia tengah bergerak dengan cepat seiring perkembangan teknologi, pergeseran demografi, pertumbuhan ekonomi, serta perubahan dinamika sosial dan budaya.

Dia mengungkapkan, perubahan-perubahan itu menuntut seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk mampu beradaptasi. Menurut dia, hal tersebut perlu dilakukan demi lahirnya sumber daya manusia unggul dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan zaman.

“Alhamdulillah, upaya kampus-kampus di Indonesia, termasuk yang berada di bawah naungan NU, untuk melahirkan lulusan yang unggul dan berdaya saing tinggi tampak semakin nyata berkat terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM),” terang Nadiem.

Hanya dalam waktu empat tahun, kata Nadiem, Kemendikbudristek telah berhasil mengirim 950 ribu lebih mahasiswa Indonesia untuk belajar dan berkarya di luar kampus.

Berdasarkan hasil survei yang pihaknya lakukan, para mahasiswa yang telah mengikuti program MBKM memiliki waktu tunggu kerja yang lebih singkat serta gaji pertama yang lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Dia turut mengucapkan apresiasi kepada para pimpinan dan seluruh sivitas akademika perguruan tinggi NU yang telah mendorong para mahasiswa mengikuti program Kampus Merdeka. Dia mengaku yakin, para mahasiswa alumni Kampus Merdeka adalah cikal bakal pemimpin masa depan yang akan membawa perubahan besar bagi kemajuan peradaban bangsa.

“Besar harapan saya agar Simposium Perguruan Tinggi NU se-Indonesia dapat melahirkan rekomendasi dan kerja nyata yang akan mengakselerasi transformasi sistem pendidikan tinggi Indonesia dengan gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” ujar Nadiem.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengungkapkan aspek yang menjadi perhatian lembaga pendidikan, yaitu persentuhan dengan perkembangan teknologi informasi yang saat ini kecanggihannya tak terbendung. “PTNU harus cepat menyesuaikan. Tidak cukup jika hanya melakukan digitalisasi tanpa merubah pola pikir digitalnya,” terang Saiful Rahmat.

Saiful Rahmat menambahkan, pola pikir digital adalah pola pikir yang memungkinkan seseorang atau organisasi untuk memahami dan memanfaatkan teknologi digital. Lebih dari sekadar kemampuan untuk menggunakan teknologi, pola pikir digital melibatkan sikap, keyakinan, dan cara berpikir yang terbuka terhadap perubahan dan inovasi.

“Jika digitalisasi itu ditunjukkan dengan mendigitalkan yang bisa didigitalisasi, seperti digitalisasi absen, digitalisasi buku, digitalisasi laporan, layanan digital dan sebagainya. Tapi pola pikir digital ini lebih fundamental, karena harus memengaruhi pola pikirnya,” kata Saiful Rahmat.

Sementara itu, Ketua Panitia Simposium PTNU Luthfi Hamidi menyebut tujuan utama dari penyelenggaraan kegiatan itu adalah menyatukan tekad seluruh unsur pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama untuk semakin berkembang.

“Menjadikan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama benar-benar sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini untuk membangun peradaban dunia,” jelas dia.

Lebih lanjut, Luthfi melaporkan, 32 rektor perguruan tinggi keagamaan negeri dan perguruan tinggi yang siap menjadi bapak asuh untuk bersama-sama dengan perguruan tinggi NU untuk mengembangkan kualitas mutu pendidikan di wilayah masing-masing.

“Mulai dari Aceh sampai Papua, kemudian juga hadir unsur yang sangat berperan dalam pengembangan PT NU yakni 29 perguruan tinggi Nahdlatul Ulama milik jam’iyah Nahdlatul Ulama yang akan bersinergi. Kemudian hari ini oleh 92 perguruan tinggi Nahdlatul Ulama milik jamaah NU yang juga siap untuk bersinergi dan berkolaborasi,” ujar Luthfi.

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …