adzan di Jerman
adzan di Jerman

Pandemi Covid-19, Makin Banyak Masjid di Jerman Boleh Kumandangkan Adzan

Jakarta –  Rasa haru menyelimuti umat muslim di Jerman setelah mengetahui semakin banyaknya masjid yang telah mengantongi izin untuk melakukan panggilan salat melalui pengeras suara. Hal itu tidak terlepas dari pandemi Covid-19, dimana banyak tempat ibadah ditutup.

Dilansir spiegel.de via laman Okezone, Rabu (22/7/2020), selama mencegah penyebaran virus Corona, beberapa tempat ibadah diharuskan ditutup bagi jamaah. Kondisi ini yang menjadi awal mula dari beberapa komunitas muslim yang diberikan izin sementara untuk melakukan adzan. Ditib, sebuah asosiasi masjid asal Turki, memperkirakan totalnya mencapai 100 titik di Jerman.

Di beberapa tempat bahkan disebutkan bahwa kumandang adzan dapat didengar bersamaan dengan bunyi lonceng dari tempat ibadah umat beragama lain sebagai bukti adanya solidaritas dan kenyamanan antar umat beragama.

“Di beberapa tempat komunitas, aura positif yang terjadi dilingkungan sekitar adalah meningkatkan sikap toleransi publik terhadap panggilan untuk berdoa,” kata Zekeriya Altuğ dari Asosiasi Ditlib.

Ia menambahkan, praktik toleransi tersebut kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun masih diperdebatkan lebih lanjut tentang apakah perizinan ini akan diberikan seterusnya atau tidak.

Nyatanya, menjadi bagian dari negara minoritas muslim bukanlah hal yang mudah. Hal ini lantaran untuk di kota besar maupun kota-kota kecil, tak sedikit yang menjadikan adzan sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Adzan menjadi suatu hal yang cukup rumit dalam hukum negara bersangkutan.

Padahal, secara teori tak seharusnya kumandang adzan dibatasi bahkan dilarang karena adanya hak atas kebebasan beragama. Pelarangan yang diberlakukan di Jerman diketahui karena untuk melindungi masyarakat dari kebisingan.

Berbeda dengan negara-negara Islam yang justru mempersilakan muazin untuk mengumandangkan adzan sebanyak lima kali sehari, termasuk saat fajar, waktu yang sangat tak terpikirkan bagi daerah pemukiman Jerman. Masjid Fatin di Düren, di wilayah Jerman Barat, Rhine-Westphalia Utara, mengumandangkan adzan setidaknya tiga kali sehari.

Warga di kota ini sudah bertahun-tahun terbiasa dengan adanya komunitas Islam yang ada dan memerjuangkan haknya sejak tahun 1980-an ini. berbeda dengan sebagian besar masjid di Jerman yang bahkan hanya melakukan adzan sebelum salat Jumat dilaksanakan.

Hal tersulit adalah bahwa kebebasan beragama di Jerman yang masih cenderung negatif, dengan hak atas melakukan ibadah yang seharusnya tak boleh diganggu oleh agama lainnya. Salah stau contohnya adalah terdapat sepasang suami istri yang tinggal di di Oer-Erkenschwick di Rhine-Westphalia Utara yang menolak keras adanya panggilan adzan di kota mereka yang selalu dikumandangkan setiap hari Jumat.

Pasangan ini bahkan tak segan membawa keluhannya ke pengadilan administrasi regional pada tahun 2018. Pengadilan Gelsenkirchen memutuskan muazin untuk tidak melaksanakan panggilan salat di sana.

Otoritas kota setempat mengajukan banding atas putusan tersebut dan berpendapat bahwa penggugat mungkin bahkan tidak bisa mendengar panggilan untuk beribadah mengingat mereka tinggal hanya berjarak satu kilometer saja dari sumber suara. Pengadilan Tinggi Administratif di Münster masih akan memutuskan untuk naik banding.

Berlawanan dengan hal tersebut, dukungan yang berlimpah banyak didapatkan dari jejaring sosial yang meminta peningkatan jumlah tempat atau wilayah yang mengizinkan muadzin untuk melantunkan panggilan pelaksanaan salat.

Hal ini bermula dari adzan pertama yang dikumandangkan secara bebas di Masjid Merkez di Kota Duisburg yang berhasil menarik hingga 300.000 penonton di YouTube. Kolom komentar juga nampak begitu ramai dengan mendapatkan 1.500 komentar yang mayoritas ditulis dalam bahasa Turki.

Tak sedikit yang merasa senang akan peristiwa ini dan memuji lantunan adzan yang indah, dan mengucap syukur bahwa Jerman dapat bersikap toleran. Sedangkan yang lainnya turut menyarankan bahwa kumandang adzan harus menggema di semua titik di negara di dunia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Dr Trubus Rahardiansyah

Perkuat Edukasi, Transparansi, dan Kualitas Gizi di Garis Depan dalam Pelaksanaan Program MBG

Jakarta — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah strategis …

Kepala BNPT Komjen purn Eddy Hartono di Kampung Kebangsaan UIN Walisongo

Ancaman Terorisme Nyata, Mahasiswa Diajak Jaga Indonesia

Semarang — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol (Purn) Eddy Hartono, S.I.M., M.H., …