akhlak terpuji
toleransi anak

Panduan Orang Tua Muslim (1) : Bolehkah Anak Berteman dengan Non Muslim?

Berteman berarti akrab, dekat, bersahabat, hangat dan asyik. Berteman berarti juga merajut silaturahmi yang merupakan anjuran agama Islam. Berteman tidak dibatasi usia; orang tua, anak muda dan anak-anak. Manusia sebagai makhluk sosial butuh kepada teman.

Lebih-lebih anak-anak. Mereka akan merasa lebih senang menikmati hidup kalau banyak teman. Wajah bahagia terpancar dari anak-anak disaat sedang bermain. Sebab bermain merupakan sesuatu yang sangat disukai oleh mereka.

Dalam bermain anak-anak tidak akan mempertanyakan apa agama teman bermainnya. Sebab pada usia kanak-kanak agama, ras, suku dan segala perbedaan yang lain bukan sesuatu yang harus dipertanyakan. Dengan siapapun, apapun agama dan keyakinannya, dari suku apa dan seterusnya bukan persoalan, yang penting mereka bisa berteman dan bermain.

Bagi anak-anak hal itu merupakan fitrah. Tetapi, sebagai orang tua muslim, apa yang akan dilakukan ketika anaknya bertanya apakah boleh anak berteman dengan non muslim? Dilarang atau malah dianjurkan?

Untuk menjawab pertanyaan ini tentu harus melihat hadist-hadits dan sejarah Nabi apakah beliau pernah berteman dengan non muslim atau tidak?

Ini jawabannya. Dalam literatur-literatur sejarah keislaman, seperti kitab Sirah Ibnu Hisyam dan kitab-kitab sejarah yang lain diceritakan pertemanan antara Nabi dengan raja Habasyah, Ethiopia. Padahal dia orang Kristen. Bahkan, Nabi berteman baik dengannya.

Ketika hijrah pertama, Nabi memerintahkan sahabatnya untuk hijrah dan meminta perlindungan kepada raja Habasyah tersebut. Hijrah ke Madinah adalah hijrah kedua. Diantara yang hijrah ke Habasyah adalah Ruqayyah, putri Nabi sendiri beserta suaminya Utsman bin ‘Affan dan umat Islam yang ditindas oleh orang-orang kafir Quraish.

Artinya, secara tidak langsung Nabi mengajarkan bahwa berteman dengan non muslim tidak dilarang.

Teladan Nabi berteman dengan non muslim berikutnya adalah pertemanan beliau dengan pamannya, Abu Thalib. Padahal ia tidak beragama Islam. Lebih memilih agama nenek moyangnya. Walaupun begitu, Nabi berteman dengan pamannya tersebut.

Maka, ketika anak-anak bertanya apakah boleh berteman dengan non muslim? Jelas boleh. Tidak hanya anak-anak,  orang dewasa juga demikian.

Manfaat yang lain, anak secara tidak langsung dididik dengan nilai-nilai keragaman dan kebangsaan. Diajarkan tentang persaudaraan kebangsaan, memahami perbedaan sebagai fitrah, kerukunan antar masyarakat dan toleransi.

Sehingga ketika dewasa nanti anak-anak menjadi pribadi yang moderat karena telah terbiasa dengan perbedaan. Memiliki sikap toleransi dan tidak memiliki sifat membenci orang yang berbeda agama. Setelah dewasa nanti anak tidak akan terjerumus pada paham radikalisme.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …