Bedah Buku perjalanan JI di Bandung

Pasca Bubar, 8.000 Eks JI Harus Dibina Wawasan Kebangsaan, Keagamaan dan Kewirausahaan

Bandung — Ada sekitar 8.000 eks anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang harus dibina pasca pembubaran organisasi pada pertengahan tahun 2024. Pembinaan dilakukan mulai wawasan kebangsaan, keagamaan dan kewirausahaan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Eddy Hartono mengatakan lembaganya terus melakukan pembinaan kepada para narapidana terorisme dan eks anggota JI  tentang wawasan kebangsaan, keagamaan dan kewirausahaan. Pihaknya berkolaborasi dengan kementerian BUMN dan lembaga lain untuk melakukan pelatihan.

Kepala BNPT menguraikan bahwa salah salah satu pelatihan yang dilakukan yaitu pelatihan memperbaiki AC untuk eks anggota Jamaah Islamiyah di Jawa Barat dan Makassar. Eddy menyebut berdasarkan hasil penelitian faktor utama pencetus orang menjadi radikal salah satunya faktor ekonomi.

“Ada 8.000 mantan JI tanggung jawab negara untuk pembinaan,” ujar Eddy saat bedah buku perjalanan kisah Jamaah Islamiyah yang ditulis Kepala Densus 88 Irjen Pol Sentot Prasetyo di kampus Universitas Muhammadiyah Bandung beberapa waktu lalu.

Ia menyebut bekal keterampilan tersebut diharapkan dapat membantu eks anggota JI  dari sisi perekonomian. Selain itu, Eddy juga mengajak Muhammadiyah untuk terlibat dalam upaya pembinaan eks anggota Jamaah Islamiyah.

Sementara itu, diikutip dari buku JI Untold Story, penulis buku Ijen Pol Sentot Prasetyo mengatakan buku tersebut disusun untuk membuka tabir tentang salah satu kelompok radikal teroris terbesar dan paling berbahaya di Asia Tenggara. Dengan ideologinya, Jemaah Islamiyah melakukan aksi serangkaian teror mengguncang stabilitas keamanan nasional.

Namun pada 30 Juni tahun 2024 terjadi perubahan besar yaitu kelompok Jemaah Islamiyah membubarkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI. Ia menilai keputusan membubarkan diri merupakan hasi dari proses panjang yang melibatkan pertimbangan matang demi kemaslahatan lebih besar.

“Buku ini hadir untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang bagaimana JI yang dulu dikenal keras dan tegas dalam upayanya mendirikan negara Islam kini mengalami transformasi besar menuju penerimaan terhadap NKRI,” dikutip dalam buku.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

084039400 1760199435 830 556

Pesan Habib Ja’far: Manfaatkan AI Sebagai Tools, Bukan Rujukan Utama Soal Persoalan Agama

JAKARTA — Perkembangan zaman tidak bisa dinapikan oleh masyarakat, termasuk perkembangan teknologi yang mempermudah keperluan, …

Bincang Jurnal

Perkuat Literasi dan Iman Untuk Bendung Penyebaran Radikalisme di Media Baru

Purwokerto — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan …