ulama sejati
ulama sejati

Butuhnya Kaderisasi Ulama : Penguatan Wawasan Keislaman dan Wawasan Kebangsaan

Pada awal tahun 2021 ini bangsa Indonesia diuji oleh berbagai musibah, mulai dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, gempa bumi dan tanah longsor, termasuk banyaknya ulama yang berpulang ke Rahmatulah. Berbagai spekulasi muncul di lingkungan masyarakat. Mulai dari dukungan terhadap bangsa ini, hingga yang parahnya adalah timbulnya berbagai berita miring (hoaks) mengenai wafatnya para ulama tersebut.

Berdasarkan informasi yang dapat dihimpun, setidaknya ada 12 ulama atau kiai yang wafat pada periode 1 Januari-15 Januari 2021. Dengan wafatnya para ulama berarti Allah telah mulai mengangkat ilmu dari manusia. karena itulah maka pakar Alquran KH Ahsin Sakho Muhammad mengajak kepada seluruh umat Islam membuat gerakan kaderisasi dalam semua bidang keilmuan Islam.

Kyai Ahsin menjelaskan, kematian adalah sebuah keniscayaan dan kemutlakan, tiada yang sanggup menghindarinya. Menurut dia, ulama dan para habib juga tidak bisa menghindari kematian. Namun, menurut dia, umat harus sadar keberadaan para ulama sangat diperlukan, khususnya di Indonesia. 

Gerakan kaderisasi keilmuan Islam memang sangatlah dibutuhkan, namun ada hal yang tak kalah penting adalah penanaman wawasan tentang toleransi kebangsaan juga harus digalakkan. Toleransi bukan berarti selalu kompromi atau sikap setuju, tetapi upaya berkonfrontasi terhadap pendapat orang lain melalui cara yang tepat.

Toleransi kebangsaan juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani  kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil. Dengan menanamkan wawasan toleransi kebangsaan, maka dapat mewujudkan kerukunan umat beragama dan  stabilitas nasional yang mantap.

Dengan menanamkan wawasan toleransi kebangsaan akan dapat memelihara dan mempererat rasa persaudaraan. Selain itu, penanaman wawasan toleransi kebangsaan dapat mempersempit langkah gerakan Radikalisme, Ekstrimisme, maupun Fundamental di negeri ini.

Karena bagaimanapun, kerukuan hidup umat beragama dan berbangsa merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di tengah-tengah perbedaan. Jangan sampai perbedaan menjadi penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Sehingga dapat terwujud suatu negara “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur”.

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Cahyo

Mahasiswa Program S2 PTIQ Jakarta

Check Also

Hari Santri

Memperingati Hari Santri Sebagai Wujud Hubbul Waton Minal Iman

Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak tanggal 22 Oktober 2015 telh ditetapkan sebagai peringatan hari santri …

meninggal di tanah suci

Belajar dari Peletakan Hajar Aswad : Praktek Demokrasi Ala Nabi

Pada saat ini banyak Negara islam ataupun Negara yang mayoritasnya adalah muslim turut mengadaptasi sistem …