teriak kafir
teriak kafir

Mengambil Pelajaran dari Baharuddin yang Tabrak Warga Sambil Berteriak Kafir

Dialah Baharuddin. Namanya mendadak terkenal karena menabrak puluhan motor di Jl Urip Sumoharjo, Makassar, sambil berteriak “kafir” terhadap para korbannya (26/2/2020). Aksi pria asal Jeneponto ini telah memakan korban yang tidak sedikit. Rupanya itu kejadian kedua setelah sehari sebelumnya dia melakukan aksi yang sama di Jeneponto.

Menurut pengakuan keluarganya, Baharuddin dari dulu sudah mengalami kondisi seperti itu. Apabila sudah kerasukan ia memandang semua orang adalah kafir. Ia kerap mengamuk sejak remaja. Hingga saat ini ia masih kerap menganggap semua orang kafir dan mau dibunuh dan dipukul.

Tidak kali ini saja, menurut penuturan keluarganya, Bahardduin sudah berulang kali mengamuk dan menyerang warga di Jeneponto, Makassar. Ia telah berusaha mengantar Baharuddin berobat baik di rumah sakit jiwa maupun pengobatan Syariah.

Baharuddin memang telah dianggap mengalami gangguan kejiwaan. Namun, pihak aparat kepolisian masih mendalami dan memastikan vonis gangguan jiwa akut yang dialami oleh Baharuddin.

Walaupun ditenggerai mengalami gangguan jiwa akut, sangat mengerikan sebenarnya melihat aksi Baharuddin ini. Bukan hanya pada aksi kekerasan dan amukan yang kerap ia lakukan. Namun, ketika kerasukan ia kerap mengeluarkan teriakan kafir. Ia bahkan menganggap semua orang kafir dan layak dibunuh.

Pemikiran Baharuddin seperti ini sebenarnya juga tidak hanya dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Tidak sedikit orang yang memiliki pandangan melihat yang berbeda sebagai kafir. Konsekuensi status kafir dilanjutkan dengan halal untuk dibunuh.

Doktrin seperti ini sebenarnya juga merasuk tidak hanya pada mereka yang mengalami gangguan sakit jiwa seperti Baharuddin. Aksi-aksi teror yang pernah dilakukan oleh orang waras juga meyakini bahwa aksi melukai dan menyerang orang lain adalah sah karena menganggap mereka sebagai kafir.

Kata kafir memang kerap menjadi pembenaran untuk menghalalkan darah bagi mereka yang berbeda keyakinan. Dalam doktrin kelompok teror, orang yang tidak memiliki keimanan bahkan pendapat yang sama adalah kafir. Dalam pandangannya, orang kafir memang halal untuk dibunuh.

Baharuddin memang dianggap sakit jiwa. Tapi teriakan kafir dan anggapan semua orang kafir layak dibunuh memang menjadi problem tidak hanya dialami oleh seorang seperti Baharuddin. Semoga orang-orang waras bisa tidak dengan mudah meneriakkan kafir lalu menganggap yang berbeda halal untuk dibunuh dan dipukuli.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Mensos di Pontianak

Ketika Doa Menyatukan Hati: Gus Ipul Temukan Makna Toleransi di Sekolah Rakyat Pontianak

Pontianak — Di tengah riuh suara anak-anak yang sedang makan siang, suasana hening seketika menyelimuti …

KH M Hilmi Assidiqi

Jihad Kebangsaan Santri: Bangun Bangsa Sesuai Kemampuan untuk Wujudkan Cita-cita Luhur Berdasarkan Pancasila

Jakarta — Perjuangan santri tidak hanya berkutat pada spiritualitas, tetapi juga pada semangat kebangsaan. Ranah …