Surah al-Insyirah adalah salah satu surah pendek yang biasa dihafal oleh orang-orang. Banyak pendakwah biasa mengutip ayat-ayat dalam surat ini dalam pidato mereka. Kadang untuk memberi motivasi dan semangat, karena di dalamnya terkandung pemberitaan tentang nikmat dari Allah swt.
Ayat pertama dari surah al-Insyirah adalah أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ. Artinya di dalam bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini: “Bukan kah telah kami lapangkan dadamu untuk mu (Muhammad)?”. Kalimat seperti ini bisa disebut dengan istifham inkari, pertanyaan yang sebenarnya mempunyai makna pernyataan tentang validitas sesuatu agar tidak bisa dipungkiri, dielakkan atau pun dibantah.
Dengan berbentuk pertanyaan seperti ini maka validitas terjadinya sesuatu semakin kuat daripada menggunakan bentuk pernyataan, misalnya: “Telah aku lapangkan dadamu untukmu”. Pertanyaan ini mengindikasikan bahwa penanya dan yang ditanya sudah sama-sama mengetahui. Beda dengan kalau berbentuk pernyataan yang mengindikasikan bahwa cuma yang memberi pernyataan saja yang mengalaminya, sedangkan yang mendengar pernyataan belum mengalami dan merasakan.
Ketika kita mengatakan bahwa “saya telah mentransfermu uang sepuluh juta”. Itu mengindikasikan bahwa yang memberi pernyataan menganggap orang yang diajak bicara belum tau dan belum merasakan. Sehingga validitas terjadinya transfer uang ini tidak terlalu kuat.
Berbeda dengan saat kita bertanya pada seseorang “bukankah saya telah mentransfermu uang sepuluh juta?”. Kalimat ini menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Penanya menganggap yang ditanya sudah tau dan merasakan tentang hal itu.
Dan pertanyaan semacam ini membutuhkan syarat. Tanpa syarat tersebut pertanyaan seperti ini bukannya menjadi sesuatu yang kuat malah menjadi kalimat yang tambah lemah. Syarat tersebut adalah memastikan orang yang ditanya benar-benar sudah tau. Artinya penanya harus lebih dulu memberi bukti pada orang yang ditanya dan telah dikonfirmasi. Sebab jika tidak seperti itu maka akan sama saja dengan bentuk pernyataan bahkan menjadi lelucon.
Sering kali Allah memberikan pertanyaan seperti ini. Misalnya pertanyaan: “Bukankah aku adalah Tuhan kalian?”. Pertanyaan semacam ini artinya Allah telah memberi bukti dan memberi tahu pada orang yang ditanya bahwa memang Allah adalah Tuhannya. Sehingga yang ditanya tidak bisa mengelak. Jika ada pernyataan seperti ini dan kita belum merasakan bukti, maka kita saja lah yang memang tidak merasakan dan tidak mau berfikir.
Dari pertanyaan dalam sebuah ayat saja kita mendapatkan sebuah pelajaran. Pertanyaan “Bukankah telah kulapangkan dadamu untukmu (Muhammad)?” memberikan sebuah pelajaran pada kita bahwa sebelum ayat ini turun, Allah swt. telah memberikan bukti dan pengetahuan pada Nabi Muhammad saw. tentang peristiwa dilapangkan dadanya. Dan hal itu telah dikonfirmasi.
Mengenai apa maksud dari lapangnya dada, bisa dibahas pada tulisan berikutnya.