Konten di media sosial
Konten di media sosial

Penyebab dan Akibat Penyakit ‘Ain serta Hubungannya dengan Media Sosial

Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak hadits yang menjelaskan mengenai penyakit ‘ain, mulai dari hadits yang menjelaskan hakikat kebenaran penyakit ‘ain, hadits tentang dasyatnya pengaruh dari penyakit ‘ain, hadits tentang pengobatan terkena penyakit ‘ain dan banyak lagi hadits yang bertemaan dengan perihal penyakit ‘ain.

Di antaranya yaitu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi bersabda, “Penyakit yang timbul dari pengaruh jahat pandangan mata memang ada. Seandainya ada yang dapat mendahului qadar, tentulah itu pengaruh pandangan mata. Karena itu apabila kamu disuruh mandi, maka mandilah!” (HR. Muslim: 5831)

Pengertian Penyakit ‘Ain

Penyakit ‘ain ini berasal dari kekaguman seseorang yang melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji, kemudian dengan menggunakan tatapan matanya untuk menyampaikan racun yang ada pada jiwanya kepada orang yang dilihat. Tatapan yang ia lontarkan dengan hati hasad ini dapat membahayakan orang lain.

Penyakit ‘ain dapat menjadi penyakit hati yang sangat merugikan orang yang berada disekeliling kita dan diri sendiri. penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata atau lebih dikenal dengan penyakit ‘ain tidak dapat dianggap sepele. Penyakit ini bisa mempengaruhi perasaan dan pikiran yang berdampak negatif bagi kesehatan. Dan penyakit ini bisa menyebabkan gangguan fisik yang berbahaya hingga mengancam nyawa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi bersabda, “Penyakit yang timbul dari pengaruh jahat pandangan mata memang ada. Seandainya ada yang dapat mendahului qadar, tentulah itu pengaruh pandangan mata. Karena itu apabila kamu disuruh mandi, maka mandilah!” (HR. Muslim: 5831).

Melihat realita yang terjadi di masa sekarang. Jika diperhatian fenomena yang terjadi belakangan ini, kita akan mendapatkan kebanyakan dari masyarakat sekarang menggunakan media sosial. Tidak dipungkiri lagi dari setiap kalangan masyarakat tua mau pun muda menggunakan media sosial.

Ketergantungan masyarakat terhadap media sosial menjadikan media sosial sebagai media utama untuk mengakses informasi atau mengunggah aktifitas keseharian mereka seperti memposting foto atau video mereka, yang dapat dilihat oleh seluruh orang-orang yang menggunakan media sosial tersebut.

Walaupun hal tersebut secara zhahir tidak merugikan mereka, akan tetapi apabila warga maya atau netizen yang melihat hal tersebut, dengen memiliki rasa iri atau dengki dan takjub/kagum dari nikmat yang diperoleh orang tersebut, maka dengan izin Allah ta’ala ‘ain dapat mendarat pada diri mereka, dengan kemudaratannya.

Hubungan Penyakit ‘Ain dengan Media Sosial

Penyakit ‘ain atau disebut juga penyakit hasad, suatu penyakit yang berbahaya bahkan lebih berbahaya dari sihir dan penyakit-penyakit lainnya. Al-Qadhi berkata, seorang pemimpin hendaklah melarang orang itu (ma’yuun) bercampur baur dengan masyarakat dan memerintahkannya untuk tetap berada dirumahnya.

Apabila dia seorang yang miskin, maka dia diberikan santunan yang dapat mencukupi kebutuhannya. Sehingga orang-orang dapat terselamatkan dari gangguannya. Karena mudharat yang ditimbulkannya lebih besar dari pada mudharat orang yang memakan bawang putih dan bawang merah yang dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk masuk mesjid supaya tidak mengganggu kaum muslimin.

Mudharat yang ditimbulkan orang itu juga lebih besar dari pada mudharat orang yang terkena lepra yang dilarang oleh Umar radhiyallahu anhu dan para ulama setelahnya untuk bercampur baur dengan orang-orang. Mudharatnya juga lebih besar dari pada mudharat hewan-hewan yang menganggu yang diperintahkan untuk diasingkan ke tempat yang tidak seorangpun terganggu olehnya. Pendapat yang dikatakan ini adalah benar dan tepat, dan tidak ada pendapat seorangpun yang menyelisihinya. Wallahu ‘Alam. Tertimpanya hasad dengan kekuatan yang Allah titipakan pada sebagian mata hambahambanya tanpa kedengkian, dan hasad tersebut berasal dari orang yang sholeh yang tidak ada kejahatan dalam dirinya. Maka ini tidak dikatakan hasan melain itu adalah ‘aain.

Ibnu Qayim menjelaskan ‘ain yaitu, panah yang keluar dari jiwa hasid dan pelaku ‘ain yang tertuju pada orang yang di dengki (mahsud atau ma’in), yang adakalanya menimpanya, dan adakalanya tidak mengenainya.

Sedangkan ‘ain menurut fatwa al-Lajnah ad Daimah yaitu, ‘ain berasal dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racun kepada yang dipandang tersebut.

Dapat disimpulkan, bahwa penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata yang disertai dengan perasaan dengki (hasad) ataupun perasaan takjub terhadap suatu yang dipandang. ‘Ain tidak hanya datang dari orang yang berjiwa jahat, akan tetapi orang yang sholeh sekalipun dapat mendatang kan ‘ain. Dan jika orang tersebut memiliki benteng perlindungan dalam diri mereka, maka ‘ain tidak akan mengenainya, jika tidak maka penyakit ‘ain akan menimpanya dengan seizin Allah ta’ala.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami Tsaur -yaitu Ibnu Yaziddari Makhul dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah bersabda, “‘Ain adalah sesuatu yang benar adanya, setan dan sifat hasad anak Adam selalu hadir bersamanya.” (HR. Ahmad: 9668)

Hadits di atas menjelaskan, bahwa setiap manusia di kelilingi oleh jin dan setan yang siap menjerumuskan manusia, dan kebanyakan dari setiap individu manusia memiliki sifat hasad atau dengki dalam diri mereka, kecuali orang-orang yang diberi perlindungan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Orang yang dapat menyebarkan penyakit ‘ain yaitu, orang yang berjiwa busuk, jiwa yang lemah imannya, jiwa yang tidak tenang kecuali hilangnya nikmat yang dimiliki orang lain. Orang tersebut menyebutkan ungkapan yang tidak disertai dengan menyebutkan nama Allah atau doa keberkahan. Maka setan mengiringi ungkapan tersebut dan menyakiti orang yang di dengki, dan ungkapan tersebut dengan kehendak Allah dan keberadaan jasad tanpa benteng perlindungan akan binasa, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang berbunyi: “Penyakit ‘ain bisa menyeret seseorang kedalam kubur dan memasukkan unta ke dalam panci” (HR. Abu Nu’ain)

Dari hadits di atas dipahami, bahwa seseorang bisa jatuh sakit sampai ia meninggal dunia akibat tertimpa penyakit ‘ain, dan ‘ain dapat menimpa unta hingga nyaris mati kemudian disembelih dan dimasak di dalam kuali. Dan dalam hadits ini juga dijelaskan bahwa ‘ain juga dapat menimpa hewan.

Orang yang berjiwa baik pun dapat melemparkan ain, yang disebabkan ucapan kekaguman yang dilontarkan tidak disertai dengan menyebut nama Allah dan ucapan keberkahan, maka setan yang telah siap mengintai melahap ungkapan tersebut lalu berusaha menyakiti sasaran baik pada jasad dan anggota badannya, atau menyakiti jiwanya dengan menanamkan rasa sesak dan takut yang bergelora didalam dadanya dan lain-lain.

Selain memiliki pengaruh kepada tubuh manusia, ‘ain ternyata memengaruhi juga benda, seperti rumah, kendaraan, dan benda-benda lainnya. Jika yang dikagumu benda-benda mati, tapa disertai dengan menyebut nama Allah, ‘ain akan menyerangnya sehingga benda-benda tersebut lebih cepat rusak, terbakar, atau tertimpa kemalangan lainnya.

Jenis-jenis Penyakit ‘Ain

Penyakit ‘ain itu ada dua jenis: ‘ain insi (‘ain berunsur manusia) dan ‘ain jinni (‘ain berunsur jin). Ummu salahmah mengabarkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang terlihat ada nadzrah di wajahnya. Al-Husain bin Mas’ud al-Farra berkata: kata “sa’fatun” (kusam) dalam hadits bermakna “nadzratun” (terkena ‘ain dari unsur jin). Dan Abu Sa’id meriwayatkan, bahwa Rasullullah pernah memohon perlindungan dari godaan jin dan dari ‘ain manusia.

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyzh menjelskan bahwa: jiwa orang yang menjadikan penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta kemudian diceritakan kepadanya tentang sesuatu perkara kepadanya. Jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain meskipun dia tidak melihatnya.

Dari penjelasan Ibnu Qayyim di atas dapat dipahami, bahwa ‘ain bukan hanya bersumber dari pandangan mata, melainkan dari jiwa atau ruh. Jadi seseorang bisa menimbulkan penyakit ‘ain hanya dengan membayangkan orang yang membuatnya merasa dengki atau takjub. Apalagi dengan memandang fotonya langsung.

Akibat Penyakit ‘Ain

Dilihat dari realita yang terjadi pada saat ini, berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, ketergantungan masyarakat terhadap media sosial mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, pegawai kantoran, orang tua, kalangan menengah atas bahkan kalangan menengah bawah sudah sangat lumrah. Kebanyakan masyarakat sekarang dalam menggunakan media sosial sangat gemar dalam mengunggah aktivitas keseharian mereka dalam bentuk foto dan video.

Mengunggah foto, video di media soaial merupakan hal lumrah yang di lakukan setiap pengguna media sosial. Hal tersebut mereka lakukan dengan memiliki tujuan dan alasan masing-masing. Dan tidak ada larangan khusus soal membagikan aktifitas kehidupan sehari-hari di media sosial. Akan tetapi kita perlu berhati-hati, karena mengunggah/menshare foto atau video di media sosial membuka peluang besar terkena penyakit ‘ain.

Bisa saja orang yang melihat foto dan video mereka tersebut merasa iri dan dengki yang kuat atau kebencian terhadap nikmat yang diperoleh oleh orang lain ataupun perasaan takjub dengan kenikmatan yang disaksikan, dan ketakjuban mereka tidak diiringi dengan menyebut nama Allah atau ucapan keberkahan, qadarullah atas izin Allah maka panah-panah beracun ain akan menghancurkan mereka, dengan sekecap mata.

Contoh kasus penyakit ‘ain yaitu, foto anak yang lucu dan imut diposting di media sosial, kemudia bisa saja terkena ‘ain. Anak tersebut tiba-tiba sakit, nangis terus dan tidak berhenti, padahal sudah diperiksa ke dokter dan tidak ada penyakit. Bisa juga gejalanya tiba-tiba tidak mau menyusui sehingga kurus kering tanpa ada sebab penyakit.

Bagikan Artikel ini:

About Ainun Helty

Alumni Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Syarif hidayatullah.

Check Also

tanaman langka

Makna Tersirat Hadis tentang Tumbuhan Langka

Dalam perjalanan hidup manusia, alam semesta selalu menawarkan keajaiban yang terkadang terlewatkan oleh pandangan biasa. …

Jilbab

Trend Jilbab sebagai Gaya Hidup Wanita Modern serta Dampak Positif dan Negatifnya

Sebagai wanita muslim tentu harus memperhatikan cara berpakaian yang berkaitan dengan nilai agama. Salah satu …