UAH
UAH

Persoalan Toa Kecil Bukan Level Menteri, UAH: Pejabat Publik Harus Perbaiki Narasi dan Komunikasi Agar Tak Kontroversi

Jakarta — Kontroversi kebijakan pengaturan toa di masjid dan musala yang membuat gaduh masyarakat. Berawal dari  Surat Edaran (SE) Menteri Agama No. 05 Tahun 2022 Menteri Agama (Menag) tentang pengaturan pengeras suara atau toa di masjid dan musala yang kemudian tambah gaduh dengan pernyataan Menag yang membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing.

“Kepada pejabat publik saya minta agar dapat membuat kebijakan-kebijakan yang substansial, yang esensial, yang tepat guna, yang memang dibutuhkan di masyarakat dalam konteks bersinergi untuk mengentaskan berbagai persoalan yang dimaksudkan,” kata UAH dikutip dari channel Youtube resmi di Jakarta, Minggu (27/2/2022).

Dia berpesan agar persoalan kecil yang tidak membutuhkan perhatian pejabat selevel menteri, sebaiknya masalah itu diserahkan kepada pejabat tingkat pejabat daerah atau di lingkungan terkait. Jangan sampai seorang menteri mengurusi masalah yang terbilang urusan tidak mendesak.

“Apalagi bila yang dimaksudkan adalah kasus-kasus yang sifatnya domestik, kecil, dan tidak harus menarik perhatian sehingga menjadi kebijakan nasional,” ucap UAH.

Ia meminta agar pejabat publik bisa memperbaiki narasi dan komunikasi yang ditampilkan kepada masyarakat untuk jangan sampai menghadirkan kata atau kalimat yang justru kontraproduktif. Dia ingin agar pejabat dalam berbicara bisa sesuai dengan misi yang sedang dibangun.

“Bagaimana mungkin toleransi bisa ditampilkan, mesti dikampanyekan, namun pada saat yang sama kalimat yang ditampilkan, ilustrasi yang dihadirkan justru bukan sekadar kontraproduktif, tapi berpotensi menyakiti pada bagian-bagian unsur tertentu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutur UAH.

“Rasanya tidak pantas bila persoalan toa harus diilustrasikan dengan binatang tertentu atau hal-hal lain, yang tidak sejalan dan senapas, bahkan tidak sampai pada logika pun persoalan lainnya. Kita tidak perlu saling menghujat dan mencela tidak perlu saling menyalahkan, kita hanya perlu saling mengoreksi diri kita bertanya apakah masih mencintai negeri ini,” kata UAH.

UAH berpesan kepada mereka yang cinta Indonesia agar bisa membuktikannya dalam perbuatan. Menurut dia, cinta NKRI maupun negeri ini tidak cukup hanya diteriakkan, namun harus diwujudkan dalam tindakan.

“Apakah masih mencitai bangsa ini bila memang Anda mengatakan saya Pancasila, saya NKRI, saya mencitainya, maka cinta tak dibuktikan dengan kata-kata, cinta dibuktikan dengan tindakan, demi persatuan sikap perilaku yang mulai dalam tindakan,” ujarnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbuka puasa ala Rasul

Bingung Puasa Sunnah Syawal atau Membayar Hutang Puasa?

Setiap tahun, umat Islam dihadapkan pada pilihan yang penting: apakah lebih baik melaksanakan puasa sunnah …

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …