Jakarta — Suasana hangat dan penuh apresiasi mewarnai malam penganugerahan Pesantren Award 2025 yang digelar di Kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025). Dari sejumlah kategori yang diumumkan, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo tampil menonjol dengan meraih predikat Pesantren Transformatif.
Penghargaan bergengsi tersebut diserahkan langsung oleh Dirjen Pendidikan Islam, Amien Suyitno, kepada Rektor Universitas Ibrahimy Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Lora Ach Fadhail, dan disaksikan oleh Menteri Agama RI Prof. Nasaruddin Umar serta Sekjen Kemenag Prof. Kamaruddin Amin. Selain trofi, pesantren yang dikenal dengan kiprah sosial dan pendidikannya ini juga menerima uang pembinaan sebesar Rp100 juta.
Usai menerima penghargaan, Lora Ach Fadhail menyampaikan rasa syukur dan dedikasinya kepada para pendiri pesantren.
“Penghargaan ini merupakan hadiah dari Kiai Azaim Ibrahimy kepada para masyayikh, pendiri, dan pengasuh pendahulu. Apa yang beliau lakukan hari ini telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah,” ujar Lora Fadhail.
Menurutnya, predikat Pesantren Transformatif menjadi bukti nyata bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi dan spiritualitasnya. Namun, ia menilai masih banyak tantangan yang perlu dihadapi ke depan.
“Pesantren harus punya visi besar yang diwujudkan dalam kurikulum dan operasionalnya. Itu menjadi tugas kita bersama di Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo,” tambahnya.
Sebelum meraih penghargaan ini, pihak pesantren menjalani proses seleksi ketat yang dimulai sejak beberapa bulan lalu. Proses penilaian meliputi pengiriman profil pesantren, kurikulum pendidikan, hingga program pencegahan perundungan dan penguatan karakter santri. Dari proses itu, tiga pesantren lolos sebagai nominator: Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman (DIY), dan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut (Jawa Barat).
“Kami diminta mempresentasikan langsung visi dan program pesantren di Jakarta. Alhamdulillah, hasil akhirnya membawa Sukorejo menjadi yang terbaik,” tutur Lora Fadhail.
Adapun Pesantren Sunan Pandanaran Sleman meraih posisi kedua dengan hadiah pembinaan sebesar Rp75 juta, sedangkan Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut menempati posisi ketiga dan menerima Rp50 juta.
Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh tokoh dan lembaga pesantren yang terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
“Melalui Pesantren Award ini, kami ingin memberikan penghargaan kepada para ilmuwan, pimpinan pesantren, dan santri yang gigih menjaga eksistensi pesantren. Ini bentuk penghormatan atas perjuangan mereka,” ujar Menag.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno menuturkan bahwa Pesantren Award merupakan inisiatif baru dari Direktorat Pesantren Kemenag yang telah disiapkan sejak Juli lalu. Selain kategori Pesantren Transformatif, penghargaan juga diberikan untuk Kepala Daerah Peduli Pesantren, Santri Inspiratif, dan Lifetime Achievement.
“Kami berharap penghargaan ini menjadi sumber inspirasi bagi santri dan pesantren di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi dan berkontribusi bagi bangsa,” ungkap Amien.
Dengan penghargaan tersebut, Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo kembali meneguhkan perannya sebagai salah satu pesantren besar yang mampu mengharmonikan nilai tradisi, pendidikan, dan transformasi zaman — mencerminkan wajah Islam Indonesia yang moderat, progresif, dan berakar kuat pada nilai keikhlasan.