ahli shalawat
sahabat pemabuk

Sa’ad Bin Mu’adz : Memeluk Islam Bertepatan 1 Hijrah dan Wafat Ditandu Para Malaikat

Sa’ad bin Mu’adz atau biasa dipanggil dengan Abu Amr merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang dianugrahi Allah hati yang lembut dalam menerima Islam pada dirinya. Beliau adalah pemimpin dari Bani Aus yang berada di kota Madinah.

Sa’ad dikenal dengan kemampuannya berkuda dan berbadan tegap dan kekar. Beliau memeluk Islam tepat ketika Rasulullah datang ke Yastrib (Madinah) pada 1 Hijriah (622M). Sa’ad wafat setelah ikut berperang dalam perang Khandaq.

Dalam perang Khandaq, Sa’ad terkena tombak yang dilemparkan oleh Hayyan bin Arqah. Saat itu Rufaidah dipercayakan oleh Rasulullah yang bertanggungjawab atas kesehatan Sa’ad. Namun sayangnya, karena luka tombak yang dalam badannya terlalu dalam. Kesehatan Sa’adpun semakin memburuk.

Di tengah keadaan yang semakin buruk, Madinah dikepung oleh orang-orang Yahudi dari kaum Bani Quraidzah yang telah berhianat pada golongan muslimin. Mereka ternyata telah bersekutu dengan kaum Quraisy untuk memerangi Rasulullah. 

Padahal sebelumnya Bani Quraidzah telah melakukan perjanjian dengan Rasulullah. Setelah kemenangan di Perang Khandaq, Rasulullah langsung mengadakan pengepungan terhadap perkampungan Bani Quraidzah yang telah berkhianat.

Setelah sebulan lamanya akhirnya orang-orang Yahudipun menyerahkan diri kepada Rasulullah, namun mereka menginginkan, eksekusi bagi diri mereka dilakukan oleh kaum mereka sendiri. Di tengah rasa sakit yang ia rasakan, Sa’ad bin Mu’adz memutuskan untuk mengeksekusi para penjahat yang telah menyalahi perjanjian. 

Dengan keadaannya yang semakin hari semakin memburuk, Sa’ad berdoa kepada Allah supaya ia terus dikuatkan, sampai pada akhirnya ia dapat menyelesaikan hukuman bagi Bani Quraidzah. Selain itu, Rasulullah sering mengunjungi Sa’ad dan mendoakan atas kebaikannya. “Ya Allah, sesungguhnya Sa’ad ini telah berjuang di jalan-Mu. Maka terimalah ruhnya dengan penerimaan yang sebaik-baiknya.” 

Tak lama setelah beliau berkunjung dari kediaman Sa’ad, Rasulullahpun mendengar kabar meninggalnya Sa’ad. Seketika Rasulullahpun keluar dari kediamannya dengan tergesa-gesa. Tanpa disadari beliau memutuskan tali sandalnya. Beliaupun tidak menyapa seseorang yang pun yang ada di sekitarnya. 

Melihat hal itu, umat Rasulullah merasa heran. Merekapun bertanya kepada Rasulullah dengan apa yang membuatnya, mengacuhkan mereka. “Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami?” Rasulullahpun menjawab: “Aku khawatir Malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa’ad bin Mu’adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah.” (Riwayat Abu Na’im). 

Rasulullah mengetahui bahwa Sa’ad merupakan salah satu umat yang disayangi Allah karena kelembutan hatinya. Rasulullah bersabda, “Jenazah Sa’ad bin Mu’adz disaksikan 70.000 Malaikat yang tidak menginjak bumi sama sekali.” (Riwayat Abu Na’im dari Asy’at bin Ishaq bin Sa’ad bin Abi Waqash). 

Seusai memandikan jenazah sahabatnya, Rasulullahpun mengutus beberapa orang untuk mensegerakan untuk mengubur jenazah Sa’ad. Empat orang pengusung tandu jenazah Sa’adpun terheran-heran setelah mengangkat tandu tersebut. 

Mereka tidak menyangka tandu yang mereka bawa akan seringan ini, padahal diketahui bahwasanya, Sa’ad memiliki bentuk tubuh yang tegap dan berotot. Berkatapun mereka kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini.” Maka Rasulullahpun menjelaskan pada mereka tentang apa yang beliau ketahui. Bahwa sebenarnya ketika mereka mengangkat tandu Sa’ad, di waktu yang bersamaan, para malaikat juga ikut mengangkat tandu yang membawa Sa’ad ke liang kuburnya.

Malam itu malaikat Jibril mendatangi Rasulullah dan Jibrilpun bertanya, “Jenazah siapa gerangan yang telah membuka pintu langit dan menggoncangkan ‘Arsy?” maka Rasulullahpun menjawab: “Sa’ad bin Mu’adz telah mengguncangkan Arsy, karena gembira dengan kedatangan ruhnya.” 

Demikian karomah sahabat Sa’ad bin Mu’adz yang menggetarkan hati. Kepergiannya tidak hanya membuat Rasulullah SAW takjub, para Malaikat pun ikut mengantar jenazahnya hingga ‘Arsy bergoncang karena bergembira menyambut kedatangan ruhnya. Semoga Allah meridhdoinya dan kita dapat meneladani perjuangan beliau. Al-Faatihah. 

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

memandikan jenazah

Saat Jenazah Tak Bisa Dimandikan, Bagaimana Islam Menyikapinya?

Kematian adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari, dan ketika seseorang meninggal dunia, kita …

uban

Uban, Tanda Kebijaksanaan dan Pesan Spiritual

Uban sering kali dianggap sebagai tanda penuaan yang tak terhindarkan, namun baik dalam pandangan Islam …