salam lintas agama prabowo

Salam Lintas Agama: Wujud Penghormatan terhadap Keberagaman dan Teladan bagi Dunia

Presiden Prabowo Subianto memberikan contoh yang baik kepada masyarakat internasional dalam hal kehidupan beragama yang saling menghargai. Dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), beliau menyampaikan salam dari berbagai agama, sebuah praktik yang kini semakin dikenal sebagai simbol penghormatan terhadap pluralisme dan keberagaman.

Fenomena menyampaikan salam lintas agama dalam acara-acara resmi pemerintahan telah berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya di tingkat pusat, tetapi juga meluas hingga ke daerah-daerah. Ini adalah bentuk nyata dari komitmen Indonesia dalam merawat keberagaman agama, suku, dan budaya yang dimiliki bangsa ini.

Penyampaian salam lintas agama menjadi cerminan dari semangat Bhinneka Tunggal Ika serta bentuk pengakuan bahwa seluruh agama di Indonesia mendapat tempat yang setara di ruang publik. Dalam banyak kesempatan resmi, pejabat negara menyampaikan salam secara berurutan, seperti: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh (Islam), Shalom (Kristen dan Katolik), Om Swastiastu (Hindu), Namo Buddhaya (Buddha), Salam Kebajikan (Konghucu). Tak jarang pula ditambahkan penutup seperti “Rahayu” atau “Om Shanti Shanti Om” sebagai simbol kesejukan dan doa bagi kedamaian.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kenapa penyampaian salam lintas agama perlu dilakukan di Indonesia antara lain sebagai berikut:

  1. Pengakuan terhadap Keberagaman; Penyampaian salam lintas agama mencerminkan pengakuan negara terhadap keberadaan enam agama resmi di Indonesia serta penghormatan terhadap pemeluknya. Ini memperlihatkan bahwa negara hadir untuk semua, tanpa membeda-bedakan.
  2. Simbol Toleransi dan Kerukunan Antarumat Beragama; Salam lintas agama menjadi simbol bahwa negara menjunjung tinggi nilai toleransi dan harmoni sosial dalam masyarakat yang multikultural dan multiagama.
  3. Pendidikan Nilai Kebangsaan; Dengan membiasakan salam lintas agama dalam acara resmi, pemerintah mendidik masyarakat untuk menghargai perbedaan dan memperkuat semangat kebangsaan sejak dini.
  4. Netralitas Pemerintah dalam Urusan Agama; Pemerintah menunjukkan sikap netral dan tidak berpihak pada agama tertentu. Semua agama diperlakukan setara dalam kebijakan publik dan perlindungan hukum.

Jadi penyampaian salam lintas agama  ini bukan sekadar formalitas, tetapi mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, seperti:gotong royong, toleransi, musyawarah untuk mufakat dan  keadilan sosial. Semua nilai ini berakar dari Pancasila, khususnya sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang menjadi dasar penghormatan terhadap setiap keyakinan yang dianut warga negara. Sementara manfaat penyampaian salam lintas agama adalah untuk menumbuhkan rasa toleransi , saling menghormati, menunjukkan sikap terbuka, menghindari eksklusivisme agama dan mewujudkan persatuan dalam keberagaman serta yang paling penting adalah menciptakan rasa aman di masyarakat majemuk dan mengurangi potensi konflik sosial dan intoleransi

Pujian Dunia terhadap Salam Lintas Agama di PBB

Tradisi yang telah dibangun di dalam negeri ini, kini mendapat perhatian dunia internasional. Presiden Prabowo membawa tradisi itu ke panggung dunia ketika menyampaikan salam lintas agama dalam pidatonya di Sidang Umum PBB. Hal ini menjadi sesuatu yang langka dilakukan oleh pemimpin negara-negara Islam lainnya, sehingga mengundang apresiasi luas dari berbagai negara, termasuk dari India dan Israel. Banyak pihak menilai bahwa Indonesia tampil sebagai teladan negara Muslim yang moderat, demokratis, dan menghormati eksistensi semua agama. Pidato tersebut menjadi viral di berbagai media internasional, dan dipandang sebagai simbol kuat komitmen Indonesia terhadap perdamaian, keberagaman, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Penyampaian salam lintas agama bukan sekadar sapaan. Ia merupakan simbol kuat dari semangat persatuan dalam keberagaman yang menjadi karakter khas Indonesia. Praktik ini memperlihatkan bahwa Indonesia tidak hanya mengakui, tetapi juga secara aktif merawat dan memajukan pluralisme agama sebagai bagian dari identitas nasional. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, Indonesia tampil sebagai contoh nyata bahwa agama dan perbedaan tidak harus menjadi sumber konflik, tetapi dapat menjadi jembatan perdamaian dan solidaritas global.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About Dr. Suaib Tahir, Lc, MA

Anggota Mustasyar Diniy Musim Haji Tahun 2025 Staf Ahli Bidang Pencegahan BNPT Republik Indonesia

Check Also

sudan

Anatomi Konflik Sudan dan Bahaya Laten Politik Identitas

Sejak April 2023, Sudan telah terjerumus dalam perang saudara brutal antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) …

AI

Agama di Era AI: Masih Relevankah sebagai Penuntun Hidup?

Di era digital seperti sekarang, informasi menyebar begitu cepat dan tidak selalu jelas sumber maupun …