Kiai NU Wafat Setelah Bimbing Syahadat 1
Kiai NU Wafat Setelah Bimbing Syahadat 1

Subhanallah… Kiai NU yang Wafat di Makassar Khatam Alquran Tiga Hari Sekali

Makassar – Kiai NU, KH. Muhammad Idrus Makkawaru yang wafat bersamaan dengan istrinya di Bone, Makassar, Sulawesi selatan, dikenal seorang islam sejati. Ia dikenal rajin membaca dan menulis, dan sangat rajin membaca Alquran. Bahkan setiap tiga hari sekali almarhum khatam Alquran.

Hal itu dikatakan anak tertua almarhum, Ahmad Mujahid, dikutip dari laman detikcom, Kamis (20/8/2020).

“Kalau beliau ke rumah saya, yang pertama dia lihat itu rak buku saya, dan itu selalu pinjam buku,” kata Ahmad.

Ahmad bercerita pernah berdiskusi dengan salah seorang sepupunya. Sepupu Ahmad itu menyebut almarhum memang sebagai orang literasi sejati.

“Bapak juga rajin baca Al-Qur’an, khatam tiga hari sekali. Itu gayanya beliau,” kenang Ahmad.

Sang kiai NU tersebut selama ini banyak menghabiskan waktunya di Bantaeng, Sulawesi Selatan, sebagai pendakwah, kader NU. Almarhum juga menjabat Kepala Departemen Agama di Kabupaten Bantaeng dari 1989 sampai pensiun tahun 2000.

Selepas pensiun itulah almarhum pindah ke Kota Makassar pada 2003. Selanjutnya, dia banyak menghabiskan waktu dengan belajar agama.

“Kalau di Bantaeng kan bapak jadi penceramah dan lain-lain, setelah di Makassar justru bapak yang pergi belajar di majelis Masjid Raya, di majelis Masjid Telkom. Jadi beliau sering ke situ belajar, antara Magrib-Isya, belajar kitab,” katanya.

Ahmad juga mengenang kalau ayahnya tersebut juga banyak belajar kajian lewat ceramah di TV. Saat mendengar anak-anak muda ceramah di masjid, sang kiai juga banyak belajar bahkan membuat catatan atau rangkuman.

“Dan memang aktivitasnya dia membaca dan menulis. Saya ndak pernah ke rumahnya itu dan melihat almarhum dengan keadaan tidak menulis atau tidak dalam keadaan membaca. Pasti membaca atau menulis,” tutur Ahmad.

Kisah kematian sang kiai NU dan istri tercintanya itu menyita perhatian banyak orang, terutama di media sosial. Pasalnya, keduanya meninggal selang satu jam saja. Yang pertama meninggal adalah Siti Saniah, yakni sekitar pukul 18.30 Wita, Minggu (16/8) di Kelurahan Katangka, Gowa. Sang kiai menuntun istrinya mengucapkan syahadat saat sakratulmaut, lalu dia meninggal berselang 1 jam kemudian.

Kini sang kiai dan istri tercintanya itu telah dimakamkan di kampung halaman mereka berdua di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Keduanya sempat disalatkan di masjid tertua di Bantaeng, yakni Masjid Takwa Tompong. Di masjid tersebut, almarhum memang banyak menghabiskan waktunya dalam kesibukan agama.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbakti kepada orang tua

Khutbah Jumat : Birrul Waliadain

Khutbah I   اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ …

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …