kota makkah
kota makkah

Tidak Hanya Nabi Ibrahim, Abdul Muthalib Nyaris Menyembelih Putranya Sendiri

Abdul Muthalib merupakan pemimpin Bani Hasyim yang amat disegani. Kala itu ia menjadi penguasa Kota Makkah sekaligus juru kunci Kakbah. Ia memperoleh penghormatan dari kuamnya melebihi penghormatan yang didapatkan oleh para sesepuhnya terdahulu. Semua orang Quraisy mengakui kewibawaan, kebijaksanaan, dan kearifannya sehingga teramat disegani dan dicintai.

Di balik karirnya yang gemilang, ia merasakan kesedihan yang amat mendalam karena anak-anaknya meninggal di usia belia, tidak satu pun yang berhasil mencapai usia remaja. Hingga tiba suatu hari ia bernazar jika suatu hari dikaruniai 10 orang anak lelaki maka ia akan menyembelih satu di antara mereka.

Nazar menurut masyarakat Arab ialah sesuatu yang sakral dan wajib ditunaikan entah nazarnya baik ataupun buruk. Mereka memandang nazar adalah sumpah dam hutang antara manusia dengan Tuhan. Mengingkari sebuah nazar sama artinya mengingkari sumpah kepada Tuhan dan perbuatan tercela yang menghancurkan kehormatan, apalagi bila janji itu dimiliki oleh seorang penfguasa seperti Abdul Muthalib.

Ketika mengucapkan nazar maka seorang pemimpin artinya telah mempertaruhkan kehormatan dan kemuliaannya. Barang kali Abdul Muthalib terlampau putus asa melihat kondisi anak-anaknya yang terus menerus meninggal di usia belia sehingga nekad bernazar semacam itu.

Dikaruniai 10 Putra Usai Bernazar

Beberapa saat usai nazar diucapkan, istrinya yang bernama Fatimah binti Amr melahirkan seorang putra yang diberi nama Al-Harits. Ajaibnya Al-Harits tumbuh sehat tidak seperti para putra Abdu Muthalib yang sebelum-sebelumnya. Fatimah bahkan mulai mengandung lagi 9 anak setelahnya dan keseluruhannya bertahan hidup dengan baik hingga dewasa. Nama kesepuluh anaknya ialah: Al-Harits, Zubair, Abu Thalib, Abu Lahab, Ghaidaq, Dhirar, ‘Abbas, Abdul Kakbah, Qatsam, dan Abdullah.

Si putra bungsu yaitu Abdullah merupakan putranya yang paling unggul. Ia mahir berdagang sebagaimana sang ayah, bertutur kata lembut, berbudi luhur, suka bermusyawarah, dan menghargai pendapat orang lain. Abdullah berhasil mengambil tempat paling luas di hati ayahnya, hal itu membuat Abdul Muthalib khawatir jika undian penyembelihan atas nazarnya jatuh pada putra terkasihnya itu. Keinginannya sudah terpenuhi sekarang, 10 putra dengan keadaan sehat semuanya, maka itu artinya nazar yang mengerikan itu harus ia tunaikan.

Pada suatu hari di bulan Jumadil Awal tahun ke-40 sebelum bi’tsah, Abdul Muthalib membawa seluruh putranya ke dekat Kakbah untuk diundi siapakah di antara mereka yang disembelih guna memenuhi nazar. Kegiatan tersebut disaksikan oleh para penduduk Makkah yang sebenarnya ingin mencegah nazar mengerikan tersebut.

Undian Penyembeihan Jatuh Kepada putra Kesayangan, Abdullah.

Disaksikan oleh para penduduk Makkah, undian yang diadakan dekat patung Isaf-Naylah itu jatuh kepada Abdullah. Abdul Muthalib merasakan kesedihan dan dilema luar biasa. Bdullah adalah putra kesayangannya, namun tekad Abdul Muthalib lebih kuat, menolak nazar berarti berbuat dosa, menghancurkan martabat dan kemuliaan apalagi dirinya seorang pemimpin Makkah. Maka mengesampingkan sedih dan dilema, ia pun menghampiri Abdullah dengan tangan kanan memegang golok tajam guna menyembelih Abdullah.

Beberapa saat sebelum tajamnya golok menyayat lembutnya leher, sekelompok orang Quraisy datang seraya bertanya, “Apa sesungguhnya yang kau perbuat?” Ia menjawab, “Memenuhi nazarku.” Dengan tegas mereka menyahut, “Tidak. Kau tidak boleh menyembelih anakmu sendiri karena suatu nazar. Kalau hal itu kau lakukan, perbuatan seperti itu akan ditiru oleh masyarakatmu. Mereka akan menyembelih anak-anak mereka sendiri, lantas bagaimanakah adat semacam itu berlangsung terus menerus?”

Beberapa orang mulai berani menyampaikan argumentasi supaya Abdul Muthalib menghentikan nazarnya. Kemudian salah seorang di antara mereka memberi saran supaya ia pergi bersama Abdullah guna meminta jalan tengah kepada perempuan ahli nujum di Khaibar, “Berangkatlah bersama putramu ke Khaibar kemudian temui seorang perempuan ahli nujum terkenal, tanyakanlah kepadanya. Kalau ia menyuruhmu menyembelih Abdullah, sembelihlah ia. Kalau ia menyuruhmu menggantikannya, terimalah.”

Abdul Muthalib pun menerima nasehat mereka, lalu pergi bersama Abdullah menuju Khiabar. Perempuan Ahli Nujum itu memerintahkan untuk mengundi Abdullah dengan 10 ekor unta. Jika nama yang keluar masih Abdullah, maka jumalh unta harus ditambah sepuluh lalu diundi lagi hingga yang keluar bukan jumlah untanya saja. Undian pun berlangsung namun nama Abdullah yang keluar, maka jumlah unda ditambah 10 ekor hingga menjadi 20. Undian diulangi sekali lagi namun masih saja nama Abdullah yang keluar sehingga jumah unta ditambah. Hal itu terus berulang hingga jumlah unta mencapai 100, barulah nama Abdullah tidak keluar.

Abdul Muthalib langsung memeluk Abdullah dengan kelegaan tiada tara setelahnya. Akhirnya nazar penyembelihan Abdullah diganti dengan menyembelih 100 ekor unta seharga 3,2 miliar jika dirupiahkan. Kabar itu menyebar dengan sangat cepat, membawa haru biru tentang betapa pentingnya Abdullah bagi Abdul Muthalib sehingga ia mengorbankan banyak harta demi keselamatan putranya.

Beberapa waktu usai selamat dari penyembelihan, Abdullah bersama keluarganya meminang Aminah binti Wahab, yang sudah ingin ia lamar sejak lama namun terhalng ancaman nazar yang sewaktu-waktu bisa saja jatuh padanya. Namun usai permasalahan nazar selesai, segera ia melamar Aminah. Pernikahan keduanya dianggap couple goals di zamannya karena sama-sama putra putri dari nasab mulia dan bermartabat. Dari pernikahan keduanya lahir manusia mulia bernama Muhammad, nabi sekaalian umat.

Bagikan Artikel ini:

About Nayla Aulia

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah Korkom Walisongo Semarang

Check Also

i'tikaf di rumah

Perjalanan Cinta Melati Padang Pasir, Aminah binti Wahab

Ibnu Ishaq di dalam ‘Sirah’nya mengatakan bahwa Aminah adalah gadis Quriasy yang paling utama baik …

kota makkah

Kisah Magis Di Balik Nama Kota Makkah

Kota Makkah merupakan kota bersejarah bagi umat Islam. Ia menjadi saksi dari sepak terjang dakwah …