Para tokoh yang Gerakan Nurani Bangsa copy

Tokoh Lintas Agama dari Gerakan Nurani Bangsa Sampaikan 8 Pesan Kemerdekaan di Usia ke-80 RI

Jakarta – Sejumlah tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB) menyampaikan 8 pesan kemerdekaan dalam rangka memperingati 80 tahun Indonesia merdeka. Acara ini digelar di Galeri Nasional, Jakarta, pada Kamis (14/8/2025).

Para tokoh tersebut antara lain Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. M. Quraish Shihab, Erry Riyana Hardjapamekas, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Omi Komariah Nurcholish Madjid, Romo Frans Magnis Suseno, Alissa Q. Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, dan Pdt. Jacky Manuputty.

Pembacaan pesan diawali dengan penyampaian refleksi dari masing-masing tokoh. Dalam kesempatan itu, Prof. M. Quraish Shihab menyampaikan sikap kritis terhadap kondisi bangsa saat ini, yang ia ibaratkan seperti orang tua menegur anaknya.

“Orang tua menegur anak karena cintanya. Sering kali menegur keras, bahkan memukul, karena rasa cinta,” ujar mantan Menteri Agama ini.

“Demikian kami mengkritisi karena rasa cinta. Kita ingin perubahan yang positif,” tandas Quraish Shihab, yang juga mantan Rektor UIN Jakarta.

Sementara itu, Romo Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa meski Indonesia telah melalui berbagai tantangan dan situasi mengerikan selama 80 tahun kemerdekaan, bangsa ini selalu mampu bangkit.

“Contoh peristiwa tahun 1965, kerusuhan tahun 1998, serta peristiwa lainnya di berbagai daerah di Indonesia, termasuk kerusakan lingkungan. Namun pada akhirnya kita bisa keluar dari situasi itu, menjadi lebih kuat, dan mengalami kemajuan. Itu yang membesarkan hati,” ujarnya.

Namun, ia juga menyoroti aksi intoleransi yang marak dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, kondisi ini harus diatasi dengan perbaikan komunikasi dan saling mengenal. Romo Magnis menilai reformasi telah berhasil memasukkan nilai demokrasi dan penegakan HAM ke dalam kehidupan berbangsa.

“Meski belakangan ada tantangan karena perilaku KKN dan keinginan mencari keuntungan sendiri, mari kita berusaha saling mengenal dan menegur seperlunya dengan baik agar kemerdekaan ini tetap kita jaga hingga 100 tahun ke depan,” paparnya.

Berikut Delapan Pesan Kemerdekaan 80 Tahun Indonesia Merdeka:

  1. Penguatan Demokrasi

Demokrasi sebagai manifestasi “dari, oleh, dan untuk rakyat” merupakan hal mendasar dalam menjaga dan menata kehidupan bersama berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat yang majemuk. Demokrasi Indonesia harus didasarkan pada supremasi sipil, etika politik, sistem dan aturan yang baik, serta tumbuhnya ruang bagi aktor politik yang memiliki integritas, kapasitas, dan komitmen kuat terhadap pemenuhan, perlindungan, dan penghormatan HAM. Termasuk di dalamnya, melakukan upaya kemanusiaan terkait situasi khusus di Papua.

  1. Pemberantasan Korupsi

Presiden dan aparat penegak hukum harus memastikan setiap bidang penyelenggaraan negara bebas dari praktik korupsi dan benturan kepentingan (kolusi/nepotisme). Hukum harus benar-benar digunakan untuk menegakkan keadilan sebagai fondasi utama demokrasi.

  1. Produk Hukum Berbasis Konstitusi

Presiden dan jajarannya harus memastikan setiap produk hukum dan kebijakan negara yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak didasarkan pada konstitusi, visi bersama bangsa Indonesia, serta tidak terjebak pada kepentingan kelompok, institusi, atau kepentingan sesaat yang merusak sendi kehidupan bernegara.

  1. Ekonomi Inklusif

Di sektor ekonomi dan kesejahteraan, presiden dan jajarannya perlu memastikan perubahan paradigma, sehingga kebijakan lebih strategis, inklusif, dan berbasis bukti. Pendekatan ekonomi dari bawah (bottom-up) yang melibatkan komunitas dan dukungan teknokrat kredibel perlu dilakukan untuk meningkatkan relevansi dan dampak program kesejahteraan, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan secara adil.

  1. Reformasi Sistem Perpajakan dan Perlindungan Usaha Kecil

Perlu perbaikan program dan kebijakan negara seperti reformasi sistem perpajakan yang adil dan progresif, penguatan dan perlindungan usaha rakyat berskala kecil dan menengah termasuk koperasi berbasis riset mendalam, serta penegakan hukum terhadap pinjaman online dan judi online yang merugikan potensi sosial ekonomi masyarakat secara masif.

  1. Peran Strategis Kebudayaan

Kebudayaan memegang peran strategis dalam membentuk arah berpikir, struktur nilai, dan identitas kolektif bangsa. Pemerintah, meskipun bukan aktor utama dalam menentukan arah budaya, memiliki tanggung jawab penting sebagai penjamin ruang berekspresi dan pelindung hak-hak budaya warga negara.

  1. Kebebasan Pers dan Perlindungan Jurnalis

Media dan jurnalis adalah pilar demokrasi yang berperan penting dalam menyampaikan fakta serta menyediakan ruang artikulasi bagi ekspresi sosial, politik, dan budaya warga negara. Negara harus memastikan dan menjamin kebebasan pers serta keselamatan jurnalis sebagai aktor perubahan dan peradaban.

  1. Partisipasi Kolektif dalam Menjaga Demokrasi

Menjaga dan menguatkan upaya kolektif yang memungkinkan seluruh elemen bangsa mengambil peran aktif dalam menjaga kualitas demokrasi. Upaya bersama ini harus didasarkan pada kesadaran serta partisipasi aktif dan kritis dari organisasi masyarakat sipil, organisasi keagamaan, media, pelaku usaha, pelaku seni budaya, perempuan, partai politik, perguruan tinggi, dan aktor non-negara lainnya.

Gerakan Nurani Bangsa menegaskan bahwa dengan kesadaran kolektif, komitmen bersama, dan iktikad baik untuk selalu memperbaiki kehidupan bangsa berlandaskan Pancasila dan cita-cita kemerdekaan, Indonesia akan mampu mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.

Adapun tokoh yang tergabung dalam GNB di antaranya: Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, KH. Ahmad Mustofa Bisri, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Omi Komariah Nurcholish Madjid, Romo Frans Magnis Suseno SJ, Prof. Dr. Amin Abdullah, Bhikkhu Pannyavaro Mahathera, Alissa Q. Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Pdt. Jacky Manuputty, Pdt. Gomar Gultom, Romo A. Setyo Wibowo SJ, Erry Riyana Hardjapamekas, Eri Seda, Laode Moh Syarif, Makarim Wibisono, Komaruddin Hidayat, dan Slamet Rahardjo.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

daging dan sosis babi

Babi Dinilai Bergizi, Tapi Tetap Haram: Mengapa Islam Melarang yang Tampak Baik?

Baru-baru ini, sebuah penelitian internasional yang dikutip oleh Food.detik.com, mengungkap daftar 100 makanan paling bergizi …

Prof Yudian Wahyudi

Gerakan Kebajikan Pancasila, Amal Jariyah untuk Persatuan Bangsa

Ambon — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi menegaskan bahwa gerakan Relawan …