Jakarta – Tragedi Kanjuruhan dimana 125 suporter Arema Malang tewas dalam insiden berdarah usai SIngo Edan Arema Malang dikalahkan Persebaya Surabaya 2-3 pada lanjutan Liga 1, Sabtu (1/10/2022). Jatuhnya ratusan korban tewas itu dinilai telah mengoyak marwah bangsa dan negara.
Pasalnya, akibat penanganan yang salah, ratusan nyawa melayang. Padahal, seharusnya satu jiwa manusia saja sangat berharga harus dijaga, bukan malah ratusan jiwa melayang hanya karena kesalahan prosedur.
“Kami menyesalkan peristiwa tragis tersebut, lebih-lebih menyangkut nyawa manusia yang besar jumlahnya, padahal satu jiwa saja sangat berharga yang harus dijaga,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dilansir laman resmi Muhammadiyah, Minggu (2/10).
Haedar mengatakan, media massa menyebut jumlah kematian akibat kerusuhan tersebut termasuk yang tertinggi di dunia dari sejumlah kerusuhan yang pernah terjadi pada pertandingan sepak bola. Belum terhitung korban luka-luka akibat kerusuhan tersebut.
Publik di berbagai media massa dan media sosial, lanjut Haedar, menyesalkan cara dan tindakan dalam menangani kerusuhan tersebut, sehingga jatuh korban meninggal yang besar.
“Banyak pihak menyesalkan mengapa kerusuhan sampai terjadi dan korban begitu banyak jatuh,” katanya.
Karena itu, menurut Haedar, perlu ada investigasi yang objektif dan tuntas dari berbagai aspek atas kerusuhan dan terjadinya korban jiwa yang besar itu. Sebab, kasusnya bukan hanya nasional tetapi sudah berskala global.
“Tragedi ini mengoyak marwah bangsa dan negara Indonesia,” ujar dia.