Ulama Perempuan
Ulama Perempuan

Ulama Perempuan Siap Terlibat Rawat Bangsa dari Ekstremisme dan Radikalisme

Jakarta – Ulama perempuan siap terlibat dalam upaya-upaya untuk merawat bangsa dari ancaman estremisme dan radikalisme. Hal itu akan dibahas secara detil pada Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II dan menjadi salah satu lima isu tama yang dibahas dalam kongres.

Ketua Umum Panitia Pelaksana atau Organizing Committee (OC) KUPI II, Nyai Masruchah, mengatakan, isu ekstrimisme dan radikalisme ada dampaknya terhadap peran kepemimpinan perempuan. Sebab isu-isu ekstrimisme itu banyak mendomestikan perempuan.

“Jadi perspektif (ekstremisme) ini yang kemudian merumahkan perempuan, karena perempuan dianggap tidak boleh keluar rumah,” kata Nyai Masruchah dikutip dari laman Republika di sela-sela Halaqah Nasiona Menjelang KUPI II di Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Ia menegaskan, kalau bicara dalam konteks Islam, konstitusi dan kehidupan bernegara, jelas bahwa perempuan dan laki-laki punya hak yang sama. Tapi gara-gara perspektif ekstremisme yang memandang perempuan tidak punya hak yang sama dengan laki-laki, pandangan mereka telah membuat sempit kehidupan perempuan.

Ia menyampaikan, maka perempuan di Indonesia harus sama-sama bergerak mengantisipasi dan melawan pandangan yang mengecilkan peran perempuan. Jadi perempuan harus hati-hati dengan pandangan-pandangan konservatif yang ekstrem dan tidak Islam rahmatan lil alamin.

“Bagaimana supaya perempuan bisa menjadi manusia yang seutuhnya, dan punya ruang berekspresi di dalam rumah dan luar rumah, dan di negara. Sebenarnya kepemimpinan perempuan bisa dimiliki tergantung kapasitasnya masing-masing, bisa memimpin dalam ruang domestik, publik maupun negara,” ujar Nyai Masruchah.

Ia menambahkan, peran ulama perempuan adalah mensosialisasikan Islam rahmatan lil alamin yang memandang perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama. Untuk mencegah paham ekstremisme yang mengecilkan hak dan peran perempuan.

Untuk itu, ulama perempuan di majelis taklim, pesantren, dan di pusat studi gender dan anak bisa mensosialisasikan Islam rahmatan lil alamin. Ulama perempuan bisa kampanye damai yang menenangkan hati, sesuai dengan prinsip Islam dan konstitusi. Kemudian dilengkapi dengan dalil-dalil dalam agama Islam.

“Ketika saya bicara dengan pimpinan majelis taklim, rata-rata satu ulama perempuan punya pengajian di beberapa tempat, misalnya ulama perempuan di level kabupaten, ia bisa mengurusi jamaah pengajian di desa-desa, satu ulama perempuan bisa mengisi pengajian di 17 desa,” jelas Nyai Masruchah.

Menurutnya, ulama perempuan dan negara saling berkolaborasi karena yang dilakukan ulama perempuan sebenarnya adalah kerja-kerja negara. Dalam aturan negara, ada peran serta masyarakat, ulama perempuan adalah masyarakat. Maka ulama perempuan punya peran untuk mencegah paham ekstremisme.

“Mencegah bisa dalam bentuk pendidikan, penyadaran termasuk mencegah kekerasan seksual ulama perempuan banyak melakukan itu dengan dakwah-dakwahnya termasuk mendampingi korban, dan kasus-kasus korban terorisme itu ulama perempuan beberapa menemani korban dalam konteks pemulihan sampai memberi pemahaman agama yang benar sesuai dengan prinsip Islam rahmatan lil alamin,” kata Nyai Masruchah.

Untuk diketahui, Kongres KUPI II bertema “Menegukan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan” rencananya akan diselenggarakan di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah pada 23-26 November 2022.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …

ketua pbnu kh ahmad fahrur rozi atau gus fahrur saat ditemui di surabaya 169 1

Respon PBNU Terkait Pelaporan Terhadap Pendeta Gilbert Yang Dinilai Lecehkan Umat Islam

Jakarta – Pendeta Gilbert Lumoindong yang viral karena membahas soal Zakat dan tata cara muslim …