Maheer ditahan polisi
Maheer ditahan polisi

Ustaz Ganti Nama, Muhammadiyah: Karbitan, NU: Mentah

Jakarta – Ditangkapnya Soni Eranata alias ustaz Maaher At-Thuwailibi, pemilik akun Twitter @ustadzmaaher_, memunculkan fenomena seorang mengganti namanya karena merasa sudah menjadi ustaz. Ironisnya, pergantian nama yang ke-Arab-araban, tidak diimbangi dengan kedalaman ilmu serta kepintarannya baik dalam berdakwah maupun dalam beraktifitas di media sosial.

Hal inilah yang disoroti dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti menilai fenomena ustaz ganti nama itu hal biasa. Tapi yang jadi masalah banyak ustaz yang pemahaman agamanya masih rendah.

“Soal ustaz yang ganti nama, juga hal yang biasa. Sayangnya, sekarang ini banyak ustaz karbitan yang penguasaan ilmu agamanya dangkal dan akhlak yang tidak bisa menjadi teladan. Banyak orang yang tiba-tiba mengklaim dirinya sebagai ustaz beberapa saat setelah ‘hijrah’,” ucap Mu’ti dalam keterangannya, Jumat (4/12/2020), dikutip dari laman detikcom.

Ia mengungkapkan, masyarakat harus mulai cerdas menilai pendakwah atau penceramah. Jangan hanya sebatas melihat bahwa pendakwah tersebut populer. Mu’ti menjelaskan perubahan nama dalam Islam sering terjadi, sehingga bukan sesuatu hal yang baru kali ini terjadi.

“Sejak jaman Nabi, banyak sahabat yang memiliki julukan selain dari nama aslinya. Nabi Muhammad, juga disebut Abul Qasim. Demikian halnya dengan sahabat Abu Hurairah. Banyak ulama yang lebih dikenal dengan nama daerah atau tempat tinggalnya, seperti Al-Ghazali, Al-Qurthubi, dan lain-lain,” ucapnya.

Kemudian, dalam tradisi di Indonesia, nama berubah atau diganti jika terjadi sesuatu pada orang tersebut, seperti setelah menunaikan haji atau menjadi mualaf.

“Secara spiritual seseorang berganti nama sebagai identitas keagamaan, menjadi atau terlahir kembali (reborn) sebagai muslim,” ucapnya.

Dengan nama baru itu, lanjut Mu’ti, seseorang berusaha menjadi lebih baik dalam hal beragama dan berperilaku. Menurutnya, berganti nama itu tidak ada tuntunan dalam agama. Semuanya lebih sebagai tradisi. Akan tetapi, jika penggantian nama itu permanen, harus dicatat di lembaga berwenang.

Sementara itu, PBNU melihat fenomena ganti nama itu kerap dilakukan pendakwah muda yang tampil di media sosial.

“Rata-rata yang muda di bawah 40 tahun. Ya biasa, orang muda kan biar lebih keren. Artis kan juga begitu. Pendakwah yang nggak jauh beda dengan artis yang show di ranah media sosial akhir-akhir ini,” ucap Wasekjen PBNU Masduki Baidlowi.

Menurut Masduki, seharusnya pendakwah yang mengubah nama belum memiliki karakter yang kuat sehingga mengubah namanya ketika melakukan dakwah.

“Untuk menaikan performa biar lebih keren, cowok kelihatan gagah, macam-macam lah. Kan dalam rangka membangun image, dan rata-rata itu pendakwah belum jadi, belum mapan, belum punya eksestensi yang kuat,” katanya.

Masduki enggan dikaitkan soal fenomena mengganti nama ini dengan salah satu personal. Dia menyebut pandangannya adalah fenomena secara umum.

Namun, menurut Masduki, ada tradisi Arab yang melakukan penggantian nama. Jadi menurut dia, perubahan nama untuk berdakwah juga sah-sah saja.

“Ada laqob, ada kunyah. Sebutan-sebutan panggilan. Laqob itu sebutan keagungan, bukan di Arab Saudi, tapi tradisi Arab,” ucapnya.

“Ulama besar itu, panggilannya (terkenal) bukan nama dirinya, hampir semua. Imam Syafii, Syafii itu bukan nama dia. Jadi tradisi begitu itu sudah lama,” jelasnya.

Diketahui, Ustadz Maaher At-Thuwailibi, pemilik akun Twitter @ustadzmaaher_, ditangkap polisi terkait kasus ujaran kebencian kepada Habib Luthfi. Maaher memiliki nama asli Soni Eranata. Pengacara Soni Eranata, Djudju Purwantoro, menyebut kliennya menggunakan nama istilah dalam berdakwah, yakni Ustadz Maaher.

“Nama umatnya, nama ustaznya itu Maaher At-Thuwailibi, memang nama dia, alias-alias, alias Ustadz Maaher. Nama aliasnya Maaher At-Thuwailibi,” ujar Djudju Purwantoro.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Dr Amirsyah Tambunan

Para Tokoh Bangsa, Lintas Politik, Ormas, dan Ormas Keagamaan Diajak Rekatkan Solidaritas dan Persatuan Dengan Semangat Syawal

Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Halal Bihalal Kebangsaan 2024, 7 Mei mendatang. …

Pelatihan teroris JI di Semarang

Latihan Fisik Paramiliter di Poso, 8 Teroris JI di Sulteng Miliki Peran dan Jabatan Mentereng

Jakarta – Delapan orang terduga teroris dari jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang ditangkap Densus 88 di …