hijrah milenial
hijrah milenial

Hijrah Millenial (3) : Meneladani Semangat HOS Tjokroaminoto dalam Melawan Provokasi dan Perpecahan

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagian dari kita tentu sudah tidak asing lagi dengan hadits di atas. Ya, benar. Hadits di atas merupakan pasal pertama atau Bab 1 dalam Kitan Hadits Arba’in Nawawi karya Imam nawawi al-Bantani. Dan tentu saja, kitab tersebut merupakan salah satu kitab yang wajib dipelajari dan diajarkan di berbagai pondok pesantren di Indonesia. Bahkan, di beberapa pesantren diwajibkan untuk menghafalkan setiap hadits yang tertulis dalam kitab Arba’in Nawawi, lengkap dengan makna dan kandungan isi di dalamnya.

Dalam memahami hadits di atas, setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa niat merupakan tolok ukur suatu amalan. Diterima atau tidaknya tergantung niat dan banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun tergantung niat. Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan karena niatnya.

Diantara tokoh-tokoh terkenal dunia, tentu saja dengan dan tanpa mengecualikan Rasulullah SAW, ada seorang tokoh Indonesia yang memiliki keteguhan niat yang luarbiasa. Dikenal sebagai guru bangsa Indonesia, tokoh ini mampu melahirkan tokoh-tokoh bangsa luarbiasa pada masa kemerdekaan. Sebut saja Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain. Tokoh yang akan penulis angkat dalam tulisan ini adalah HOS Tjokroaminoto.

Mempersatukan Kaum Tertindas Pribumi

Pada tahun 2015 lalu, pernah diproduksi sebuah Film luarbiasa yang mengangkat kisah perjuangan dan keteguhan niat hijrah seorang Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto atau yang lebih dikenal dengan HOS Tjokroaminoto. Film berjudul “Hijrah Guru Bangsa Tjokroaminoto” ini disutradarai oleh Garin Nugroho dan diproduseri oleh Christine Hakim ini mampu meraup kesuksesan pada masanya. Dibintangi oleh Reza RahardianChristine HakimDidi PetetAlex KomangEgi FedlySujiwo Tedjo, dan Maia Estianty, Film ini mampu masuk kedalam delapan nominasi dalam sebuah acara penghargaan nasional. Dari kedelapan nominasi tersebut, Film ini mampu memenangkan lima penghargaan sekaligus.

Guru Bangsa: Tjokroaminoto berkisah tentang perjalanan seorang lelaki yang telah menjadi guru bagi para pendiri bangsa, ia yang disebut sebagai “Raja Tanpa Mahkota”, Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto (selanjutnya ditulis Cokro). Film ini berfokus pada perjalanan seorang Cokro dalam menemukan jalan hijrahnya, pesan yang diamanahkan kepadanya oleh sang kakek ketika kecil, pesan tentang hijrah seorang manusia ke kehidupan yang lebih baik. Pesan itulah yang terngiang di kepalanya terus-menerus dan akhirnya mengantar ia kepada pergerakan memimpin sebuah organisasi massa tersebesar pertama di Indonesia, Sarekat Islam, sebuah pergerakan yang kemudian mengawali hijrah bangsa kepada kemerdekaannya.

Sejak mulai memimpin SI pada Kongres SI di Yogyakarta 1914, SI mulai menggeliat dan meroket bagaikan meteor. Kota Surabaya dijadikan sebagai seuah basis SI dan tumbuh menjadi kota pergerakan, yang tidak saja menggerakkan kelompok-kelompok terdidik, namun juga menggerakkan rakyat-rakyat kampong. Mereka memposisikan diri sebagai rakyat terjajah. Diantara kelompok masyarakat ini diantaranya kaum buruh pabrik, para petani penghuni tanah-tanah partikelir, pegawai pemerintah Hindia Belanda, para pedagang, serta kelompok-kelompok profesi lain yang merasa terjajah.

HOS Cokroaminoto bersama SI secara ideologis memperjuangkan hak-hak rakyat kecil dengan cepat mampu merebut simpati rakyat-rakyat kampong di berbagai daerah di Surabaya dan sekitarnya. Melalui organisasi yang dikelola secara modern inilah rakyat kampong memperoleh pelajaran penting tentang politik kebangsaan. Rakyat kampong partikelir yang selama bertahun-tahun menjadi sapi perah para tuan tanah memperoleh kesadaran baru untuk keluar dari situasi yang tertekan tersebut.

Film panjang mengenai Cokro ini tidak akan dapat terwujud dengan baik tanpa naskah yang kuat. Namun, naskah yang ditulis bersama oleh Ari Syarif, Erik Supit, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Garin Nugroho, dan Kemal Pasha Hidayat ini telah berhasil manjadi pondasi yang kuat bagi pewujudan Guru Bangsa: Tjokroaminoto. Modal sejarahnya pun dengan meyakinkan ditulis oleh Hilmar Farid dan Bonnie Triyana, dua sejarawan muda Indonesia yang tentu punya semangat yang muda pula. Dan itu semua divisualisikan melalui tata artistik yang begitu megah dan klasik. Lengkap sudah. Namun, sungguh segala hal tersebut adalah keindahan jika kita mau duduk sejenak dengan sabar dan menikmatinya. Bukankah keindahan adalah harmoni dari apa-apa yang ada dalam suatu kehidupan ini? Senang sekali rasanya dapat tersenyum puas setelah keluar dari bioskop kemudian berbagi cerita manis tentang “Bapak Para Pendiri Bangsa” kepada anak dan cucu kita nanti.

Sepanjang tutur kisah tiga jam film ini, kita dapat melihat bagaimana seorang Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto dalam memperjuangkan kemerdekaan untuk Indonesia. Mulai dari semngatnya untuk menciptakan sebuah persatuan di kalangan pribumi yang tertindas. Serta kegigihannya dalam berjuang tanpa terpengaruh oleh provokasi dari kaum borjuis penjajah.

Dari sinilah, seyogyanya, kita sebagai generasi penerus bangsa untuk meneladani semnagat dari seorang Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto. Ditengah isu-isu perpecahan dan provokasi yang membayangi negeri ini, tampaknya keteguhan, semangat hijrah berjuang, dan sifat pantang menyerah harus kita gelorakan demi tegaknya Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur. Tanpa adanya provokasi dan perpecahan diantara anak bangsa. Aamminnn. 

Bagikan Artikel ini:

About M. Arif Rohman Hakim

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Check Also

shalat tarawih di rumah

Hanya Mengandalkan Surat Al-Ikhlas Saat Tarawih, Jangan Insecure, Inilah Keutamaannya!

Insecure, tentu saja hal ini kerap kali menghantui setiap individu. Insecure atau merasa diri lebih …

gus mus

Jejak Ulama’ Nusantara (2) : Seruan Memanusiakan Manusia Menurut Gus Mus

Dalam tulisan pertama tentang “Jejak Ulama Nusantara (1) : Gus Mus dan Tips Jitu Menipu …