Di Wuhan, 1,6 persen populasi penduduk beragama Islam. Ada empat masjid yang menjadi pusat ibadah umat Islam dan banyak toko-toko yang mencantumkan label halal.
Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China, tengah menjadi sorotan internasional karena disinyalir sebagai kota di mana virus Corona pertama kali menyebar. Ratusan orang dikabarkan meninggal dunia akibat serangan virus mematikan yang menyerang paru-paru tersebut. Alhasil, Wuhan kini seakan menjadi kota mati, karena diisolasi dari berbagai penjuru.
Atas wabah ini tidak jarang beberapa gelintir membingkainya sebagai azab terhadap penduduk China. Mereka kemudian mengaitkan kebijakan China terhadap umat Islam di negeri tirai bambu itu. Lalu bagaimana kondisi muslim di Wuhan?
Namun siapa sangka, kota yang memiliki luas 8.494 kilometer persegi adalah salah satu kota terpadat di China itu dengan 11 juta penduduk. Dan dari sebuah survei tahun 2017, 1,6 persen populasi penduduk Wuhan adalah pemeluk agama Islam yang hidup berdampingan dengan baik dengan umat beragama lain.
Ahmad Syaifuddin Zuhri, mahasiswa Central China Normal University (CCNU) Wuhan mengungkapkan ada empat masjid di Kota Wuhan. Pertama, Masjid Jiang An. Masjid ini memiliki empat lantai. Lantai satu untuk kantor, tempat wudhu, dan dapur umum. Lantai dua merupakan ruang shalat utama. Lantai ketiga adalah ruang-ruang kelas dan aula.
“Lantai keempat, kami tidak bisa masuk karena terkunci,” ujar Ahmad Syaifuddin yang juga Wakil Rais Syuriyah PCINU Tiongkok dikutip dari laman nu.or.id.
Masjid Jiang An menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri di lokasi situ. Bangunan di sekitarnya sudah dirobohkan karena rencananya di situ akan dibangun kompleks gedung modern. Rencananya, Masjid Jiang An akan dipindahkan lokasi baru, yang berjarak sekitar 1,3 kilometer dari lokasi yang sekarang.
Disebutkan bahwa pembangunan masjid yang baru sudah selesai. Tinggal menunggu tahap akhir dan perizinan dari pihak yang berwenang
Kedua, Masjid Hankou. Lokasi masjid ini cukup strategis karena terletak di petigaan besar, dekat dengan stasiun besar kereta api Hankou dan stasiun MRT line 1. Masjid Hankou terdiri dari enam lantai. Arsitekturnya merupakan perpaduan antara Arab, China, dan Eropa. Sementara di samping gerbang masuk masjid dibangun deretan toko.
Ketiga, Masjid Min Quan Lu. Masjid ini susah dicari karena berada di gang kecil dan di antara deretan toko penjual daging sapi dan kambing halal. Ada dua lantai yang digunakan ketika hendak dilaksanakan Shalat Jumat. Masing-masing lantai hanya mampu menampung 50 jamaah.
“Masjid ini yang terkecil yang saya temukan di antara masjid lainnya di Kota Wuhan,” ujarnya.
Keempat, Masjid Qiyi. Masjid ini terletak di distrik Wuchang. Luasnya mencapai 2.300 meter persegi dan mampu menampung hingga 500 jamaah. Masjid Qiyi juga menjadi basis Asosiasi Islam Provinsi Hubei.
Selain masjid, di Jalan Qiyi pula berjejer toko-toko yang menjajakan makanan dan kebutuhan halal lainnya seperti daging, kue tradisional, roti naan Uighur, sayuran, buah-buahan, bumbu, hingga pakaian.
Zuhri menceritakan bahwa cukup mudah mencari warung halal di Kota Wuhan. Menurutnya, ada 12 warung halal yang ditemukannya di antara tempat tinggalnya hingga kampusnya, Central China Normal University (CCNU) Wuhan. Warung-warung halal tersebut dilengkapi dengan logo tulisan ‘Halal’ atau 清真 Qingzhen (baca: Tsingcen). Kebanyakan warung tersebut dimiliki Suku Hui Muslim.