Pada suatu ketika, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa ketika beliau wafat, beliau meminta agar jenazahnya dimandikan dengan tujuh geriba dari air sumur Ghars. Pesan ini dipenuhi oleh para sahabat saat Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 Hijriah. Meski pemakamannya di rumah Siti Aisyah yang kini menjadi bagian dari Masjid Nabawi, air yang digunakan untuk memandikan jenazah beliau diambil dari Sumur Ghars sesuai wasiatnya.
Karena alasan inilah, banyak jemaah haji dan umrah yang menyempatkan diri untuk mengunjungi sumur tersebut. Meskipun jumlah pengunjungnya tidak banyak, namun sejarahnya yang istimewa menandakan ada sesuatu yang besar dan penting sehingga Rasulullah SAW secara khusus meminta jenazahnya dimandikan dengan air dari sumur ini.
Namun, ironisnya, peninggalan yang sangat berharga ini kini tampak tidak terawat. Air sumur tersebut telah mengering, dikelilingi oleh tembok dan pagar yang rapat, beberapa bagian pagar sudah usang dan tidak terawat, serta bagian atas sumur ditutupi dengan seng-seng besi. Peziarah yang datang hanya turun dari mobil, mengintip sebentar ke dalam sumur, lalu pergi.
Sumur yang berdiameter sekitar tiga meter dan kedalaman lima meter tersebut tampak tidak terpelihara. Dinding sumur yang terbuat dari batu bata sudah sangat rapuh dan banyak sampah berserakan di dalamnya, hampir tidak mencerminkan bahwa tempat tersebut pernah menjadi bagian penting dari kehidupan Rasulullah SAW.
Dalam riwayatnya, Nabi Muhammad SAW menyampaikan sabda ini ketika dia bersama para sahabat seperti Abu Bakar sedang duduk di samping sumur, menjuntaikan kaki mereka ke dalam sumur tersebut. Sumur Ghars sendiri terletak sekitar satu kilometer di sebelah timur laut Masjid Quba, di bawah Mahad Darul Hijrah. Lokasinya yang dekat dari Kota Madinah, sekitar 4-5 kilometer, seharusnya memudahkan akses bagi para peziarah dan wisatawan.
Sebagaimana disebutkan oleh Ibn Katsir dalam kitab al-Sirah an-Nabawiyyah, berdasarkan riwayat dari al-Waqidi yang bersumber dari Amr b. Abd al-Hakm, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sebaik-baiknya sumur ialah sumur Ghars. Ia merupakan salah satu mata air surga dan airnya tergolong paling baik.” Rasulullah SAW sering mengonsumsi air sumur ini untuk menyucikan diri maupun untuk diminum. Beliau juga berdoa untuk keberkahan air sumur Ghars.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas b. Malik, disebutkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW berziarah ke Quba’. Beliau segera menuju sumur Ghars untuk memberikan minuman kepada keledai yang beliau tunggangi. Namun, pada waktu itu sumur Ghars sedang kering. Rasulullah SAW kemudian berkumur-kumur dengan sisa air dari bekalnya dan melepehkannya ke dalam sumur. Seketika itu juga, muncul mata air deras dari dalam sumur Ghars.
Sahabat Ibn Umar juga meriwayatkan sebuah peristiwa di mana Rasulullah SAW duduk di sisi sumur Ghars dan bersabda: “Semalam aku bermimpi seakan-akan aku duduk di sisi mata air yang menjadi mata air surga.” Tidak lain yang dimaksud Rasulullah SAW adalah sumur Ghars.
Dengan sejarah yang begitu kaya dan penting, sudah sepatutnya kita menjaga dan merawat peninggalan berharga ini. Sumur Ghars bukan hanya sekedar sumur biasa, melainkan saksi bisu dari perjalanan hidup Rasulullah SAW yang mulia. Pemerintah dan masyarakat seharusnya bekerja sama untuk merawat sumur ini, mengembalikan kejayaannya dan menjadikannya salah satu daya tarik wisata religius di Madinah. Dengan begitu, kita tidak hanya menghormati warisan Rasulullah SAW, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual kita dengan sejarah Islam yang agung.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah