dalil maulid nabi
maulid nabi

Refleksi Maulid (4) : Bershalawat adalah Cara Mengambil Berkah dari Rasulullah

Jika umat terdahulu dari para sahabat, tabiin dan ulama salaf masih bisa mengais berkah melalui apa yang bisa dilihat secara fisik dari Rasulullah, tentu umat Nabi saat ini tidak mampu merasakannya. Namun, ada banyak cara yang bisa dilakukan generasi umat saat ini untuk memperoleh berkah, bahkan syafaat dari Nabi. Salah satunya adalah melalui memperbanyak shalawat.

Bershalawat adalah bentuk dzikir yang paling populer sebagai bentuk kecintaan umat Nabi kepada junjungannya. Manfaat dan khasiat shalawat sungguh sangat luar biasa. Salah satu yang cukup terkenal adalah kisah seorang ulama besar, Imam al-Bushiri, yang menulis syair terkenal berjudul Qasidah Al-Burdah (Syair Jubah).

Imam Bushiri dan Dahsyatnya Shalawat

Imam al-Bushiri (1212–1296 M) adalah seorang ulama, penyair, dan sufi yang hidup pada abad ke-13 di Mesir. Ia terkenal karena menulis Qasidah Al-Burdah, sebuah puisi yang memuji dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair ini menjadi sangat terkenal di seluruh dunia Islam karena dipercaya memiliki keberkahan yang besar.

Menurut kisah yang banyak diriwayatkan, Imam al-Bushiri pernah mengalami kelumpuhan yang parah di salah satu bagian tubuhnya. Berbagai upaya pengobatan sudah dilakukan, namun tidak ada yang berhasil menyembuhkan penyakitnya. Dalam kondisi penuh harap, Imam al-Bushiri lalu memutuskan untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT melalui shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan hati yang ikhlas, beliau menulis sebuah syair panjang yang memuji Nabi Muhammad SAW dan bershalawat kepadanya. Syair tersebut kemudian dikenal sebagai Qasidah Al-Burdah. Setelah menyelesaikan penulisan syair tersebut, Imam al-Bushiri tertidur dan bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.

Dalam mimpinya, Nabi Muhammad SAW menyentuh bagian tubuh al-Bushiri yang sakit dengan jubahnya (burdah), dan al-Bushiri seketika itu sembuh dari kelumpuhannya. Ketika beliau terbangun dari tidurnya, al-Bushiri merasa bahwa tubuhnya telah pulih sepenuhnya. Keajaiban penyembuhan ini adalah berkah dari shalawat dan pujian yang ia panjatkan kepada Rasulullah SAW.

Shalawat Sebagai Sumber Berkah

Keyakinan umat Islam terhadap berkah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Banyak ulama dan orang-orang saleh yang merasakan berkah dari shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan mereka. Salah satu amalan yang sering dilakukan adalah membaca shalawat secara rutin, dengan keyakinan bahwa shalawat tersebut dapat mendatangkan rahmat Allah, memperbaiki keadaan hidup, serta memberikan ketenangan jiwa dan kesembuhan.

Dari Anas bin Malik, yang merupakan pelayan Nabi Muhammad SAW selama lebih dari 10 tahun, juga dikenal sebagai salah satu sahabat yang sering mengamalkan shalawat kepada Nabi. Ia pernah menyampaikan sebuah hadits yang menggambarkan keutamaan bershalawat.

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan sepuluh dosanya, dan ditinggikan sepuluh derajatnya.” (Sunan An-Nasa’i).

Dalam hadist lain Nabi bersabda : Rasulullah SAW bersabda: “Cukupkanlah sebagian dari doamu untuk bershalawat kepadaku, niscaya Allah akan mencukupi kebutuhanmu dan mengampuni dosamu.”

Khalifah kedua, Umar bin Khattab, juga memiliki pengalaman tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Umar dikenal sebagai sahabat yang sangat tegas dalam menjalankan ajaran Islam, dan ia sering memperbanyak shalawat kepada Nabi.

Diriwayatkan dalam hadits bahwa Umar bin Khattab berkata: “Doa akan terhenti di antara langit dan bumi, dan tidak akan naik sampai engkau bershalawat kepada Nabi.” (HR At-Tirmidzi).

Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, juga memiliki kisah yang terkait dengan keutamaan shalawat. Ali bin Abi Thalib pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:“Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR At-Tirmidzi)

Hadits-hadits di atas menegaskan bahwa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu bentuk kecintaan yang paling nyata kepada beliau. Shalawat merupakan cara umat Islam saat ini mengekspresikan cinta sekaligus mengharap berkah dari Nabi Muhammad.

Orang yang mencintai Nabi akan sering bershalawat, dan hal ini mendekatkannya kepada Nabi di dunia maupun di akhirat. Cinta kepada Nabi merupakan bagian integral dari keimanan, dan salah satu cara yang paling utama untuk menunjukkan cinta itu adalah dengan bershalawat secara rutin.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

BRIN Moderasi Beragama

Moderasi beragama Bukan Sekadar Konsep Akademik, Tapi Jalan Tengah Untuk Beragama secara Damai, Inklusif, dan Berkeadaban

Jakarta — Meningkatnya berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama menunjukkan bahwa paham radikal masih memiliki …

Prof M Suaib Tahir PhD

Jihad Palsu di Balik “Ukhuwah Global”: Umat Diminta Waspada Propaganda ISIS

Jakarta — Kelompok teroris ISIS kembali menyebarkan propaganda bermuatan ajakan jihad ke berbagai negara konflik, …