Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi yang semakin tak terelakkan, kita sering kali terjebak dalam euforia untuk menguasai ilmu pengetahuan tanpa menimbang kembali tujuan dan arah dari pencarian itu sendiri. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, ilmu seolah menjadi hal yang tak terhindarkan untuk dikejar, namun ada satu hal yang sering terlupakan, yakni, keseimbangan antara ilmu dan adab.
Dalam pepatah klasik diungkapkan, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh.” Pepatah ini, yang ditemukan dalam Adabul Imla’ wal Istimla’ dan Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi, menggambarkan pentingnya hubungan simbiosis antara ilmu dan adab adalah dua unsur yang saling melengkapi, dan keduanya diperlukan untuk menjalani hidup yang bermakna.
Ayat pertama dalam Surat Al-Alaq, “Iqra’ bismirabbikalladzi kholaq,” yang memiliki arti, bacalah dengan nama Tuhan yang menciptakan, mengandung pesan yang sangat kuat mengenai pentingnya ilmu dalam Islam. Ayat diatas merupakan seruan pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu yang menandai dimulainya kenabian. Di balik perintah sederhana tersebut terdapat kedalaman makna yang mengarah pada kewajiban umat manusia untuk senantiasa menuntut ilmu.
Namun jika dipahami lebih dalam, perintah untuk menuntut ilmu ini menuntut kita untuk membaca dan memahami dengan kesadaran penuh akan hakikat Sang Pencipta bahwa setiap ilmu yang kita peroleh harus dimulai dengan pemahaman akan kebesaran Tuhan. Artinya, ilmu dalam Islam bukan hanya sebatas akumulasi pengetahuan, tetapi juga sebuah jalan untuk lebih mengenal Tuhan dan ciptaan-Nya.
Harus dapat kita pahami bahwa, ilmu yang tidak disertai dengan adab atau akhlak yang mulia, akan mudah tergelincir pada kebanggaan diri, kesombongan intelektual, dan bahkan penyalahgunaan pengetahuan untuk tujuan yang tidak baik. “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar,” sebuah peringatan yang menggambarkan bahwa meskipun api memiliki potensi untuk memberi terang dan kehangatan, tanpa kayu bakar, api tersebut akan padam.
Ilmu yang tanpa adab akan kehilangan tujuan sejatinya, menjadi sesuatu yang kering, tidak bermanfaat, dan hanya menambah kebingungan dalam kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam, ilmu dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk kesombongan atau kepentingan pribadi semata.
Di sisi lain, adab yang tidak dilandasi oleh ilmu juga tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermakna. Adab tanpa ilmu, sebagaimana pepatah mengatakan, “adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh,” akan kehilangan substansi. Tanpa ilmu, adab hanyalah sebuah formalitas yang tidak jelas tujuannya. Ia hanya menjadi sebuah aturan kosong yang tidak bisa memberikan arah atau manfaat yang sesungguhnya dalam kehidupan.
Meskipun seseorang bisa tampak berperilaku baik, tanpa dasar pengetahuan yang kuat, perilaku tersebut akan menjadi tidak produktif dan bahkan bisa membelenggu dirinya dalam kebiasaan-kebiasaan yang tidak mendatangkan kebaikan yang hakiki. Oleh karena itu, untuk membangun pribadi yang seimbang, seseorang harus mengintegrasikan ilmu dengan adab secara harmonis.
Kehidupan kita di zaman ini sering kali dibayangi oleh kesan bahwa ilmu pengetahuan lebih penting daripada akhlak. Kita terlalu fokus pada pencapaian akademis atau prestasi intelektual, tanpa menyadari bahwa sejatinya ilmu dan akhlak harus berjalan beriringan. Ilmu yang benar adalah ilmu yang membawa kepada kebijaksanaan, yang memberi pencerahan dan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Sementara itu, adab yang baik akan melindungi ilmu itu dari penyalahgunaan dan menjaganya agar tetap berada dalam koridor yang benar. Ketika keduanya berjalan seiring, ilmu akan menjadi api yang memberi terang, dan adab akan menjadi kayu bakar yang menjaga agar api itu tetap menyala dengan penuh manfaat.
Ayat pertama Surat Al-Alaq bukan hanya mengajarkan kita tentang pentingnya membaca atau menuntut ilmu, tetapi juga memberi kita gambaran tentang bagaimana ilmu harus diperoleh dengan niat yang tulus, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan menggabungkan ilmu dengan adab yang benar, kita akan mampu menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan, menghargai sesama, dan menyumbangkan manfaat bagi umat manusia.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah