Jakarta — Ibadah haji bukan sekadar perjalanan ke Tanah Suci, melainkan juga pelaksanaan rukun Islam kelima yang menyatukan segala bentuk kekuatan—fisik, finansial, dan spiritual—dalam satu tujuan: mendekatkan diri kepada Allah SWT.
KH Marsudi Syuhud, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), menegaskan bahwa haji adalah puncak ibadah multidimensi, di mana seluruh energi umat Islam dipusatkan dalam ketaatan.
“Ketika seseorang menunaikan haji, maka dia sedang menghimpun seluruh kekuatan—kesehatan, ekonomi, dan kesiapan perjalanan—dalam satu kesatuan ibadah. Ini bukan ibadah biasa, tapi ibadah yang menyeluruh,” ujar Kiai Marsudi dikutip dari MUI Digital, Selasa (3/6/2025).
Ia melanjutkan bahwa haji lebih dari sekadar kewajiban, tapi uga menjadi panggung besar akulturasi antarbangsa dan budaya dalam Islam. Hal ini pernah disampaikannya dalam forum yang digelar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang membahas tentang hikmah akulturasi dalam ibadah haji.
“Ada pertemuan akbar umat Islam dari seluruh dunia dengan latar belakang budaya, bahasa, iklim, dan makanan yang berbeda. Tapi semua itu larut dalam satu harmoni. Inilah akulturasi yang menyatukan,” ungkapnya.
Kiai Marsudi menekankan bahwa di tempat-tempat suci seperti Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), umat Islam dari berbagai lapisan sosial menanggalkan segala atribut duniawi. Tak ada perbedaan antara pemimpin dan rakyat jelata. Semuanya berpakaian sama, berdiri sama rata di hadapan Allah SWT.
“Gubernur, kepala suku, pejabat, hingga rakyat biasa, semua ditanggalkan. Yang ada hanyalah kesetaraan di hadapan Allah. Ini pelajaran penting bagi kehidupan sosial kita,” katanya.
Menurutnya, hikmah-hikmah haji harus dibawa pulang, menjadi amalan dan nilai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika jamaah melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, ribuan manusia dari berbagai penjuru dunia bergerak dalam satu arah, satu irama, tanpa gesekan.
“Tidak ada cacian, umpatan, atau konflik fisik. Padahal ribuan orang berjalan berdempetan. Ini gambaran harmoni yang luar biasa,” jelasnya.
Demikian pula saat Sai antara Bukit Shafa dan Marwah, yang sekilas terlihat seperti perlombaan, namun tetap penuh kedamaian. Kiai Marsudi mengajak umat Islam meneladani momen ini sebagai cerminan kehidupan:
“Betapapun kita bersaing dalam ekonomi atau politik, jika nilai-nilai spiritual ini kita bawa, maka kita bisa hidup aman, nyaman, dan damai.”
Di akhir pesannya, Kiai Marsudi mengingatkan bahwa tujuan haji bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi sesama,” ujarnya menutup.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah