kiamat
kiamat

Agar Tidak Terlalu Lama Diperiksa di Hari Kiamat

Salah satu perkataan Sayyidina Umar r.a. adalah “Hisablah kalian sebelum kalian dihisab”. Hisab adalah salah satu peristiwa ghaib yang akan terjadi setelah hari kiamat. Di sana semua orang yang pernah hidup didunia akan dihitung dan diperiksa segala kepemilikannya, mulai dari amal, harta, ilmu dan lain-lain.

Hisab mempunyai arti menghitung atau memeriksa. Maka arti ucapan dari Sayyidina Umar tersebut adalah periksalah dirimu sebelum diperiksa. Kita diperintah oleh Sayyidina Umar untuk mengevaluasi setiap Tindakan kita.

Karena orang yang lalai dan sadar untuk mengevaluasi dan memeriksa dirinya sendiri dalam hal apa saja, lebih-lebih soal ilmu, harta, umur serta tubuh maka perhitungannya kelak di akhirat akan lama dan ia akan merasa kesusahan. Sedangkan orang yang terbiasa mengevaluasi diri dan mempertimbangkan tindak tanduknya di dunia, maka akan mudah ketika proses perhitungan amal dan akan cepat.

Syaikh Ahmad ar-Rifai, seorang tokoh yang sudah terkenal sebagai waliyullah, pernah berkata:

مَنْ لَمْ يُحَاسِبْ نَفْسَه عَلى الخطرَاتِ واللحظَاتِ فِي كُلِّ نفسٍ لَمْ يُكْتَب عِنْدَنا فِي دِيْوَان الرِّجَالِ، وَإِيْضَاحُ ذلِكَ أَنّ مُرَاد الحَقِّ تَعالى بِحِسَابه عَبْدَه الاِعْتِرَاف بِمَا جَنَاه وَرُؤْيَة الفَضْلِ لِله تَعَالى فِي حِلْمه عَلَى العَبْد أَو تَرْكِ مُؤَاخَذَتِه، فَمَنْ كَان مُعْتَرِفًا لَه بِذلك لَا يُحَاسَبُ إِلَّا فِيْمَا أَغْفَلَه هُنَا، فَإِنْ قدر أًنَّه لَمْ يَغفلْ عَنه شَيْئًا لَمْ يُحَاسَبْ أَصْلًا.

“Barang siapa yang tidak memeriksa dirinya mengenai pikiran-pikiran dan pandangan-pandangannya dalam setiap hembusan nafas, maka orang tersebut tidak tercatat dalam daftar tokoh terhormat bagi kami. Penjelasan mengenai hal itu adalah bahwa apa yang dikehendaki Allah dengan memeriksa hambanya adalah pengakuan hambanya atas dosa-dosa yang diperbuat dan mampu melihat anugerah Allah Taala di dalam kesabaranNya terhadap hamba atau tidak menyiksa hambanya. Maka barang siapa yang mengakui hal-hal tersebut maka yang diperiksa hanya hal-hal yang ia abaikan, jadi jika dia mampu untuk tidak melalaikan sesuatu apapun maka dia tidak akan diperiksa sama sekali.”

Yang terjadi di masyarakat kita, kebanyakan lalai dan abai mengenai evaluasi diri ini, abai memeriksa diri ini. Kita terlalu seringa bai tentang waktu yang kita habiskan untuk apa. Kita abai dan tidak terlalu peduli mengenai harta kita, dari mana datangnya dan untuk apa. Apakah sesuai dengan hal yang diridloi Allah atau tidak.

Semakin banyak yang kita miliki maka semakin lama kita akan diperiksa dihari kiamat, kecuali kita sudah memeriksa diri kita sendiri setiap nafas. Semakin banyak ilmu yang kita miliki semakin banyak pertanggung jawaban kita. Bagitu juga harta dan umur.

Hisab adalah salah satu serangkaian proses sebelum akhirnya seseorang akan dimasukkan ke surga atau ke neraka. Bukti bahwa proses perhitungan dan pemeriksaan ini lama adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi:

لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ : عَنْ عُمْرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ عَمَلِهِ مَاذَا عَمِلَ بِهِ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فيم أبلاه

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan kemana dipergunakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”

Oleh sebab itu, benar sekali apa yang dikatakan Syaikh Ahmad ar-Rifai bahwa yang dikehendaki Allah adalah pengakuan akan kesalahan-kesalahan hambanya dan kesadarannya tentang kesabaran Allah pada hambanya dan tidak menyiksanya. Sebab yang memasukkan kita ke surga bukan lah amal kita, namun rahmat dari Allah Ta’la.

Maka di dalam kitab Salaalim al-Fudlolaa’ dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan membaca

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

Dan memperbanyak bermunajat dengan munajat semacam:

إِلَهِي عَبْدُكَ  الجَانِيْ  أَتَاكَ      مُقِــرًّا   بِالذُّنُوْبِ  وَقَدْ  دَعَاكَ

فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ  أَهْلٌ     وَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ يَرْحَمْ سِوَاكَ؟

“Tuhanku, hambaMu yang durhaka telah datang padamu sambil mengakui dosa-dosanya dan sunguh-sungguh memanggilMu

Maka jika Engkau mengampuninya maka memang Engkau layak tapi jika tidak maka siapa lagi yang bisa mengasihi selain Dirimu?”

Bagikan Artikel ini:

About Samachatul Maula

Check Also

nabi sulaiman

Metode Psikologi Nabi Sulaiman dalam Mengorek Informasi

Nabi Sulaiman terkenal sebagai nabi yang kaya raya. Pasukannya terdiri dari bangsa manusia dan bangsa …

umar

Umar Bin Khattab Mengakui Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib

Umar bin Khattab r.a. adalah khulafa ar-rasyidin kedua setelah Abu Bakar as-Shiddiq. Umar dikenal sebagai …