akhlak karimah
akhlak karimah

Akhlakul Karimah Dulu, Baru Bicara Khilafah

Tanpa berpikir panjang seorang remaja dengan berapi-api mengatakan yang menolak khilafah berarti bukan Islam. Mereka termasuk golongan syi’ah, komunis, atau mungkin pembela Cina. Bahkan karena berbicara tidak relevannya khilafah di Indonesia, banyak ulama dan tokoh yang kapasitas keilmuannya tidak diragukan mereka hujat dan caci-maki.

Remaja ini lupa atau entah kedangkalan pengetahuannya bahwa khilafah adalah persoalan ijtihadiyah, bukan doktrin qoth’i dalam Islam. Kedudukannya bukan bagian dari rukun Iman dan Islam sebagai pilar agama. Sebagai ijtihadiyah banyak sekali konsep dan pemikiran tentang khilafah dari praktek masa Sahabat hingga pemikiran para ulama salaf.

Ketika khilafah didudukkan sebagai kewajiban pasti yang harus dilaksanakan, tentu saja seluruh umat manusia saat ini berdosa karena tidak memiliki khalifah? Jika telah berdosa apakah seluruh umat manusia saat ini-termasuk muslim dan negara Islam-melanggar ajaran Allah? Apakah Allah akan mendiamkan manusia dalam kesesatan secara berjama’ah?

Pertanyaanya harus dimulai dengan mengkaji misi kerasulan Nabi, apakah Nabi diutus untuk menegakkan khilafah? Tentu saja tidak, karena khilafah berarti wakil Nabi (khalifaturrasul). Khalifah adalah penerus Nabi dalam menjaga ajaran dan komunitas sosial-oke katakanlah negara- Madinah yang telah dirintis oleh Nabi sebagai kekuatan Islam.

Saat ini penerus ajaran Nabi tidak lagi menjadi satu institusi dengan runtuhnya dinasti kekuasaan sentralistik dalam sejarah Islam. Ulama menjaga ajaran Nabi sementara pemerintahan di berbagai negara sebagai jaminan pelaksanaan Syariah umat dilaksanakan oleh umara.

Dengan adanya pemerintahan yang menjamin terselengaranya ibadah dan keamanan umat Islam di suatu negara sejatinya umat Islam terlepas dari kewajiban pengangkatan pemimpin (imamah). Kepemimpinan (Imamah) dalam konsensus (ijma”) ulama dikatakan sebagai kewajiban karena sebagai wasilah dari upaya menjamin keamanan dan terjaganya agama. Ketika negara menjamin keamanan terjaganya agama dan ajarannya, itulah praktek imamah.

Namun, hal yang tak bisa diperdebatkan adalah bahwa Nabi diutus menyempurnakan akhlak. Misi penting Nabi sebagai pembawa rahmat seluru semesta adalah mendidik manusia yang berada dalam kubangan kebodohan mempunyai bekal akhlak muliah (akhlakul karimah). Menjadi sangat penting bagi umat saat ini untuk tidak berbusa-busa dalam perkara ijitihadiyah seperti khilafah, tetapi meninggalkan misi kerasulan tentang akhlakul karimah.

Akhlakul Karimah: Solusi Umat

Kenapa hal ini menjadi penting? Umat Islam terkadang lupa mengedepankan akhlakul karimah baik dalam hati, perkataan dan tindakan. Mudah berprasangka negatif, sombong, iri dan dengki menjadi penyakit hati yang menumpulkan akhal yang baik. Mudah berkata kotor, mengumpat, mencaci maki, termasuk memberikan komentar di media sosial dengan kata-kata tidak terpuji. Mudah marah dan menyerang orang lain hanya karena perbedaan pandangan terhadap persoalan ijtihadiyah bernama khilafah.

Persoalannya sederhana. Kita belum bisa mempelajari akhlakul karimah secara kaffah apalagi mempraktekkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. Hanya dengan semangat berapi-api tentang khilafah yang diyakini kewajiban, tetapi tidak mempunyai dasar keilmuan yang cukup menyebabkan kita terjebak pada umpatan kepada mereka yang berbeda.

Detail seputar khilafah tidak kita miliki baik dari segi dalil naqli, aqli dan aspek kesejarahan. Bahkan detail kewajiban Syahadat, Shalat, zakat, Puasa dan haji yang telah menjadi kewajiban kita sehari-hari masih kurang mendalam. Yang kita dengar secara pasti khilafah adalah kewajiban yang harus ditegakkan dan solusi umat.

Sebenarnya apabila ingin mengatakan secara pasti sebagaimana misi kerasulan Nabi sesungguhnya solusi umat hari ini adalah akhlakul karimah, bukan khilafah. Akhlakul Karimah yang wajib didakwahkan, diajarkan, dan ditegakkan dalam masyarakat adalah solusi dari berbagai persoalan bangsa saat ini.

Krisis akhlak mulai dari para pemimpin hingga rakyat jelata menjadi persoalan serius umat. Akhlak dalam pemerintahan, lingkungan sosial, lingkungan Pendidikan, dan lingkungan keluarga menjadi rapuh karena umat mengabaikan misi penting kenabian. Kita saat ini terlalu fokus meraih kepentingan besar bernama politik kekuasaan, tetapi melupakan pondasi penting bernegara dan bermasyarakat bernama akhlakul karimah.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …

KH Yusnar Yusuf Rangkuti PhD

Tak Bertentangan dengan Syariat Islam, Budaya dan Kearifan Lokal Saat Idulfitri Perlu Terus Dilakukan

Jakarta – Perayaan Idulfitri di Indonesia biasanya diramaikan dengan berbagai budaya dan kearifan lokal, sesuai …