teror MIT
teror MIT

Aksi Teror Sigi: Agama Membuat Manusia Beradab, Bukan Semakin Biadab

Kegiatan tak manusiawi kembali merebah. Kali ini terjadi di Indonesia bagian timur. Satu keluarga menjadi korban, dihabisi secara kejam dan keji di dusun Tokolemo Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Terjadi pada Jum’at (37/11) jam 09.00 WITA. Tragedi kemanusiaan ini diduga dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Dilansir oleh Tirto id. merujuk pada keterangan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso, perbuatan tak beradab itu dipastikan dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berbasis di Poso.

Terlepas siapa sesungguhnya pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga penganut Kristen tersebut, yang jelas aksi tersebut adalah tindakan biadab dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang tidak mengenal agama.

Dalam sejarah Islam, radikalisme atas nama agama benihnya telah ada sejak masa Nabi. Dalam beberapa hadis beliau mengabarkan bahwa radikalisme atas nama agama akan selalu ada sepanjang masa. Salah satunya adalah hadis yang bercerita tentang Dzul Khuwaishirah riwayat Imam Bukhari dan Muslim dan hadis yang menceritakan mengenai ciri-ciri kelompok radikal riwayat Imam Bukhari dan dimuat dalam Sunan Nasa’i pada bab Syahara Saifahu.

Dalam perjalanan sejarah selanjutnya muncul golongan Khawarij. Firqah penentang arbitrase (tahkim) yang ditempuh Khalifah Sayyidina Ali sebagai upaya ishlah (rekonsiliasi) dengan Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin.

Meski kelompok Khawarij ini secara organisasi atau sekte bisa ditumpas, namun pemikiran radikalnya terus merayap dan menyusup ke relung alam bawah sadar sebagian kecil umat Islam. Sampai sekarang, dan seperti sabda Nabi, sepanjang sejarah manusia akan selalu ada. Ciri-cirinya mereka memiliki pemikiran yang tekstual, fanatik dan fundamental. Setiap yang tidak sepaham dengan mereka akan di cap kafir, bid’ah, sesat dan lebel semisalnya. Alhasil, harus dihanguskan. Dari sinilah terorisme terbentuk.

Yang fatal dari paham radikalisme yang berbuah terorisme ini adalah menyamakan antara jihad dan terorisme. Padahal keduanya sangat berbeda. Dalam bahasa Arab, terorisme terjemah dari kata irhab. Ibnu Mandzur dalam kamus lisan al Arab memaknainya dengan khafa (takut, mengintimadi dan menakuti). Sedangkan jihad berasal dari akar kata al Juhdu atau al Jahdu yang berarti al Thaqah (mampu, berusaha dan kuat).

Hal kedua yang tidak dipahami oleh penganut paham radikalisme adalah pada momen jihad. Syekh Muhammad Sayyid Thanthawi dalam kitabnya Al Farqu baina al Irhab wa al Jihad Wadhihun menjelaskan, jihad harus dibangun di atas dua pilar utama. Pertama, untuk mempertahankan agama, kesucian (kehormatan), jiwa, tanah air, stok pangan (kebutuhan sehari-hari), harta benda dan segala yang diperintahkan Allah untuk dipertahankan. Kedua, untuk menolong orang yang didzalimi.

Bila melihat tindakan terorisme yang diduga dilakukan oleh Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) terhadap satu keluarga penganut agama Kristen, sepertinya mereka lupa atau pura-pura lupa, atau memang tidak memahami ajaran Islam secara utuh, bahwa ta’ayusy (hidup bersama) ada keharusan, sunnatullah. Tidak bisa dibantah dan tak terbantahkan. Harus diterima sebagai kenyataan yang telah digariskan oleh Allah.

Bahwa ta’aruf baina al umam wa al syu’ub wa al qabail (saling mengenal antar sesama tanpa memandang agama, ras, latar belakang dan warna kulit) adalah kehendak pencipta. (QS. al Gujarat: 13). Ini niscaya. Perbedaan sampai kapanpun tetap akan ada.

Bukankah umat Islam harus berdakwah mengenalkan Islam seperti misi yang diemban oleh Rasulullah?. Benar begitu, tapi hanya sebatas menyampaikan pesan-pesan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin supaya menyapa bumi dan merambah seluruh jengkal tanahnya. Itupun harus disampaikan dengan santun. Soal diterima atau tidak oleh umat non muslim, finalisasinya adalah hidayah Allah.

Dengan demikian tidak sewajarnya membunuh dengan alasan apapun, termasuk alasan agama. Sekali lagi, jihad dan terorisme itu berbeda jauh sejauh jarak langit dan bumi. Pedomanilah ajaran Islam secara utuh, maka engkau akan menemukan kesejatian ajaran Islam seperti yang diemban Rasulullah. Bahwa Islam itu membawa kedamaian bukan keangakaramurkaan.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …