Al Qur’an sebagai “Isyarat Dakwah”

Jika dilihat dari penurunannya dalam konteks masa Arab Jahiliyah keberadaan Al Quran adalah bentuk revolusi pengetahuan dan kudeta sosial bagi status quo Arab pada masa tersebut Tradisi tirani masyarakat Arab Jahiliyah tersebut kontra produktif dengan gagasan peradaban Islam dan tidak bisa diadopsi untuk memperkaya konsep pembangunan umat meskipun otentisitas kebahasaan Arabnya menjadi bagian tak terpisahkan dalam penafsiran Al Quran Puisi Jahiliyah yang sudah eksistensinya sejak 150 seratus lima puluh tahun sebelum Al Quran diturunkan dan posisinya sebagai referensi penafsiran menjadikan status puisi tersebut meningkat menjadi bagian ilmu agama yang harus dipelajari oleh umat Islam terlebih pemerhati ilmu tafsir Berbicara kekinian Al Qur an sebagai isyarat dakwah tidak lepas dari faktor relevansinya untuk menjawab persoalan kekinian dan faktor inspirasi keilmuannya yang selalu segar untuk dikembangkan dengan pendekatan pengetahuan terkini Selain itu Al Quran dapat digali untuk menjadi modal utama hijrah dari romantisme sejarah ke peradaban nyata hijrah dari belenggu imajinasi pertikaian kekuasaan ke persaingan mutu pembangunan Tanpa persaingan mutu umat Islam pelan pelan tersingkir dari panggung sejarahnya Jika pendekatan disiplin bahasa terbukti ampuh mengungkap inspirasi Al Quran maka tentu pendekatan lain juga ampuh untuk menggali kekayaan Al Quran yang menyampaikan pesan peradaban universal Keumuman dan universalitas nash Al Quran dimaksudkan tidak mengandung kontradiksi dengan Asbab Nuzul sebab turunnya Ayat sehingga Al Quran menjadi semakin menarik didekati oleh umat Islam baik kalangan ulama maupun awam Selain itu akan menjadi modal keluwesan terpenting dalam berdakwah di era kekinian Cara Berinteraksi dengan TeksAdapun jalan utama yang harus ditempuh menuju pesan peradaban universal tersebut adalah tafaquh fid din mendalami agama Mencari ilmu agama adalah satu satunya jalan untuk membukakan pintu taqwa sedangkan taqwa adalah jalan membukakan pintu pemahaman Al Quran sebagaimana firman Allah Artinya Bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajari kalian Spirit Tafaquh fid din tanpa batas waktu merupakan modal dasar seorang da i yang sadar akan pertanggungjawaban kegiatan dakwahnya Sejarah membuktikan bahwa kedalaman ilmu agama dapat menggugah semangat rekontruksi tajdid pemahaman Islam yang berwatak inklusif dan akomodatif terlebih kedudukan Al Quran sebagai risalah terakhir bagi umat yang beragam dan multi kultural Baca juga Apa Makna Kembali Kepada Al Quran dan Sunnah Tanpa semangat tajdid Islam dan Al Quran tidak dapat dikatakan relevan di setiap zaman dan tempat Penafsiran Al Quran tidak dapat lagi hanya mengandalkan pendekatan riwayat tanpa menggunakan pendekatan diroyah dan rasional di era modern yang membawa ciri khas rasional Pendekatan rasional yang dimaksud dalam hal ini bukan rasional ansich melainkan rasional fikih istinbathi yang tetap mendahulukan otoritas Al Quran dan Sunnah sebagaimana konfirmasi Nabi atas bekal keilmuan Sahabat Muadz bin Jabal sebelum diberangkatkan ke Yaman untuk menjalankan tugasnya sebagai Gubernur Nampak Muadz tidak hanya dipersiapkan untuk menjadi da i biasa melainkan juga untuk menjadi politisi negarawan yang berkompeten mengatur strategi dakwah di Yaman setelah memegang kendali kekuasaan Menggunakan pendekatan rasional ansich justru berpotensi menggiring penafsir Al Quran ke arah manipulatif dan menurut belenggu imajinasi pengetahuan dan pra konsepsi yang dia miliki bahkan interest pribadi yang seringkali nampak dalam narasi penafsirannya Cara penafsiran yang demikian mengabaikan haibah kewibaan Al Quran sebagai kalam lafdzi Allah yang tidak semestinya dibaca dengan kacamata miopik dan dipahami sembarang dan serampangan tanpa landasan keilmuan Interaksi dengan Al Quran tidak bisa dipandang sekedar interaksi simbolik intelektual melainkan harus juga dipandang sebagai interaksi moral spiritual Dalam kaitan ini tidak hanya peradaban yang diatur oleh Al Quran soal soal teknis seperti cara menyentuh mushaf juga diatur oleh Al Quran sebagai bentuk pentingnya berinteraksi dengan Al Quran secara benar dan komprehensif Bagi komentator Islam yang kondisinya lemah nalar kekinian Al Quran bukan hal yang harus dipaksakan untuk dipahami sendiri sehingga keimanannya terjaga dan tidak terganggu oleh syubhat pemikiran Sedangkan bagi yang kuat nalar melakukan penalaran teks Al Qur an yang hukumnya fardlu kifayah akan terus diupayakan hingga teks beralih menjadi nilai nilai beralih menjadi institusi dan institusi beralih menjadi peradaban Di antara nilai tersebut adalah kebenaran teori struktur teks yang telah teruji sebagai alat penalaran teks Al Quran seperti digagas oleh Abdul Qohir Al Jurjani atau tawaran kebenaran teologis Imam Asy ari yang dialektikanya berawal dari Abu Ali Al Jubai sebagai peletak ilmu kalam dari kalangan ahli Sunnah Bagi yang tidak memahami tipologi aliran bahasa Arab klasik dan ilmu kalam perdebatan tentang bahasa dan aqidah cenderung tidak memberikan kontribusi dan manfaat apa apa Termasuk dalam hal ini perdebatan suatu displin ilmu yang tidak disertai pemahaman terhadap tipologi aliran dalam disiplin tersebut Memahami Logika Qur an sebagai IsyaratDalam kaitan adopsi kekinian Al Quran di level argumentasi argumentasi Al Quran telah menawarkan keunggulan yang tidak hanya terbatas dalam hal konsistensinya melainkan juga keunggulan dalam hal tingkat persuasi dan komunikasinya Kondisi komunikan yang tersentuh oleh sindiran sindiran Al Quran menjadi bukti adanya efektivitas argumentasi Al Quran dalam menyentuh psikologi pembaca sehingga dapat tersentuh secara sempurna saat membaca dan ber tadabbur Keunggulan argumentasi Al Quran perlu dimiliki oleh generasi milenial dalam tugas dakwahnya menyampaikan nilai kebenaran dan kebaikan Tidak cukup hanya mengedepankan cara yang konsisten melainkan perlu juga cara yang komunikatif dan persuasif sebagaimana prinsip dakwah yang luwes yang diajarkan oleh Al Quran Jika ada prinsip katakanlah yang benar walaupun pahit rasanya maka pertimbangan persuasifnya adalah katakanlah yang benar dan manis rasanya Bentuk konsistensi saat menyampaikan kebenaran dengan menggunakan cara yang pahit adalah bentuk ketidakluwesan orang yang menyampaikan Semestinya cara yang pahit menjadi cara terakhir ketika cara yang manis sudah tidak dapat lagi ditempuh Demikian isyarat dakwah yang disampaikan dalam Al Quran dan memperkuat pentingnya keramahan dan kerahmatan untuk siapa pun terlebih mereka yang termarginalkan Ribut Nurul Huda Mahasiswa Program S2 Universitas Islam Omdurman Sudan dan Staf Bidang Politik KBRI Khartoum

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …