Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersumpah bahwa beliau tidak takut kemiskinan akan menimpa umatnya, melainkan takut jika kekayaan dunia dibentangkan kepada mereka. Hadis ini berbunyi:
“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR. Bukhari: 6425, Muslim: 2961)
Perlu di ketahui bahwa hadis diatas diucapkan oleh Rasulullah SAW setelah Abu Ubaidah bin Jarrah kembali dari Bahrain membawa harta benda sebagai upeti. Saat itu, kaum Anshar yang mendengar kabar ini segera menemui Rasulullah SAW setelah shalat Subuh. Mereka berharap mendapatkan bagian dari harta tersebut. Melihat tingkah laku mereka, Rasulullah tersenyum dan bersabda bahwa beliau tidak khawatir akan kemiskinan, tetapi kekayaan yang berlebihanlah yang menjadi kekhawatiran beliau.
Rasulullah SAW mengingatkan bahwa kekayaan yang melimpah bisa menjadi sumber kehancuran. Ketika umat berlomba-lomba mengumpulkan harta, mereka sering kali lupa akan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Kekayaan yang seharusnya menjadi sarana untuk berbuat kebaikan malah berubah menjadi tujuan utama hidup, menggeser fokus dari akhirat ke dunia semata.
Salah satu bahaya besar dari kekayaan adalah timbulnya rasa sombong. Ketika seseorang merasa memiliki kekuasaan dan kehebatan karena hartanya, dia bisa jatuh ke dalam perangkap kesombongan. Padahal, dalam Islam, segala harta yang dimiliki adalah amanah dari Allah SWT yang harus digunakan dengan bijak dan penuh tanggung jawab. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa setiap harta akan dimintai pertanggungjawaban, baik dari mana asalnya maupun untuk apa digunakan.
Islam mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan. Kaya dan miskin keduanya adalah ujian dari Allah SWT. Umat Islam diajarkan untuk bersyukur saat diberikan kekayaan dan bersabar saat diuji dengan kemiskinan. Kekayaan bukanlah tanda kemuliaan seseorang di mata Allah, dan kemiskinan bukanlah tanda kehinaan. Keduanya tidak memiliki hubungan langsung dengan derajat seseorang di hadapan Allah.
Dalam menghadapi kekayaan, konsep zuhud dan wara’ sangat penting. Zuhud berarti meninggalkan apa yang tidak bermanfaat untuk akhirat, sementara wara’ berarti meninggalkan apa yang berpotensi membahayakan akhirat. Seorang yang zuhud pasti wara’, tetapi seorang yang wara’ belum tentu zuhud. Dengan bersikap zuhud, seorang Muslim dapat menjaga diri dari godaan harta yang berlebihan dan tetap fokus pada tujuan akhirat.
Islam mengajarkan bahwa kekayaan harus digunakan untuk kebaikan, seperti sedekah, membantu yang membutuhkan, dan mendukung kegiatan keagamaan. Pendidikan, ibadah haji, umrah, dan sedekah memang memerlukan kekayaan, tetapi kekayaan itu harus diperoleh dan digunakan dengan cara yang halal dan bertanggung jawab.
Hadis Rasulullah SAW tentang bahaya kekayaan memberikan peringatan penting bagi umat Islam. Kekayaan bukanlah sesuatu yang harus dikejar mati-matian, melainkan harus diperlakukan sebagai amanah yang harus digunakan dengan bijak. Dalam mengejar kekayaan, umat Islam harus tetap berpegang pada nilai-nilai agama, menjaga keimanan dan ketakwaan, serta selalu mengingat bahwa tujuan akhir kehidupan adalah akhirat, bukan dunia.
Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, umat Islam dapat menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, menghindari kesombongan, dan menggunakan kekayaan untuk kebaikan yang diridhai Allah SWT.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah