bangga bendera merah putih

Bangga Mengibarkan Bendera Merah Putih: Bentuk Cinta, Bukan Syirik

Mulai hari ini, masyarakat Indonesia di seluruh pelosok negeri dengan penuh kesadaran dan sukacita mulai mengibarkan bendera Merah Putih di halaman rumah mereka. Tradisi ini menandai dimulainya persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, yang insya Allah akan dirayakan pada 17 Agustus 2025.

Pemandangan bendera berkibar di gang-gang kampung, perumahan sederhana, hingga jalan-jalan kota telah menjadi bagian dari identitas nasional kita. Pengibaran bendera bukan hanya terjadi di lingkungan pemerintah, lembaga pendidikan, atau organisasi kemasyarakatan. Rakyat biasa pun ikut ambil bagian, bahkan rela menyisihkan uang dari penghasilan yang pas-pasan demi membeli bendera dan tiang bambunya.

Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya rasa cinta tanah air dalam hati rakyat Indonesia. Bandingkan dengan beberapa negara lain yang warganya tidak terbiasa mengibarkan bendera nasional di rumah-rumah mereka saat memperingati hari kemerdekaan. Misalnya, di beberapa negara Arab, banyak warga tinggal di apartemen sehingga sulit mengibarkan bendera secara pribadi. Tidak elok dilihat dan mungkin juga melanggar aturan bangunan.

Saya teringat satu peristiwa ketika masih tinggal di Mesir. Seorang teman baru bertanya, “Mengapa warga Mesir tidak seperti orang Indonesia yang ramai mengibarkan bendera saat hari kemerdekaan?” Saya jawab, “Mereka tinggal di flat. Mau pasang bendera di mana? Di balkon pun belum tentu diperbolehkan karena melanggar aturan pemasangan bendera resmi negara, dan pasti tidak terlihat indah.”

Masyarakat Indonesia begitu mencintai bendera Merah Putih. Bahkan di masa Reformasi ketika banyak sistem berubah dan UUD 1945 diamandemen, rakyat tetap mempertahankan bendera kebanggaan ini. Pernah ada kabar bahwa negara Monaco yang memiliki bendera serupa meminta Indonesia mengubah benderanya. Namun para pemimpin kita menolak tegas permintaan itu. Ini menunjukkan bahwa Merah Putih bukan sekadar warna—ia adalah lambang martabat bangsa.

Berbeda dengan beberapa negara seperti Irak, Libya, dan Suriah yang mengganti bendera nasional mereka usai pergantian rezim, Indonesia tetap teguh memegang identitas Merah Putih.

Kecintaan ini tentu tidak bisa didalilkan dengan hukum haram karena dianggap bagian dari kemusyrikan. Kecintaan ini serupa dengan rasa kita dalam mencintai negeri kita, kampung halaman, dan tempat tinggal yang tidak secara serampangan dianggap haram.

Sayangnya, masih ada kelompok-kelompok radikal yang memandang pengibaran bendera sebagai bentuk kemusyrikan. Pandangan ini bahkan mereka sebarkan melalui media sosial. Saya pernah menerima tangkapan layar dari teman tentang narasi seperti itu, dan saya tegaskan bahwa itu adalah kekeliruan yang serius.

Bendera bukanlah objek ibadah. Ia adalah simbol negara—negara tempat kita hidup, bekerja, beribadah, dan membangun masa depan. Menghormati bendera bukan berarti menyembahnya, melainkan bentuk penghormatan kepada rumah besar kita sebagai bangsa Indonesia. Sama seperti kita mencintai kampung halaman, mengenakan songkok haji setelah pulang dari Makkah, atau mengatakan dengan bangga, “Saya orang Indonesia.”

Ironis rasanya, di tengah era keterbukaan dan kemajuan teknologi seperti sekarang, masih ada segelintir orang yang menganggap simbol cinta tanah air sebagai perbuatan syirik. Padahal, cinta tanah air adalah bagian dari iman—karena melalui negeri ini kita berjuang, berbakti, dan mengabdi kepada Tuhan dengan cara yang terbaik.

 

Bagikan Artikel ini:

About Dr. Suaib Tahir, Lc, MA

Anggota Mustasyar Diniy Musim Haji Tahun 2025 Staf Ahli Bidang Pencegahan BNPT Republik Indonesia

Check Also

pesantren al khoziny

Kasus Pesantren Al-Khozini: Pelajaran Berharga bagi Pemerintah

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia menaruh perhatian besar terhadap penyebaran paham-paham radikal yang mengarah …

terorisme game

Melihat Jejak Ekstremisme di Dunia Game Online

Prestasi Indonesia dalam Global Terrorism Index 2024 dengan status zero attack selama dua tahun berturut-turut …