Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah
Jakarta – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ahmad Nurwakhid melihat terdapat indikasi para pelaku pengeroyokan terhadap Ade Armando telah terpapar virus takfiri. Virus takfiri sangat berbahaya karena bukan saja gampang menstigmatisasi yang bukan kelompoknya sebagai kafir namun juga menghalalkan darah atas nama agama.
“Menduga kuat para pelaku kekerasan terhadap Ade Armando tersebut terpapar virus takfiri yang mudah mengkafirkan yang berbeda dan menghalalkan darah yang dianggap kafir,” kata Ahmad dalam keterangan resminya,seperti dikutip dari laman cnnindonesia.com Selasa (12/4).
pernyataan Direktur Pencegahan BNPT tersebut setelah melihat dengan seksama video pengeroyokan dosen UI dan pengiat media sosial Ade Armando. Dalam video yang beredar terdapat beberapa pengeroyok meneriakkan kalimat tauhid dan meneriakkan halal darah.
Ahmad menilai pandangan takfiri merupakan salah satu karakteristik kelompok radikal terorisme selama ini. Para pelaku teror, kata dia, mudah melegitimasi segala tindakan kekerasan yang dilakukan dengan mempolitisasi dan memanipulasi dalil agama.
Ia juga menilai kekerasan dan anarkisme di ruang publik bukan cara masyarakat yang beradab. Namun ciri kelompok ekstremisme yang pro kekerasan.
“Nampaknya pola ini sudah mempengaruhi masyarakat yang dengan mudah membawa dalil-dalil agama untuk membanggakan tindakan anarkisme ruang publik”, kata dia.
Ahmad mengaku menyesali penganiayaan para pelaku terhadap Ade di tengah aksi massa dan nuansa ibadah bulan Ramadan. Seharusnya umat Islam bisa menahan tidak hanya makan dan minum, tetapi mencegah kekerasan.
Kekerasan atas nama apapun, kata Ahmad, termasuk dengan membajak dan memanipulasi ajaran agama merupakan kejahatan yang harus dikecam dan dikutuk.
“Ini menjadi pelajaran bagi kita bersama, terkadang seseorang mudah mendalihkan kekerasan dan halal darah seseorang untuk kepentingan tertentu” kata dia.
Sebagai informasi, Ade Armando babak belur dipukul massa di kawasan DPR di tengah aksi unjuk rasa tolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden di depan kompleks parlemen, Jakarta, Senin (11/4).
