Pasca peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar pada Rabu (7/12/2022), ada sebuah motor berwarna biru ditemukan di sekitar kejadian. Diduga motor tersebut merupakan milik pelaku bom bunuh diri.
Yang mencengangkan adalah, pada bagian depan motor tersebut terdapat tulisan “KUHP Hukum Syirik/Kafir. Perangi para penegak hukum setan QS. 9:29”. Tulisan tersebut seolah hendak menegaskan bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut hendak ‘mengamalkan’ QS. At-Taubah ayat 29.
Sebelum jauh mengupas tentang QS. At-Taubah ayat 29, mari kita simak secara seksama bunyi ayatnya secara utuh sebagai berikut:
قَٰتِلُوا۟ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَا بِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ ٱلْحَقِّ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ حَتَّىٰ يُعْطُوا۟ ٱلْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَٰغِرُونَ
Artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”
Para ulama memang berbeda pendapat mengenai ayat di atas, sebagian ada yang menyebutkan ayat tersebut dengan istilah ayat pedang (al-Sayf). Namun sebagian lainnya menyebut dengan istilah ayat al-jizyah. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa menurut ulama, misalnya Ibn Taimiyah (w. 728 H/1327 M), ayat tersebut turun setelah fath makkah–pada saat perang Tabuk. Ayat ini lebih menekankan tentang regulasi pemungutan jizyah untuk pertama kalinya pada penduduk Najran (Yaman).
Perlu diketahui bahwa di dalam Alquran terdapat 176 ayat yang ‘berpotensi’ ditafsirkan sebagai pendorong laku radikal-teroris, seperti peperangan. Namun, secara kuantitas, ayat yang mengajarkan toleransi jauh lebih banyak, yakni 300 ayat (dalam Zuhairi Misrawi, 2007).
Terkait kasus At-Taubah ayat 29, sejatinya termasuk ayat yang berpotensi ditafsirkan atau dipahami untuk menjustifikasi tindakan radikalisme-terorisme seperti bom bunuh diri. Oleh karena itu, untuk memahami ayat dengan benar, diperlukan memahami konteks historisitasnya.
Menurut Nasir Abbas dalam bukunya “Membongkar Jaringan Jamaah Islamiyah”, QS. At-Taubah ayat 5 dan 29 yang dipotong-potong sesuai dengan keinginanmereka. Imam Syafi’i berkata: ” yang dimaksud dalam keadaan tunduk” pada QS. At-Taubah ayat 29 adalah mereka (ahli kitab) tunduk terhadap hukum-hukum Islam yang diberlakukan kepada mereka.”
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa QS. At-Taubah ayat 29 bukanlah perintah berperang secara ofensif, tetapi lebih kepada memberikan rasa aman kepada orang non Islam yang berada di negara Islam untuk membayar jizyah. Jika mereka sudah membayar jizyah, maka akan diberikan rasa aman.
Jika QS. At-Taubah dijadikan dalih untuk melakukan bom bunuh diri, maka sejatinya ia bukan dalam rangka untuk meraih pahala yang tinggi, melainkan hendak menhancurkan agama karena sikap dan pemahamannya yang berlebihan.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliau berkata:
أَمْثَالَ هَؤُلاَءِ فَارْمُوْا ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan: “Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama.”