walisongo
walisongo

Dakwah Nusantara sesuai Pola Dakwah Rasulullah

Islam masuk ke Indonesia dengan damai. Ajarannyapun diterima dengan hati dan keyakinan teguh tanpa adanya paksaan. Islam masuk dengan pendekatan dakwah kultural, bukan sekedar kekuasaan. Karenanya Islam di Nusantara langgeng dan kokoh menyatu dalam budaya.

Apabila kita cermati, penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan strategi dakwah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Cara penyampaian dakwah sendiri melalui pendekatan budaya yaitu proses dakwah yang mempertimbangkan unsur keagamaan dan corak budaya yang ada di tempat itu. Hal ini dilakukan supaya dakwah yang di sampaikan bisa dapat di terima dengan baik.

Dakwah Rasulullah tidak pernah menggerus budaya dan tradisi Arab secara keseluruhan. Islam yang hadir di tanah Arab banyak mengadopsi budaya dan tradisi Arab. Islam menjadi sinar terang yang memberikan nilai Islam dalam budaya Arab. Karena itulah, Islam bukan musuh budaya dan tradisi, tetapi menyehatkan dan mencerahkan tradisi dan budaya dengan sinar Islam.

Kita bisa membandingkan bagaimana Islam Indonesia dan Andalusia? Islam masuk ke Andalusia dengan sebaran kekuatan kekuasaan Islam. Namun, lihatlah saat ini tidak ada satu sisa yang dibanggakan kecuali bangunan fisik sisa keemasaan Islam. Sementara Islam di Indonesia masuk dengan kebudayaan yang sampai detik ini telah dibuktikan sebagai umat Islam terbesar di dunia.

Pendekatan dakwah intra dan antar budaya akan mampu membuat masyarakat merasa damai tanpa adanya keributan atau bahkan kerusuhan. Kita tahu bahwa damai merupakan salah satu watak dasar Islam sebagai agama perdamaian. Karakter perdamaian inilah yang menjadi semangat Islam mampu beradaptasi dengan zaman dan tempat.

Budaya berarti akal-budi dan cara berfikir. Jadi kebudayaan merupakan hasil cipta, karya dan juga karsa yang dipelajari dari kebiasaan yang dibangun oleh lingkungannya. Indonesia sendiri memiliki beraneka ragam kebudayaan yang memiliki keunikan-keunikan tersendiri di setiap daerahnya.

Misalnya Jawa, umumnya masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang gemar akan hal yang berbau kesenian, sehingga para penyebar Islam (Wali Songo) di Jawa menggunakan kesenian itu sebagai media dakwahnya.

Sebelum masuknya Islam di pulau Jawa, banyak masyarakatnya yang memeluk agama Hindu dan Budha. Namun wali songo tidak serta merta datang ke bumi Jawa dengan menghunuskan pedang ataupun menginjak-injak keyakinan dan kebudayaan lama yang sudah menjadi tradisi masyarakat jawa. Mereka mencari jalan keluar atas dakwahnya dengan cara melakukan perubahan sosial secara halus dan bijaksana.

Mereka tidak langsung menentang kebiasaan-kebiasaan lama masyarakat namun justru menjadikannya sebagai sarana dalam dakwah mereka. Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah mereka adalah wayang, kesenian musik dan festival adat masyarakat.

Wayang secara harfiah berarti bayangan. Ia merupakan istilah untuk menunjukkan teater tradisional di Indonesia. Sejatinya, wayang merupakan media yang digunakan Wali Songo untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Cikal bakal wayang berasal dari wayang yang gambarnya mirip manusia dan lakonnya bersumber dari sejarah sekitar zaman Majapahit.

Wayang dinilai sebagai media dakwah Islam yang sukses di Indonesia. Karena pementasan wayang merupakan acara yang amat digemari masyarakat kala itu. Masyarakat menonton pementasan wayang berbondong-bondong setiap kali dipentaskan.

Hakikat yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Wayang dianggap berhasil sebagai media dakwah dan syiar Islam karena menggunakan pendekatan  psikologi, sejarah, pedagogi, hingga politik.

Saat berdakwah dengan menggunakan wayang kulit. Para walisanga mengganti cerita wayang yang sebelumnya tentang Ramayana dan Mahabarata dari cerita ajaran Hindu diubah dengan memasukan cerita-cerita Islam. tak hanya itu, bentuk wayang yang dahulunya sangat menyerupa bentuk manusia juga diubah menjadi bentuk kreasi baru yang mirip karikatur.

Para wali songo mampu meletakan dasar-dasar kehidupan masyarakat yang harmonis, produktif, dan kreatif. Dari tangan merekalah tumbuh wajah Islam yang kultural, moderat, lentur, dan menyerap beragam ekspresi budaya lokal.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …