santri pondok pesantren ilustrasi  170303164907 686
santri pondok pesantren ilustrasi 170303164907 686

Direktur PD Pontren Kemenag Mahasantri Harus Tampilkan Wajah Agama Moderat

JAKARTA – Menyandang status sebagai santri tidaklah mudah, santri menjadi wajah terdepan dalam menampilkan agama, oleh karena itulah santri harus selalu mengedepankan akhlaq yang baik serta beragama secara baik pula. Santri tidak boleh berpandangan agama yang ekstrem karena sifat dari agama yang lembut dan menyejukkan.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Waryono Abdul Ghofur Mahasantri harus mengedepankan wajah agama yang moderat. Untuk mewujudkannya, setiap mahasantri diminta belajar agama dengan sungguh-sungguh dan mengalahkan egoismenya.

Hal ini disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Waryono, saat memberikan pembekalan Moderasi Beragama kepada para mahasantri Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB), di Bandung, Rabu (16/9).

“Sebagai mahasantri, Anda harus bisa berperan lebih aktif. Anda yang sebagai santri dimanapun berada harus menjalankan praktik beragama yang tasamuh, toleran, dan tidak tatorruf, tidak ekstrem,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip dari Republika.co.id, Kamis (17/9).

Waryono menyampaikan, wajah agama akan bergantung kepada pemeluknya. Hal ini karena masing-masing pemeluk agama memiliki pemahaman dan kedalaman agama yang berbeda.

Pemeluk agama memiliki hak menampilkan wajah keberagamaan berdasarkan pemahamannya. Toleran atau ekstrem, bergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu.

Waryono mencontohkan, sekarang ini banyak perilaku kekerasan yang mengatasnamakan agama. Pada akhirnya, hal tersebut yang membuat ‘wajah’ agama kurang baik.

“Ini sebenarnya masalah stigma. Memang ada satu dua yang melakukan teror atas nama agama, tapi itu hanya satu dua, tidak banyak. Tapi itu kemudian membuat wajah agama distigmakan seperti yang mereka lakukan,” lanjutnya.

Mahasantri PBSB bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik dalam mengamalkan ajaran agama bila memahaminya dengan baik dan benar. Pola-pola komunikasi dalam Alquran, bisa dipelajari lebih dalam oleh para mahasantri PBSB.

Pembelajaran seperti ini dinilai penting, agar para mahasantri selanjutnya juga dapat mengkomunikasikan pemahaman keberagamaan yang mereka miliki kepada lingkungannya.

“Dalam Alquran banyak dipakai cara komunikasi yang luar biasa, seperti qoulan baliigha, qoulan kariima, qoulan syadiida, dan lainnya,” kata dia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …