didi kempot
didi kempot

Hadis Sebaik-Baik Manusia ala Didi Kempot

Indonesia kembali diselimuti kabar duka. Dionisius Prasetyo alias Didi Kempot, sosok yang kerap mewarnai gemerlap dunia musik bergenre Jawa-Campursari telah berpulang pada Selasa pagi,(5/5) pukul 07:45 WIB.

Kabar duka ini langsung menyebarluas ke seluruh lini media sosial. Berbagai ucapan duka cita bertaburan di linimasa. Bangsa Indonesia khususnya para penggemarnya yang tergabung dalam komunitas Sobat Ambyar berduka cita mendalam atas kepergian sang idola yang tidak terduga.

Seperti diketahui, Pria kelahiran Surakarta 31 Desember 1966 ini kerap menghibur berbagai kalangan dengan lagunya yang bertemakan asmara yang kandas “Ambyar”. Dengan nyanyiannya yang kebanyakan berbahasa Jawa, Didi Kempot berhasil memborong jumlah fans yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, bahkan beberapa lainnya ada di luar negeri.

Pria yang diketahui berusia 53 tahun ini berhasil menghipnotis jiwa ambyar masyarakat menjadi kebahagiaan yang tak ternilai. Kesuksesan Didi Kempot tentu bukan tanpa perjuangan, selama berkarir di dunia musik campursari ia kerap mengalami kendala dan kemerosotan karir. Namun sejak lagunya yang berjudul “Pamer Bojo” viral di kalangan sad boys and sad girls, karirnya kembali naik.

Didi Kempot dengan kesederhanaannya dalam bertutur kata, berpakaian dan berperilaku membuat banyak kalangan terpukau terhadap pribadinya. Menurut keterangan yang penulis dapat, Didi kempot setiap 3 bulan sekali melakukan donor darah.  Bahkan saking seringnya ikut donor darah, Didi mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak.

Didi Kempot dan Hadis Sebaik-Baik Manusia

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain,” begitulah bunyi sabda Rasulullah yang tertuang dalam kitab Hadis Bukhari Muslim. Nampaknya, Didi Kempot benar-benar kaffah dalam menjalankan sabda Rasulullah SAW tersebut.

Sepanjang karirnya yang penulis pantau beberapa tahun terakhir, Ia benar-benar menjadi sosok inspirasi bagi tindakan-tindakan positif. Setiap ada kegiatan konser amal bersama Didi Kempot, tiket selalu ludes dan dana yang terkumpul cukup banyak. Kendati begitu, Ia tidak pernah meminta bagian dari kebaikannya.

Seperti yang terakhir ia lakukan bersama Rossi dan Kompas TV dalam merespons Covid-19. Didi Kempot melakukan konser lumbung amal #Dirumahaja yang mana melalui kegiatan tersebut, ia mampu mengumpulkan dana sebesar 7,3 Milyar untuk keperluan pengadaan APD tenaga medis yang langka serta sebagian lain didonasikan untuk membantu program-program kemanusiaan.

Dalam beberapa kali konser musik yang menghadirkan Didi Kempot, penulis merasakan aura-aura yang sangat berbeda dengan yang lain. Kehadiran Didi Kempot menjadi kebahagiaan bagi para penggemarnya, Sobat Ambyar, kendati musiknya bertemakan keambyaran hati. Selain itu, ia sering memberikan wejangan nasionalis seperti ajakan untuk mencintai NKRI, serta wejangan spiritualis seperti agar tidak larut dalam keputusasaan akibat gagal dalam asmara. Didi Kempot memang sosok yang berbeda.

Didi Kempot sempat dinobatkan sebagai Duta Pencak Silat Pagar Nusa (PGN) oleh Muchamad Nabiel Haroen Ketua Umum Pagar Nusa NU pada 6 Januari lalu dalam kegiatan galang dana untuk korban banjir di Jabodetabek.

Didi Kempot dan Wejangan Gus Dur

“..teruslah berbuat baik kepada semua orang, sampai  mereka tidak bertanya apa agamamu” Begitulah kira-kira bunyi wejangan Almarhum Gus Dur. Melihat dari gelagat Didi Kempot, nampaknya Ia juga telah menunaikan wejangan sang Guru Bangsa KH. Abdurrahman Wahid.

Orang-orang tidak sempat tahu atau menanyakan apa agama yang dianut sosok Didi Kempot. Yang mereka tahu, Didi Kempot adalah sosok inspiratif yang menghibur dan memberikan kekutan bathin untuk Move on dari kenangan pahit kegagalan asmara sembari menikmati keambyarannya dengan berjoget bersama.

Didi Kempot berhasil mengkampanyekan kemanusiaan dengan jalur musik. Beberapa lagu yang masih asing di telinga Sobat ambyar, bahkan bernuansa Islami seperti “Lintang Songo” yang mana lagu ini merujuk kepada Ormas Nahdlatul Ulama. Selain itu Didi Kempot sebagaimana ditulis dalam laman Wikipedia Indonesia, telah menulis sebanyak 700 lagu berbahasa Jawa. Melalui lagu-lagunya, ia turut serta mempromosikan tempat dan objek wisata lokal seperti Pantai Losari, Tanjung Mas, Parangtritis, Stasiun Solo Balapan dan masih banyak lagi.

Pada akhirnya, “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun”. Selamat jalan, Lord. Segala karya dan kebaikanmu akan selalu terkenang di hati Sobat Ambyar. Doa terbaik kami menyertai kepulanganmu kehadirat-Nya. Terima kasih atas karya-karyamu yang membanggakan dan membahagiakan.

Bagikan Artikel ini:

About Vinanda Febriani

Mahasiswi Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Check Also

jihad

Jihad Zaman Now: Menjaga Bumi, Memakmurkan Manusia

Jihad sering dikonotasikan sebagai perbuatan negatif yang merusak dan bermuara pada sejumlah tindakan teror, penindasan, …

muktamar nu

Menanti Kebijaksanaan Sang Pemimpin, Mungkinkah NU Kembali ke Khittah?

Saya bersyukur dalam pelaksanaan Muktamar NU ke-34 yang diselenggarakan di Lampung pada22-24/12/2021 lalu menghasilkan keputusan …