Dir Cegah Brigjen R Ahmad Nurwakhid di Membangun Harmonisasi Nilai Nilai Berbangsa dan Bernegara pada Generasi Milenial
Dir Cegah Brigjen R Ahmad Nurwakhid di Membangun Harmonisasi Nilai Nilai Berbangsa dan Bernegara pada Generasi Milenial

Hanya Butuh 5 Menit Terpapar Radikalisme, Mahasiswa Harus Diberikan Vaksinasi Ideologi

Jakarta – Mahasiswa adalah sasaran utama kelompok radikal terorisme di Indonesia. Anak-anak muda dianggap lebih mudah disusupi paham intoleransi yang bisa berujung pada radikalisme dan terorisme.

Hal itu dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia (RI) Brigjen. Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM saat menjadi narasumber pada seminar “Membangun Harmonisasi Nilai-Nilai Berbangsa dan Bernegara pada Generasi Milenial” di Jakarta, Selasa (25/1/2022).

“Mahasiswa berpotensial terpapar paham radikal terorisme, terutama generasi milenial dan generasi z. Kenapa? Karena mereka ini kan masih tumbuh dan berkembang, nilai-nilai wawasan kebangsaannya masih proses pematangan, mereka senang hal-hal baru dan tantangan baru,” ungkap Ahmad Nurwakhid.

Dalam kesempatan tersebut Direktur Pencegahan BNPT melakukan pretest dalam waktu lima menit kepada mahasiswa. Ia memberikan pertanyaan kepada mahasiswa tentang hukum yang dianut di Indonesia dan didapati ada mahasiswa yang memiliki pemahaman takfiri.

Mantan Kabagbanops Densus 88 Polri ini berpendapat bahwa mahasiswa sangat rentan disusupi paham radikal. Hal itu disebabkan karena anak muda masih memiliki kontrol emosi yang labil, hal itu lah yang sangat berpotensi untuk dilakukan radikalisasi.

“Bayangkan saja kalau mereka selalu rutin mendengar dan melihat konten-konten di dunia maya tentang pemahaman radikal, itu akan tertanam dari pikiran dan alam bawah sadarnya,”  jelasnya.

Nurwakhid menambahkan, untuk melakukan rehabilitas ideologi, mahasiswa dari paparan virus paham radikal terorisme, para mahasiswa harus diberikan vaksinasi ideologi. Ia juga mempraktikkan cara memberikan vaksinasi kepada generasi muda dengan diberikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan dan wawasan keagamaan.

“Tetapi sekali lagi mereka, terutama mahasiswa senang akan hal-hal baru, makanya saya menanamkan sense of anti radikalisme dengan cara-cara milenial bukan dengan doktrinasi, yaitu tadi yang sudah kita praktekan”, jelasnya.

Menurutnya, ideologi radikal terorisme tidak bisa dilihat tetapi hanya bisa dirasakan. “Setelah mereka merasakan sudah tersusupi paham itu, baru kita berikan vaksinasi pembangunan wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan sebagai vaksin ideologi,” tuturnya.

“Kalau tadi tidak kita papar dulu kan mereka ga ngerti. Kalau mereka sudah ngerti nanti akan menjadi imun, syukur-syukur kita harapakan mahasiswa yang sudah kita vaksin tadi bisa memberikan imunisasi juga bagi mahasiswa yang lain”, lanjutnya.

Ia menjelaskan jika ada ditemukan orang atau kelompok yang memiliki pemahaman radikal harus melapor kepada institusi terkait.

“Bisa melapor ke polsek, dan tokoh masyarakat meskipun mungkin nantinya belum tentu diproses hukum, karena aspek radikalisme atau paham radikalisme belum ada regulasi yang melarang”, jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa payung hukum di Indonesia hanya melarang pemahaman ekstrim kiri yaitu komunisme, marksisme, lenimisme. Sementara ekstrim kanan seperti khilafaisme, radikalisme, liberalisme, kapitalisme, sekulerisme belum ada regulasi larangannya.

Ahmad Nurwakhid juga menjelaskan penanganan pelaku radikal terorisme yang di bawah umur. Dalam hal ini BNPT dengan KPAI. Setelah mereka  sudah cukup umur akan di rehabilitasi ideologi dengan melibatkan MUI, tokoh agama, tokoh masyarakat setempat.

Ahmad Nurwakhid berpesan bahwa  mahasiswa sebagai agen perubahan sudah seyogianya membawa perubahan yang positif, khususnya di bidang perdamaian di dunia nyata dan di dunia maya.

“Mahasiswa wajib menjadi agen perdamaian. Makanya caranya mereka harus militan, mereka harus aktif menyebarkan konten perdamaian, konten persatuan, konten toleransi, konten cinta tanah air terutama di dunia maya,” ucapnya.

Menurut survei mayoritas pemegang gadget di dunia adalah anak-anak muda, oleh sebab itu mereka harus militan dalam menggelorakan konten persatuan agama Islam yang rahmatan lil alamin, akhlakul karimah dan mereka harus militan dalam melawan semua bentuk intoleransi, ujaran kebencian, hoax, narasi hate speech.

Ia menegaskan, mahasiswa harus selalu mengembangkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme.

“Saya yakin para mahasiswa berpotensial untuk mengembangkan wawasan nasionalisme, karena yang kita hadapi ini ideologi radikalisme, ideologi transnasional, maka kontra ideologi transnasional adalah ideologi nasionalisme,” tutupnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …