destination360
destination360

Hanya Manusia Kerdil yang Mempertentangkan Agama dan Budaya

Kejadian kekerasan atas nama agama yang menentang budaya memang kerap terjadi dan akan selalu terjadi. Tindakan itu buah dari ketidakarifan dalam menyikapi budaya dan sekaligus kedangkalan dalam memahami agama.

Hasil dari ketidakarifan budaya dan kedangkalan agama akan selalu muncul rasa memusuhi budaya yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Agama kerap dipandang sebagai sesuatu yang sangat suci untuk bersentuhan dengan budaya. Padahal sejatinya, budaya adalah ruang gerak dan nafas bagi agama.

Di masa jahiliyah, jaman di mana kebodohan mendarah daging di benak masyarakat Makkah banyak sekali praktek agama yang bertentangan dengan akal sehat dan budaya yang menyiksa masyarakat. Kala itu tidak ada kesadaran diri terhadap hak-hak kemanusiaan untuk orang lain. Oleh karena sebab itulah banyak penindasan terhadap kaum-kaum yang lemah.

Setiap manusia memiliki hak hidup yang sama, hak untuk dihargai dan hak untuk memperoleh rasa aman dan damai. Namun penguasa di jaman itu tidak akan membiarkan kaum dari derajat lemah, mendapatkan hak hidup dan ketenangan yang sama dengan mereka-mereka yang memiliki kedudukan. Kaum jahiliyah menggunakan ajaran agama untuk mendiskreditkan kemanusiaan dan menggunakan budaya untuk melembagakan penindasan.

Ketika Rasulullah datang dengan ajaran agama yang memanusiakan, Islam membangun suatu peradaban dengan budaya yang beradab. Islam tidak lantas hadir dengan menghancurkan budaya karena itu adalah denyut nadi masyarakat. Rasulullah memperkenalkan Islam dengan akhlak yang bisa masuk pada ranah budaya masyarakat Arab. Islam menjalankan syariat dari agama memagarinya dengan  budaya yang baik yang sejalan dengan syariat. 

Rasulullah Saw bersabda :

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ دِينِكُمْ فَخُذُوا بِهِ، وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ رَأْيِي، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ (رواه مسلم في صحيحه) 

Artinya, “Apabila aku perintahkan kepada kamu tentang masalah agama, maka kamu wajib mengambilnya. Dan apabila aku perintahkan kepada kamu tentang masalah yang berkaitan dengan pendapatku, maka aku adalah manusia biasa.” 

Hadist tersebut berkaitan dengan agama maka wajib kita sebagai umat Rasulullah untuk menaatinya, karena agama yang disampaikan Rasulullah bersumber langsung dari Allah. Namun untuk masalah budaya maka bisa digunakan dan bisa tidak digunakan, mengingat pendapat dari Rasulullah juga merupakan pendapat dari manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. 

Karena itulah, garis besar Islam adalah ajaran yang datang dari Allah melalui wahyu dan pendapat Rasulullah sebagai Rasul. Sebagai manusia biasa, Rasulullah juga bagian dari manusia yang berbudaya dan membuat budaya. Tetapi budaya Islam selalu senafas dengan ajaran dan syariat.

Membudayakan agama dapat diartikan sebagai ajaran agama sebagai pedoman dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari. Membudayakan agama bukan berarti bahwa menjadikan ajaran-ajaran agama yang bersumber dari al-Quran dan Hadis, dapat disetarakan dengan budaya yang notabenenya adalah ciptaan manusia. Budaya adalah tempat menanam ajaran agama dalam praktek masyarakat.

Seperti menutup aurat sebagai salah satu dari ajaran agama, Islam menetapkan batasan ajarannya tetapi menghormati budaya pakaian yang ada. Masyarakat di Negara Arab, menutup aurat mereka dengan menggunakan jubbah. Bisa saja akan berbeda dengan masyarakat non-Arab.

Seperti halnya Islam yang penyebarannya di Nusantara. Islam harus berhadapan dengan banyaknya budaya yang hidup dengan tengah masyarakat. Islam datang tidak dengan menghancurkan budaya, tetapi melakukan internalisasi nyawa Islam dalam praktek budaya. Karena itulah, Islam begitu kokoh bukan di ranah kekuasaan tetapi di wilayah kultural.

Islam Nusantara merupakan corak Islam yang berkalaborasi dengan tradisi Nusantara dan perlu di garisbawahi bahwa tradisi Nusantara ini tidak bertentangan dengan syariat dalam Islam. Wali Songo sebagai ikon penyebaran Islam di Nusantara mampu mengemas Islam yang begitu anggun dalam balutan budaya. Islam seolah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang tercermin dalam budaya nusantara.  

Karena itulah hanya manusia kerdil dalam beragama yang selalu ingin merusak budaya. Rasulullah, sahabat, tabiin dan para penyebar Islam yang arif terhadap budaya selalu menjadikan budaya sebagai ruang gerak agama. Maka kita lihat, Islam menjadi bagian budaya yang hidup dari Arab Saudi, Irak, Suriah, Mesir, Maroko, Indonesia, Malaysia, India dan sebagainya dengan warna budaya yang hidup di tengah masyarakat.

Kekerdilan dalam memahami ajaran Islam akan menutup cara mereka menangkap kearifan budaya. Mereka ingin agama menjadi kering dari budaya sehingga cepat mati dan layu. Islam harus masuk dalam nafas masyarakat sehingga menjadi bagian dari kehidupan dan budaya setempat. Di situlah Islam akan terus hidup.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

memandikan jenazah

Saat Jenazah Tak Bisa Dimandikan, Bagaimana Islam Menyikapinya?

Kematian adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari, dan ketika seseorang meninggal dunia, kita …

uban

Uban, Tanda Kebijaksanaan dan Pesan Spiritual

Uban sering kali dianggap sebagai tanda penuaan yang tak terhindarkan, namun baik dalam pandangan Islam …